Sukses

5 Pesepakbola Ini Didepak dengan Cara Menyakitkan, Salah Satunya Diego Costa

Deretan pemain, termasuk Diego Costa, yang didepak dari klub dengan cara tak menyenangkan.

Jakarta Setiap pesepakbola tentu berharap bisa memiliki karier mulus saat membela satu klub. Bisa memenuhi ekspektasi dengan memberikan kontribusi semaksimal mungkin, membantu menorehkan banyak gelar.

Ada pula pesepakbola yang berharap kontraknya diperpanjang dan mendapatkan kenaikan nilai kontrak termasuk gaji dan bonus.

Namun, tak selamanya seorang pemain bisa menyatu dengan sebuah tim. Ada kalanya mereka kesulitan beradaptasi, termasuk memenuhi permintaan pelatih untuk ditempatkan di posisi yang bukan aslinya, maupun tak mendapat dukungan dari rekan satu tim.

Di dunia sepak bola profesional yang telah menjelma sebagai bisnis global, kedatangan dan kepergian pemain dalam satu tim adalah hal biasa.

Hanya, terkadang, kedatangan pemain menjadi sorotan. Contohnya saja, jika perekrutan itu melibatkan nilai transfer yang jumlahnya wow, atau transfer pemain bintang proses panjang dan berlarut (saga transfer).

Namun, hal sebaliknya juga bisa terjadi. Pemain meninggalkan klub dengan cara tak lazim, semisal sebelum durasi kontrak berakhir atau didepak sang pelatih begitu saja.

Sejarah mencatat, ada beberapa pemain yang sungguh bernasib tak menyenangkan, harus mengalami pengalaman dipaksa keluar dari satu klub dengan cara menyakitkan.

Publik sepak bola mungkin tak asing lagi dengan cerita Diego Costa semasa di Chelsea. Hubungan pemain temperamental asal Spanyol itu dengan sang pelatih kala itu, Antonioc Conte, tak harmonis. Hal itu berujung Conte mendepak Costa.

Sekadar mem-PHK mungkin tak masalah, namun kabarnya Costa mendapat kepastian dirinya dikeluarkan dari skuad the Blues oleh Conte, hanya melalui pesan singkat telepon seluler.

Selain Diego Costa, ada pesepakbola lain yang bernasib serupa. Berikut hasil rangkuman Bola.com perihal pemain yang didepak klub dengan cara menyakitkan.

2 dari 6 halaman

1. Joe Hart vs Pep Guardiola (Manchester City)

Dari kiper juara Premier League dan pilihan utama di bawah tiang gawang Manchester City, terdampar di Torino. Begitu gambaran nasib Joe Hart pada musim panas 2016.

"Saya respek dengan semua pemain di tim ini, tapi saya hadir dan harus mengambil keputusan dan itulah yang saya rasakan," kata Guardiola, setelah memastikan tak ada tempat buat Joe Hart dalam tim asuhannya.

Meski kariernya di Manchester City dihentikan begitu saja oleh Guardiola, Joe Hart terlihat profesional menyikapinya.

"Guardiola datang dan sangat jujur dengan saya. Saya melihat ke matanya dan menyalaminya, saya berterima kasih atas kejujurannya. Saya tak berterima kasih atas pendapatnya tentang saya, melainkan kejujurannya yang tiada bandingannya," ujar Hart.

Panasnya situasi ketika itu mendapat perhatian dari Ian Wright.

"Guardiola mungkin memotong kaki Hart atas apa yang telah dia lakukan untuk kariernya," ujar Wright, mantan pemain Arsenal yang lantas berprofesi sebagai pundit.

3 dari 6 halaman

2. Robin van Persie vs Louis van Gaal (Manchester United)

Robin van Persie mulai menjalani masa suram di Manchester United ketika David Moyes menduduki kursi pelatih. Setelah Moyes dipecat, kehadiran pelatih anyar, Louis van Gaal, tetap tak membawa perubahan bagi van Persie. Bahkan, menjadi makin tak menentu.

