Sukses

Pasang Surut Karier Teco: Nyaris Dipecat dan 2 Gelar Jadi Pembuktian

Stefano Cugurra Teco sempat diragukan di awal kariernya sebagai pelatih kepala di Indonesia. Gelar juara pun menjadi sebuah bukti konkret.

Bali - Bagi kalangan suporter Persija Jakarta, The Jakmania, tentu masih ingat dengan teriakan beserta tanda pagar untuk Stefano Cugurra Teco yang berbunyi #TecoOut, di mana itu juga menggema di stadion selain media sosial. Mungkin jika seruan itu terwujud, tak akan ada gelar Liga Indonesia ke-11 bagi tim ibu kota.

Persija mengawali Liga 1 2017 dengan meyakinkan. Menang 2-0 atas Persiba Balikpapan. Namun, tujuh pertandingan berikutnya berakhir antiklimaks. Tim berjulukan Macan Kemayoran ini meraih poin tiga. Alhasil, Bambang Pamungkas dan kawan-kawan mulai betah di papan bawah.

Nada-nada sumbang mulai terdengar. The Jakmania gerah dengan performa tim kebanggaannya yang diracik oleh Stefano Cugurra Teco. Posisi pria asal Brasil ini digoyang. Manajemen dituntut untuk memecatnya.

The Jakmania membentangkan spanduk yang meminta pelatih Persija Jakarta, Stefano Teco Cugurra, untuk mengundurkan diri saat laga melawan Mitra Kukar di Stadion Patriot, Bekasi, Minggu (14/5/2017). (Bola.com/Vitalis Yogi Trisna)

Desakan untuk mundur mengalir deras. Namun, Teco tetap bergeming.

“Saya tidak tahu dari mana suara seperti itu. Yang saya tahu, The Jakmania mendukung saya,” ujar Teco medio Mei 2017.

Sadar dengan tangan dingin Stefano Cugurra Teco manajemen Persija menolak untuk memecatnya. Gede Widiade selaku bos Macan Kemayoran kala itu masih memercayai Teco.

Teco datang ke Persija pada akhir 2016 atau setelah Indonesia Soccer Championship (ISC) A berakhir. Saat itu, Ferry Paulus masih menjadi penggerak utama Macan Kemayoran sebelum diambil alih oleh Gede yang datang sebagai CEO Persija.

"Ada beberapa calon pelatih yang kami bidik dan setelah melihat, saya menilai Teco sosok yang tepat untuk Persija. Proses pendekatan dengan Teco berlangsung sekitar satu bulan. Saat saya berada di Thailand sejatinya sudah hampir tercapai kata sepakat, tapi masih ada beberapa hal yang kami bicarakan," ujar Ferry Paulus.

"Pertama, dia bisa bahasa Indonesia dengan baik sehingga tak akan mengalami kendala dalam komunikasi sehari-hari. Ia juga mengenal sepak bola Indonesia dengan baik. Stefano Cugurra Teco juga sukses mengangkat performa tim-tim menengah jadi cukup berprestasi di Thailand. Jadi memang reputasi yang dimilikinya bagus," kata Ferry Paulus.

 

2 dari 5 halaman

Jawab Kritik dengan Gelar Juara

Pelan-pelan, performa Persija mulai meningkat setelah kritik tajam untuk Stefano Cugurra Teco. Pelatih asal Brasil ini mampu membawa Macan Kemayoran mengakhiri musim 2017 di peringkat keempat.

Beruntung bagi Persija, Dua tim yang finis di atasnya tidak mengantungi lisensi AFC. Ismed Sofyan dan kawan-kawan berhak memperoleh satu tiket ke babak penyisihan Piala AFC 2018.

Teco sukses menorehkan tinta emas pada 2018. Pertama, dia berhasil mengantar Macan Kemayoran menjuarai turnamen pramusim paling prestise, Piala Presiden.

Pemain Persija Jakarta mengangkat Piala Presiden 2018 dihadapan penonton dan suporter usai laga final melawan Bali United di Stadion Utama GBK, Senayan, Jakarta, Sabtu (17/2). Persija menang 3-0 atas Bali United. (Liputan6.com/Arya Manggala)

Sementara di Piala AFC, Persija membuat kejutan dengan membantai raksasa Malaysia, Johor Darul Ta’zim 4-0 di babak penyisihan. Namun, Persija terpaksa terhenti di babak semifinal zona ASEAN setelah dieliminasi oleh wakil Singapura, Home United.

