Sukses

Rio Ferdinand Masih Ingat Saat Nistelrooy Mengamuk pada Manajer MU

Ruud van Nistelrooy berteriak dan memaki Manajer MU Sir Alex Ferguson di bangku cadangan saat final Piala Liga 2006.

Liputan6.com, Manchester - Rio Ferdinand pernah empat musim bermain bersama Ruud van Nistelrooy di Manchester United (MU), yakni 2002 sampai 2006. Saat itu, MU masih di bawah asuhan Sir Alex Ferguson.

"Ketika saya masuk, Ruud adalah pemain top," kata mantan bek MU itu kepada The Beautiful Game podcast.

"Catatan golnya sangat fenomenal. Ia memecahkan rekor dengan mencetak pada delapan atau sembilan pertandingan berturut-turut di Liga Inggris itu. Kesempatan akan jatuh kepadanya dan itu adalah 'ledakan, gol.' Kejam."

Tapi, secara perlahan striker asal Belanda itu mulai kehilangan tempatnya di skuat utama MU. Manajer MU Sir Alex Ferguson lebih memprioritaskan bakat Cristiano Ronaldo dan Wayne Rooney di lini depan.

"Saya pikir manajer pada saat itu sedang membangun tim di sekitar saya sendiri, Rooney, Ronaldo. dan beberapa pemain lain, jadi saya hanya berpikir bahwa dia hanya melihat Ruud van Nistelrooy di luar," papar Ferdinand.

"Dia adalah pencetak gol yang hebat, untuk memungkinkan Rooney dan Ronaldo sedikit bernapas."

"Itu adalah pilihan yang berani, tetapi terbayar pada akhirnya karena kami mulai mendominasi selama beberapa tahun," imbuh mantan pemain Timnas Inggris itu.

 

 

2 dari 3 halaman

Final Piala Liga 2006

Ferdinand masih mengingat bagaimana kerier Nistelrooy berakhir di MU. Hal itu diketahui setelah final Piala Liga melawan Wigan pada Februari 2006.

Saat itu, Ferguson meninggalkan Nistelrooy di bangku cadangan pada laga yang berakhir 4-0 di Cardiff. Gol MU masing-masing dicetak Rooney, Ronaldo, dan Louis Saha.

Padahal, Nistelrooy dijanjikan bakal dimainkan dari bangku cadangan. Tapi, janji itu tidak ditepati oleh Ferguson.

"Saya pikir salah satu pemacu besar bagi kepergian Ruud adalah final Piala Liga (melawan Wigan)," ujar Ferdinand. "Dia tak memulai pertandingan, tapi dia mengatakan bahwa manajer berjanji dia akan main. Tapi, dia tidak main."

 

3 dari 3 halaman

Mengamuk

"Ruud jadi gila. Dia menjadi gila di bangku, berteriak, memaki manajer," cerita Ferdinand. "Saya pikir manajer itu seperti 'Anda tahu apa ... ooh, sekarang saatnya. (Untuk menyingkirkannya)."