Jakarta - Kepindahan pemain dari satu klub ke klub lainnya merupakan fenomena yang biasa dalam sepak bola. Namun, ada pula pihak yang menganggap hal itu tabu di Shopee Liga 1, apalagi jika pindah ke klub rival.
Bukan cerita lama jika pemain di Indonesia memiliki kecendrungan tidak loyal karena sering bergonta-ganti klub. Bahkan, ada pemain yang setiap tahunnya selalu berganti seragam.
Fenomena ini terjadi karena mayoritas klub di Indonesia tidak berani memberikan kontrak jangka panjang. Biasanya, pemain dikontrak pertahun dan akan diputuskan pada akhir musim, apakah kontrak diperpanjang atau tidak.
Advertisement
Berbeda dengan pemain sepak bola di luar negeri. Biasanya mereka mendapatkan kontrak minimal dua tahun sehingga peluang untuk berganti-ganti klub menjadi lebih kecil.
Hal inilah yang membuat pemain di Indonesia kerap berganti-ganti klub. Mereka juga tidak khawatir untuk memperkuat tim yang punya sejarah rivalitas dari klub sebelumnya.
Namun, tak semua kepindahan bisa diterima oleh suporter fanatik. Sejarah rivalitas yang panjang serta dendam yang mengakar membuat pemain yang pindah ke klub rival langsung mendapat kritikan hingga teror.
Sikap tersebut masih terjadi pada Shopee Liga 1 2020. Bola.com mencatat ada tiga kepindahan pemain yang kontroversial dan sempat memicu kritikan dari suporter fanatik.
Lantas, siapa saja pemain yang kepindahannya ke klub lain di Indonesia mendapatkan kritikan dari suporter? Berikut ini adalah ulasannya.
Mau ikuti challenge 5 tahun Bola.com dengan hadiah menarik? Klik Tautan ini.
Andik Vermansah
Keputusan Andik Vermansah yang bergabung dengan Bhayangkara FC pada awal 2020 mendapat hujatan. Mayoritas kritikan datang dari suporter Persebaya Surabaya.
Maklum, Andik merupakan mantan pemain Persebaya rentang 2008-2013. Adapun Bhayangkara FC merupakan klub yang terbentuk karena dualisme Persebaya.
Menanggapi kritikan itu, Andik menegaskan tak masalah. Bahkan, Andik juga mengaku jika dirinya merupakan korban dari dualisme Persebaya yang terjadi pada 2010-2017 itu.
"Saya dulu bilang jika Persebaya membutuhkan, saya tidak akan pindah dari Persebaya. Saya tidak mengapa tak disebut legenda. Saya juga korban dualisme," kata Andik ketika itu.
Andik juga meminta agar suporter lebih dewasa. Jika hal semacam ini berkelanjutan, maka akan ada banyak pemain muda Persebaya yang takut untuk bermain di klub lain.
"Sampai kapan kita seperti ini terus? Kasihan juga buat bibit-bibit Surabaya yang ingin bermain di klub lain atau mencari nafkah di klub lain. Selalu dihantui dengan rival," tegas Andik.
Advertisement
Evan Dimas
Sama dengan Andik Vermansah, kepindahan Evan Dimas ke Persija Jakarta pada awal 2020 juga menuai kritikan. Bahkan, rumah orang tua Evan di Surabaya sempat mendapatkan teror dari oknum yang tidak bertanggung jawab.
Rumah orang tua Evan dipasangi spanduk bertuliskan "Sepak bola bukan sekedar nilai rupiah". Hal ini diyakini sebagai bentuk kekecewaan suporter Persebaya terhadap kepindahan Evan ke Persija.
Maklum, sebagai orang yang lahir dan besar di Surabaya, Evan dianggap sebagai pengkhianat. Hal itu terjadi karena bergabung dengan Persija yang notabene merupakan rival dari Persebaya.
"Saya mau menyikapi semuanya dengan biasa saja," ucap Evan Dimas ketika itu.
Makan Konate
Kepindahan yang tak kalah kontroversial juga dilakukan Makan Konate pada 2020. Pemain asal Mali itu secara mengejutkan memilih hengkang ke Persebaya Surabaya.
Bukan rahasia lagi jika Persebaya merupakan rival Arema FC, klub Makan Konate sebelumnya. Kepindahan ini pun sempat menyulutkan bara kekecewaan suporter klub berjuluk Singo Edan itu.
Meski demikian, Makan Konate santai menanggapi suara kekecewaan dari suporter Arema. Menurut dia, pindah klub dalam sepak bola bukan hal yang aneh, melainkan lumrah.
"Saya pesepak bola profesional. Saya suka Indonesia, bukan hanya satu tim saja. Saya keluar dari Arema ke Persebaya juga bukan karena rivalitas. Di luar dari itu, saya pemain profesional," tegas Makan Konate.
Disadur dari Bola.com (Zulfirdaus Harahap / Rizki Hidayat)
Advertisement