Tersingkir di Piala AFC, Teco mengalihkan konsentrasi penuh ke Liga 1. Hukuman berat dari Komisi Disiplin (Komdis) PSSI kepada Persib Bandung pada pertengahan musim membuka jalur Persija ke tangga juara. Sebelum dihukum, Persib adalah penguasa klasemen.

Pada pengujung musim, Persija setia membuntuti PSM Makassar sebagai pemuncak klasemen. Kemenangan 2-1 atas Bali United pada pekan ke-33 mengantar Macan Kemayoran merebut posisi pertama dari PSM yang sehari setelahnya ditahan imbang tanpa gol oleh Bhayangkara FC.

Persija di atas angin. Macan Kemayoran berhasil mengalahkan Mitra Kukar 2-1 untuk merengkuh trofi Liga Indonesia yang ke-11. Teco bersuka cita. Dia menyebut tiga nama sebagai orang yang begitu membantunya di tim ibu kota, termasuk Ferry Paulus.

Pelatih Persija, Stefano Cugurra bersama Manajer tim Ardhi Tjahjoko saat perayaan gelar juara Go-Jek Liga 1 Indonesia 2018 bersama Bukalapak di Stadion GBK, Jakarta, Minggu (9/12). Persija meraih juara dengan 62 poin. (Liputan6.com/Helmi Fithriansyah)

"Terima kasih untuk Ferry Paulus yang panggil saya ke sini dari Thailand. Saya harus berterima kasih kepadanya karena diberikan peluang untuk bekerja di klub yang sangat besar ini," jelas Teco.

"Saya juga berterima kasih kepada Pak Gede. Pada awal 2017, prestasi Persija tidak bagus. Saya mendapat kritik, tapi Pak Gede memberikan kepercayaan kepada saya. Selain itu, saya juga harus berterima kasih kepada manajer kami, Pak Ardhi Tjahjoko yang sangat membantu kami," tutur Teco.

Persija menjadi juara Liga 1 2018, melengkapi prestasi menjadi juara Piala Presiden 2018 di awal musim. Teco pun terpilih sebagai pelatih terbaik Liga 1 2018.

3 dari 5 halaman

Back to Back Gelar Juara

Sedari awal, Persija berencana mempertahankan Teco untuk musim 2019. Tak ada petir, tak ada hujan, tiba-tiba kabar buruk itu datang. Bali United berhasil mengamankan jasa Teco untuk musim lalu.

"Saat bersama Persija, saya melihat Bali United tim bagus. Saya sangat senang bisa diterima di sini. Ketika ada tawaran dari Bali United, saya pikir itu bagus sekali. Sekarang kami harus berpikir untuk kerja keras dan sukses bersama tim ini," ucap Teco.

"Bali itu kota turis seperti Rio de Janeiro. Saya memang sering liburan ke Bali bersama istri dan anak saya, tapi sekarang saya bekerja di sini. Istri saya orang Indonesia, kami sering diskusi bersama. Sebelum ke Persija, saya lama di Thailand. Waktu mau datang ke Indonesia ada tawaran dari Persija, sekarang kami memilih pindah ke tempat bagus yakni Bali United. Mungkin ini cocok dengan saya dan keluarga," imbuhnya.

Tidak butuh waktu lama untuk Teco mencetak prestasi di Bali United. Pada musim pertamanya, dia berhasil menghadirkan trofi juara untuk tim kebanggaan warga Pulau Dewata itu. Bahkan, tim berjulukan Serdadu Tridatu ini begitu dominan pada musim lalu. Fadil Sausu dan kawan-kawan telah berhasil menyegel gelar juara pada pekan ke-30 dan Teco kembali menjadi pelatih terbaik di Liga 1 2019.

4 dari 5 halaman

Rekam Jejak Teco

"Tidak boleh ada pertandingan yang digelar di sini, di Bandung. Kamu lihat sendiri, ada botol masuk ke lapangan. Pertandingan beberapa kali harus berhenti karena pelemparan itu. PSSI harus keras menghukum Persib."

