Jakarta Liga Indonesia dimulai saat era Perserikatan dan Galatama digabung pada 1994, yang dilanjutkan era Indonesia Super League (ISL) mulai 2008 dan Liga 1 yang dimulai 2017 sebagai kompetisi level tertinggi di Indonesia, sudah ada 22 kompetisi yang bergulir.
Sebenarnya jumlah kompetisi yang digulirkan sejak 1994 ada 22, tetapi musim 1997-1998 terpaksa dihentikan dalam perjalanannya karena kondisi politik di Tanah Air di periode reformasi sangat tidak kondusif. Alhasil, kompetisi yang mencapai finis hanya 21.
Baca Juga
Dari 22 kali kompetisi itu, sebanyak 16 pelatih sukses membawa tim yang dinahkodainya jadi juara. Artinya, ada beberapa pelatih yang lebih dari satu kali berhasil mengantar klubnya jadi juara.
Advertisement
Dari 16 pelatih itu, ada 10 pelatih merupakan arsitek lokal, seperti Rahmad Darmawan, yang sukses bersama Persipura Jayapura pada 2005 dan Sriwijaya FC pada 2007. Ada pula Daniel Roekito bersama Persik Kediri pada 2006, Indra Thohir yang membawa Persib Bandung juara pada 1994/1995, Syamsudin Umar bersama PSM Makassar pada 1999/2000, dan sebagainya.
Selain itu, hanya ada enam pelatih asing yang mampu mengantar timnya jadi juara Liga Indonesia. Siapa saja?
Berikut daftar pelatih asing yang sukses membawa tim yang dilatihnya jadi juara di kompetisi level tertinggi Indonesia dalam kurun waktu 1994-2019:
Henk Wullems
Pelatih asal Belanda ini menjadi pelatih asing pertama di era Liga Indonesia yang berhasil mempersembahkan juara buat klub yang dilatihnya. Kala itu, Mastrans Bandung Raya dibawa Wullems jadi juara di Liga Indonesia II, tepatnya musim 1995-1996.
Prestasi cemerlang pelatih yang semasa aktif bermain jadi bek itu, menarik perhatian PSSI. Pada 1997, Wullems menduduki kursi panas pelatih timnas Indonesia.
Wullems melatih Timnas Indonesia yang tampil di SEA Games 1997 di Jakarta dengan raihan prestasi medali perak serta pertandingan Pra Piala Dunia 1998, menggantikan Danurwindo yang dicopot dari jabatannya.
Hanya setahun jadi pelatih Timnas Indonesia pada 1997-1998, pelatih kelahiran 21 Januari 1939 itu kembali ke level klub. Kali ini ia bergabung bersama PSM Makassar.
Bersama skuat Juku Eja, Wullems yang diduetkan dengan pelatih lokal, Syamsuddin Umar, sukses membawa PSM menjuarai Liga Indonesia VI 1999-2000. Setelah itu, mantan pelatih NAC Breda di Liga Belanda itu sempat melatih Persikota Tangerang dan Persegi Bali FC.
Advertisement
Sergei Dubrovin
Sergei Dubrovin jadi pelatih asing kedua di Indonesia yang membawa klub yang dinahkodainya jadi juara. Ketika itu Sergei mengantar Petrokimia Putra Gresik jadi juara Liga Indonesia. Prestasi itu ditorehkan Dubrovin pada Liga Indonesia VIII 2002.
Bila melihat catatan penampilan pada musim itu, banyak pihak menilai Petrokimia jadi juara lantaran memiliki peruntungan cukup besar. Tampil sebagai juara Wilayah Timur, Petrokimia nyaris gagal melaju ke semifinal karena di fase 8 besar harus menunggu hasil pertandingan tim lain. Beruntung, Petrokimia akhirnya melangkah ke semifinal setelah Persipura dikalahkan Arema.
Petrokimia melangkah ke final setelah memenangi adu tos-tosan melawan Semen Padang di babak semifinal. Dalam partai final versus Persita Tangerang, lagi-lagi dewi fortuna menaungi tim yang menggunakan kostum berwarna kuning itu. Petrokimia sukses menceploskan gol di babak tambahan waktu hingga gelar LI 2002 jatuh ke skuat asuhan Dubrovin.
Meski begitu, tangan dingin Dubrovin tetap dikenang publik Gresik karena berkat racikan pelatih asal Moldova itu, tim kesayangan mereka mencatatkan tinta emas dalam sejarah sepak bola nasional. Maklum, pada musim berikutnya, Petrokimia terdegrasi ke Divisi Satu dan hingga kini belum mampu lagi jadi juara kompetisi kasta tertinggi negeri ini.
