Sukses

Alasan Timnas Indonesia Sulit Berkembang Versi Luis Milla

Sosok asal Spanyol itu memiliki pengalaman 1,5 tahun sebagai pelatih Timnas Indonesia.

Jakarta - Luis Milla menjabarkan alasan di balik keterpurukan Timnas Indonesia. Dia menilai PSSI selaku otoritas sepak bola masih terjebak dalam masalah fundamental.

Sosok asal Spanyol itu memiliki pengalaman 1,5 tahun sebagai pelatih Timnas Indonesia. Selama itu pula Luis Milla mengungkapkan kesulitan membentuk Timnas Indonesia yang berkualitas.

Luis Milla mengaku kesulitan mencari fasilitas latihan yang baik. Kemudian sistem kompetisi yang masih acak-acakan membuat pelatih berusia 54 tahun tak mendukung programnya.

"Ketika saya bergabung dengan Timnas Indonesia, tim ini tidak dapat bersaing karena sanksi FIFA soal korupsi," kata Luis Milla dalam sesi wawancara dengan AS.

"Masalah mereka sangat mendasar di mana mereka harus terus meningkatkan tiga pilar penting yakni pelatih, fasilitas, dan kompetisi yang bagus untuk bersaing," tegas Luis Milla.

Luis Milla sepanjang karier di Indonesia mempersembahkan medali perunggu di SEA Games 2017 bersama Timnas Indonesia U-22. Adapun di Timnas Indonesia senior, eks pemain Barcelona dan Real Madrid itu memiliki persentase kemenangan sebesar 42,9 persen dari tujuh laga yang dilakoni.

2 dari 2 halaman

Belum Laku

Luis Milla sempat akan kembali menukangi Timnas Indonesia pada Desember 2019. Namun, ketika itu Luis Milla diminta garansi untuk mampu memberikan gelar juara Piala AFF 2020.

Luis Milla menolak memberikan janji manis. Walhasil, PSSI mengalihkan pilihan ke pelatih Korea Selatan, Shin Tae-yong.

"Kalau ada seorang pelatih datang dan berkata siap 100 persen untuk memberikan gelar juara, berarti dia sedang berbohong. Tidak ada orang yang bisa memberi garansi," ucap Luis Milla.

Saat ini, Luis Milla belum lagi kembali ke pekerjaannya sebagai pelatih. Setelah meninggalkan Timnas Indonesia, Luis Milla hanya menjadi komentator dari acara sepak bola di televisi.

 

Disadur dari: Bola.com (Penulis: Zulfirdaus Harahap/Editor: Wiwig Prayugi, published 25/4/2020)