Puncaknya, setelah menjalani musim 2014-2015 yang diwarnai dengan lebih banyak cedera, van Persie diberitahu dengan tegas bahwa ia tak lagi diperlukan.

"Saya bercakap dengan Louis van Gaal dan dia bilang 'Ok Robin, kita akan berpisah jalan. Saya pelatih, kamu pemain. Kamu harus pergi, waktumu telah habis," ungkap van Persie, menuturkan kembali perkataan pelatih yang juga berasal dari Belanda seperti dirinya itu.

"Saya seperti 'yeah, tapi saya masih terikat kontrak? Dia menjawab: saya tak peduli."

Namun, momen paling menyakitkan bagi van Persie adalah ketika dia tak mendapatkan perpisahan yang layak, sekalipun di media sosial. Manchester United terkesan "asal" dalam mengumumkan kepergiannya dari Old Trafford.

4 dari 6 halaman

3. Iker Casillas vs Jose Mourinho (Real Madrid)

Peran Iker Casillas di Real Madrid mulai berkurang di bawah asuhan pelatih Jose Mourinho. Ia kerap dicadangkan dan dianggap waktunya di Real Madrid telah habis.

Pada akhirnya, kiper yang menuai kesuksesan di Santiago Bernabeu dengan caps 725, lima titel La Liga, dan tiga gelar Liga Champions itu, dicoret. Pada musim panas 2015, Casillas dijual ke Porto.

Dalam konferensi pers di stadion yang melompong tanpa kehadiran fans, Iker Casillas menangis saat memberitahu publik, hubungannya dengan Real Madrid selama 25 tahun berakhir.

Orangtua Casillas mengklaim kepergiannya lantaran dipaksa klub.

"Iker memberikam kontribusi bagus, namun dia menderita secara psikologis dan dia diperlakukan berbeda dibandingkan pemain lain," ujar Mari Carmen, ibunda Casillas.

"Saya melihatnya menderita selama beberapa tahun. Adalah Florentino (Florentino Perez, Presiden Real Madrid) yang mendesak Iker keluar karena dia ingin mengakhiri kariernya di Real Madrid," tuding Carmen.

Suasana saat itu agak panas. Setelah sesi konferensi pers tersebut, banyak fans tak puas dan membuat petisi meminta Perez mundur. Agen Casillas menyebut cara klub melepas pemainnya itu, sebagai sebuah bencana.

5 dari 6 halaman

4. Pepe Reina Vs Liverpool

Pada musim panas 2013, Pepe Reina dikaitkan dengan transfer impian kembali ke Barcelona. Namun, itu hanya impian belaka.  Transfer tak terwujud, dan Reina sudah tak mungkin kembali.

Tiba-tiba saja, kiper asal Spanyol itu sudah berada di Napoli dengan status pinjaman setelah Liverpool menerima penawaran yang diajukan klub Serie A itu.

Yang memprihatinkan, Reina mengklaim kesepakatan itu terjadi tanpa sepengetahuannya.

"Sangat wajar saya kecewa Liverpool setuju meminjamkan saya ke Napoli tanpa bicara dengan saya dulu," ujarnya.

"Saya pikir, saya berhak mendapatkan lebih dari ini, kendati saya paham keputusan sulit harus diambil dalam dunia sepak bola," lanjutnya.

6 dari 6 halaman

5. Diego Costa

Kepergian Diego Costa dari Chelsea pada Januari 2018 sebenarnya sudah bukan kejutan mengingat beberapa waktu sebelumnya dia sudah mengalami masa turbulensi.

Namun, cara Chelsea menendang keluar Costa dianggap sangat tidak profesional.

"Hai Diego, saya harap kamu baik-baik saja. Terima kasih untuk musim-musim yang kita jalani berrsama. Semoga sukses di tahun mendatang, tapi kamu tak ada dalam rencana saya."

Menurut media Spanyol, AS, begitu pesan singkat yang dikirimkan pelatih Antonio Conte untuk menginformasikan dia tak lagi membutuhkan Costa untuk musim 2017-2018.

 

Sumber: Squawka

Disadur dari: Bola.com (penulis/editor, Aning Jati, published 27/4/2020)

Video Terkini