Teco sungguh tidak menyangka. Musim pertamanya setelah 11 tahun meninggalkan Indonesia diwarnai dengan insiden mengerikan. Sabtu, 22 Juli 2017, Teco bersama serdadu Persija Jakarta menjadi bulan-bulanan pendukung Persib Bandung, Bobotoh.

Lemparan botol, batu, dan petasan menjadi salam perpisahan mengerikan untuk Teco dan skuat Persija kala berhasil menahan gempuran Persib di Stadion Gelora Bandung Lautan Api (GBLA), Bandung. Pertandingan berakhir sama kuat 1-1 setelah Ramdani Lestaluhu membalas gol Raphael Maitimo untuk membawa timnya pulang ke ibu kota dengan oleh-oleh satu poin.

Suporter Persib, Bobotoh, memberikan dukungan saat melawan Persija pada laga Liga 1 di Stadion GBLA Bandung, Jawa Barat, Sabtu (22/7/2017). Kedua klub bermain imbang 1-1. (Bola.com/Vitalis Yogi Trisna)

Kejadian itu seakan menguatkan mental Teco dalam mengarungi kerasnya persaingan Liga 1, baik di dalam maupun luar lapangan.

Tidak banyak yang mengenal nama Teco sebelum ditunjuk sebagai pelatih Persija untuk musim 2017. Padahal, pria kelahiran 25 Juli 1974 itu pernah tinggal Indonesia dan merasakan atmosfer sepa kbola Tanah Air.

Pelatih kelahiran Rio de Janeiro, Brasil itu memulai karier kepelatihannya di Amerika Serikat. Tepatnya di klub Club Of Florida pada 2000. Tak berselang lama, Teco memutuskan untuk mengembangkan ilmu kepelatihannya di Italia.

Teco ditunjuk menjadi pelatih kebugaran klub Brescia U-17 selama satu tahun. Ia kemudian memutuskan untuk pulang kampung ke Brasil. Teco pun melanjutkan perjalanan karier kepelatihannya dengan menduduki jabatan pelatih fisik klub Liga Bahrain, Al Najma, pada 2003.

Selanjutnya, Teco mengambil tawaran menjadi pelatih fisik Persebaya Surabaya pada 2004. Teco diangkat sebagai staf kepelatihan Jacksen F. Tiago yang kala itu menjadi pelatih kepala. Bersama Jacksen, ia bahu-membahu membawa tim berjulukan Bajul Ijo ini menjadi juara Liga Indonesia 2004.

Semusim di Indonesia, Teco memutuskan untuk mencari petualangan baru di negara Asia lainnya. Kali ini, ia memilih Korea Selatan sebagai pelabuhan karier kepelatihan berikutnya. Tak berlangsung lama, ia memilih kembali untuk ke Persebaya.

Jika sebelumnya Teco diposisikan sebagai pelatih fisik, kini dirinya dipercayakan untuk mengisi jabatan asisten pelatih Persebaya. Kali ini, ia menemani ayahnya Gildo Rodrigues yang menjadi pelatih kepala Bajul Ijo.

Reputasi Teco sebagai asisten pelatih maupun pelatih fisik membawanya sukses melangkah ke jenjang karier kepelatihan yang lebih tinggi. Kerja keras Teco selama kurang lebih 10 tahun di dunia kepelatihan akhirnya tercapai. Klub Liga Thailand, Chiangrai United mengangkat Teco sebagai pelatih pada periode 2010-2013.

Karier Teco berlanjut di Phuket pada 2013-2014 dan Osotspa Samut Prakan pada 2014-2015, sebelum hijrah ke Royal Thai Navy dan pada 2015-2016 dan menerima pinangan Persija pada 2017.

5 dari 5 halaman

Profil Stefano Cugurra Teco

Pelatih

  • Chiangrai United (2010-2013)
  • Phuket (2013-2014)
  • Osotspa Samut Prakan (2014-2015)
  • Royal Thai Navy (2015-2016)
  • Persija Jakarta (2017-2018)
  • Bali United (2019-)

Prestasi

  • Juara 1 Liga 1 bersama Persija Jakarta (2018)
  • Pelatih Terbaik Liga 1 (2018)
  • Juara 1 Liga 1 bersama Bali United (2019)
  • Pelatih Terbaik Liga 1 (2019)

 

Disadur dari Bola.com (Muhammad Adiyaksa / Benediktus Gerendo Pradigdo)

Video Terkini