Jacksen F. Tiago
Jacksen F. Tiago boleh dibilang sebagai pelatih asing paling sukses di Indonesia. Pelatih asal Brasil ini memulai kiprahnya di Indonesia sebagai pemain pada 1994 bersama Petrokimia Putra. Sukses jadi pemain, Jacksen enggan kembali ke negaranya dan melanjutkan kariernya sebagai pelatih di Indonesia.
Empat gelar dari kompetisi level tertinggi di negeri ini, satu gelar kala era Liga Indonesia dan tiga dari era ISL, jadi bukti kecemerlangan Jacksen dalam mengarsiteki tim yang diasuhnya. Jacksen merebut titel Liga Indonesia X pada 2004 bersama Persebaya serta tiga gelar ISL bersama Persipura pada 2008-2009, 2010-2011, dan 2013.
Sementara di luar dua klub itu, pelatih kelahiran Rio de Janeiro, 28 Mei 1968 itu, pernah pula melatih sejumlah klub semisal Persita Tangerang, Persiter Ternate, Persitara Jakarta Utara, dan Mitra Kukar. Pada 2013, PSSI mendapuknya sebagai asisten pelatih kemudian pelatih timnas senior Indonesia.
Sukses di Indonesia, pada akhir musim 2014 Jacksen meninggalkan Indonesia dan memulai kiprah di Malaysia bersama Penang FA. Namun, ia kembali ke Indonesia dan melatih Barito Putera sebelum kembali menangani Persipura saat ini.
Advertisement
Robert Alberts
Robert Alberts jadi pelatih asing keempat yang membawa tim yang dilatihnya jadi juara kompetisi kasta tertinggi di negeri ini. Pencapaian itu diraih Alberts di ISL 2009-2010, kala melatih Arema Indonesia.
Prestasi yang diukir Alberts ini menyerupai yang ditorehkan Henk Wullems, yakni sama-sama mempersembahkan juara di musim perdana berkiprah di kompetisi Indonesia. Alberts ketika itu datang dari klub Liga Malaysia, Sarawak FA sementara Wullems dari Belanda setelah menangani beberapa klub di Negeri Kincir Angin. Kebetulan pula, Alberts dan Wullems berasal dari Belanda.
Keberhasilan yang dihadirkan Alberts menggembirakan publik Malang. Maklum, mereka menunggu 17 tahun lamanya setelah terakhir jadi juara di era Galatama, sebelum akhirnya merasakan kembali indahnya jadi juara kompetisi reguler.
Simon McMenemy
Setelah membawa Timnas Filipina untuk pertama kalinya ke babak semifinal Piala AFF 2010, popularitas Simon McMenemy menanjak. Arsitek asal Skotlandia itu direkrut Mitra Kukar pada 2011-2012 sebelum berlabuh ke Pelita Bandung Raya pada 2013.
Pada dua kali kesempatan berlatih di Tanah Air, Simon gagal total. Namun, ketika ia membesut Bhayangkara FC pada 2017, gelar juara Liga 1 berhasil disabetnya.
Padahal ketika itu, Bhayangkara FC bukan tim yang diunggulkan. Tim berjulukan The Guardians ini minim dukungan suporter dan tidak dibebani target terlalu tinggi. Namun, Simon mampu membuktikan tangan dinginnya sebagai pelatih.
Setelah kontraknya bersama Bhayangkara FC habis pada 2018, Simon ditunjuk sebagai pelatih Timnas Indonesia menggantikan Luis Milla Aspas. Sayang, kisahnya di level klub tidak berujung manis di level timnas. Dia didepak setelah tim berjulukan Skuat Garuda itu menelan lima kekalahan beruntun di Kualifikasi Piala Dunia 2022.
Advertisement
Stefano Cugurra Teco
Stefano Cugurra Teco adalah pelatih tersukses Liga Indonesia pada era Liga 1. Bagaimana tidak, dari tiga musim, dua trofi di antaranya sukses direngkuhnya.
Bahkan, Teco meraihnya secara back to back. Setelah mengantar Persija Jakarta mengakhiri kemarau gelar Liga Indonesia selama 17 tahun pada 2018, giliran Bali United asuhannya yang merengkuh trofi setahun berselang.
Bagi Bali United, torehan gelar Liga 1 2019 begitu bermakna. Sebab, trofi itu merupakan yang pertama bagi tim berjulukan Serdadu Tridatu ini di Liga Indonesia.
Teco bukan orang baru di kancah sepak bola nasional. Dia adalah asisten pelatih Jacksen Tiago saat Persebaya Surabaya menjuarai Liga Indonesia 2004. Setelah dari Kota Pahlawan, dia melanglang buana ke Malaysia dan Thailand sebelum kembali ke Indonesia bersama Persija pada 2017.
Disadur dari Bola.com (Muhamad Adiyaksa/Endo,published 24/4/2020)