Sukses

Penjualan Newcastle ke Pangeran Arab Dianggap Bakal Merusak Citra Premier League

Pangeran Arab Saudi, Mohammed bin Salman, berniat menguasai saham Newcastle United lewat Badan Pendanaan Investasi Publik.

Liputan6.com, Jakarta Langkah pangeran Arab Saudi, Mohammed bin Salman, menguasai saham Newcastle United menuai protes dari Hatice Cengiz, tunangan Jamal Khashoggi, kontributor Washington Pos yang dibunuh di Turki, 2018. Sikap ini juga ditunjukan Cengiz dengan berkirim surat kepada pengelola Premier League. 

Cengiz tidak menyangka bila rencana pernikahannya dengan Khashoggi justru berakhir tragis. Upaya mereka dalam mengurus perizinan di kantor konsulat Arab Saudi di Turki justru berbuah petaka.

Sejak memasuki kantor itu, mereka tidak pernah bertemu lagi. Belakanga, Khashoggi dinyatakan tewas dalam pembunuhan brutal yang dilakukan 15 eksekutor yang didatangkan dari Arab Saudi.

Mereka memutilasi Khashoggi dan potongan tubuhnya tidak ditemukan hingga kini.

Mohammed bin Salman juga ikut mengutuk insiden ini. Namun dia membantah terlibat di dalamnya. 

Lima eksekutor Khashoggi divonis hukuman mati. Namun Cengiz masih terus mencari keadilan bagi kekasihnya dan meminta Premier League menghalangi uapaya Salman membeli Newcastle.

"Tidak diragukan lagi, ini adalah tindakan yang tepat, layak, dan sah bagi Anda (CEO Premier League, Richard Masters) dan Premier League mengingat pembunuhan kejam tunangan Ms Cengiz," bunyi surat Cengiz kepada Premier League seperti disampaikan pengacaranya kepada sejumlah media. 

"Seharusnya tidak boleh ada tempat di Premier League atau sepak bola Inggris bagi siapapun yang terlibat dalam tindakan menjijikkan seperti itu," tulis Cengiz.

"Citra, Premier League dan sepak bola Inggris pada umumnya akan ternoda oleh hubunan Anda dengan mereka yang melakukan kejahatan paling mengerikan dan kemudian berusaha menghapusnya, dan menggunakan sepakbola Inggris untuk pencitraan mereka dan menyembunyikan pelanggarannya."

 

 

 

 

 

2 dari 3 halaman

Sikap Amnesty International

Sikap yang sama sebelumnya juga disampaikan Amnesty International. Mereka menyoroti pelanggaran HAM dilakukan pemerintah Arab Saudi dan menganggap pembelian Newcastle sebagai pencitraan.

"Selama pertanyaan-pertanyaan ini tetap tidak terselesaikan, Liga Premier menempatkan dirinya pada risiko menjadi bagian dari mereka yang ingin menggunakan kemewahan dan prestise sepakbola Liga Premier untuk menutupi tindakan yang sangat tidak bermoral, melanggar hukum internasional dan bertentangan dengan nilai-nilai Liga Premier dan komunitas sepakbola global, " kata mereka.

3 dari 3 halaman

Calon Klub Kaya Raya

Proses pembelian Newcastle United dari tangan pemilik sebelumnya, Mike Ashley memang melibatkan banyak pihak. Salah satunya adalah pengusaha asal Inggris, Amanda Staveley dari PCP Capital Partners. Staveley tidak bergerak sendiri. Wanita 47 tahun itu juga disebut-sebut mendapat dukungan dana dari Badan Pendanaan Investasi Publik, Arab Saudi yang diberikan lewat grup konsorsium.

Pembelian ini nantinya akan memungkinkan Mohammed bin Salman menguasai sekitar 80 persen saham The Magpies. Sementara Yasir El-Rumayyan, salah satu sosok yang paling berpengaruh pada keluarga kerajaan rencananya bakal ditempatkan sebagai pemimpin baru The Magpies.

Newcastle United sendiri akhirnya dilepas dengan harga 300 miliar pound sterling. Angka ini mengalahkan pembelian Manchesetr City sebesar 260 juta pounds yang dilakukan Sheikh Mansour 2008 lalu. Saat itu, pengusaha Staveley juga berada di balik proses negosiasi The Citizens.

Dengan dukungan dana yang besar, Newcastle pun digadang-gadang menjadi salah satu tim super kaya di Liga Inggris. Suntikan dana seperti yang diterima Manchester City sebelumnya bakal memberi perubahan bagi kekuatan The Magpies dengan kehadiran pemain-pemain bintang ke depannya.

Video Terkini