Sukses

9 Pesepak Bola yang Jadi Lebih Bersinar Setelah Berganti Posisi

Bagi beberapa pesepak bola, pindah posisi bisa menjadi pembuka karier luar biasa di pentas dunia.

Jakarta - Di era sepak bola modern, transformasi posisi pesepak bola lumrah terjadi. Berbagai faktor, seperti bertambahnya usia pemain dan kebutuhan taktik sebuah tim yang diterapkan sang pelatih, bisa menjadi alasan hal tersebut dilakukan.

Pesepak bola harus bisa beradaptasi dengan kondisi timnya, termasuk keinginan sang pelatih. Berpindah posisi biasanya dikarenakan sang pelatih melihat suatu kelebihan dalam diri pemainnya. Tak jarang, pemain yang dipercaya menjajal posisi anyar, justru tampil lebih superior di posisi barunya.

Mungkin pada awalnya, pemain tersebut merasa kesulitan memerankan tugas baru itu. Bahkan, ada pula yang merasa tak nyaman saat dimainkan di posisi yang bukan "aslinya". Ujungnya, pemain tersebut memilih hengkang.

Namun, tentu pula ada pemain yang terbilang berhasil menjalankan tugas baru yang dipercayakan sang pelatih.

Contoh kasus semacam ini bisa dilihat pada Gareth Bale. Bintang asal Wales itu diplot sebagai bek kiri semasa bermain untuk Southampton.

Tetapi, ketika pindah ke Tottenham Hotspur pada 2010, Bale dicoba di posisi sayap kiri, dan sejak itu, dia tak pernah lagi kembali jadi bek. Performa Bale justru makin moncer setelah jadi pemain sayap.

Selain Bale, ada beberapa pemain dunia lain yang mendapatkan kenyamanan di lapangan setelah berganti posisi. 

Siapa saja mereka? Berikut beberapa pesepak bola yang semakin superior setelah menjajal posisi baru:

2 dari 10 halaman

1. Sergio Ramos

Pada musim keduanya di Real Madrid, Sergio Ramos berganti posisi dari bek tengah menjadi bek kanan.

Kecepatan serta kemampuannya dalam membaca permainan, menjadikan Ramos salah seorang pemain tangguh di posisi bek kanan. Dia juga menempati posisi sama di Timnas Spanyol.

Namun, saat Jose Mourinho membesut Real Madrid, pada musim 2011-2012, Ramos kembali menempati pos lamanya sebagai bek tengah. Itu jadi posisi terbaiknya. Sisanya, seperti diketahui, Ramos merupakan satu di antara bek tengah terbaik dalam sejarah.

3 dari 10 halaman

2. Thierry Henry

Pelatih asal Italia, Carlo Ancelotti, pernah mengaku ia menyesal tak bisa "membaca" kemampuan Thierry Henry. Dia memainkan Henry sebagai pemain sayap.

Adalah pelatih Arsenal kala itu, Arsene Wenger, yang bisa melihat kemampuan pemain asal Prancis itu. Wenger lantas memasang Henry di posisi penyerang tengah.

Pada awalnya, Henry sempat protes, minta dikembalikan ke posisi aslinya karena merasa tak yakin mampu bermain di posisi itu.

Namun, setelah tujuh pertandingan tanpa mencetak satu gol pun di Premier League, Henry akhirnya menemukan posisi sejatinya, dan sisanya adalah sejarah.

4 dari 10 halaman

3. Gareth Bale

Ketika Tottenham Hotspur memboyong Gareth Bale dari Southampton pada 2007, dia sudah dikenal sebagai bek kiri andal

Pada 2010, Bale mendapat kesempatan bermain di sayap kiri dan dengan cepat dia memperlihatkan, bahwa itu adalah posisi terbaiknya.

Di posisi barunya itu, Bale mampu mengacak-acak pertahanan Inter Milan pada Oktober 2010 dan tiga tahun kemudian dia gabung Real Madrid dengan nilai mencapai 85 juta paun.

5 dari 10 halaman

4. Vincent Kompany

Vincent Kompany dikenal sebagai bek tengah andal semasa di Manchester City. Namun, itu bukan posisi awalnya. Saat gabung the Citizen, dia merupakan gelandang bertahan.

Pelatih Roberto Mancini melihat kemampuan pemain asal Belgia itu dan menempatkannya di posisi bek tengah.

"Posisi favorit saya itu di tengah, tapi saya bisa bermain saya bagusnya di sentral pertahanan," kata Kompany pada 2009.

6 dari 10 halaman

5. Javier Mascherano

Kasus berbeda terjadi pada Javier Mascherano. Keberadaannya di lini tengah Barcelona yang kala itu dihuni pemain-pemain sekelas Andres Iniesta, Xavi, dan Sergio Busquets, menyulitkannya mendapat tempat.

Jadi, ketika tiba di Camp Nou dari Liverpool pada 2010, dia "lahir baru" dengan berperan sebagai bek tengah.

Itu jadi pilihan yang terbukti sukses besar. Mascherano tampil dalam 334 pertandingan dan meraih berbagai gelar bersama El Barca.

7 dari 10 halaman

6. Andrea Pirlo

Carlo Ancelotti boleh gagal memetakan kemampuan Thierry Henry, namun tidak dengan Andrea Pirlo. Pelatih kawakan asal Italia itu melihat Andrea Pirlo bakal bisa mengeluarkan kemampuan terbaiknya sebagai deep-lying playmaker.

Di Brescia, Pirlo bermain di posisi playmaker. Dia sempat diberi peran lebih dalam oleh pelatih Brescia kala itu, Carlo Mazzone, namun Ancelotti yang memolesnya sedikian rupa saat memboyong Pirlo ke AC Milan pada 2001.

"Dia mengubah karier saya, menempatkan saya di depan pertahanan (dua bek tengah)," kata Pirlo pada 2015.

8 dari 10 halaman

7. Gianluca Zambrotta

Gianluca Zambrotta merupakan satu di antara pemain sayap paling menjanjikan saat gabung Juventus pada 1999. Namun, cedera yang dialami di Piala Dunia 2002, memaksanya melewatkan awal musim 2002-2003. Malang baginya, Mauro Cameronesi, yang menggantikan posisinya di Juventus, tampil apik.

Setelah sembuh, Zambrotta lantas dicoba di posisi anyar, jadi bek sayap. Peran baru ini dijalaninya dengan baik.

Pemain asal Italia ini bisa bermain di dua sektor bek, bek kanan maupun kiri, dengan sama baiknya, dan menikmati karier mulus bersama Juventus, Barcelona, AC Milan, dan bahkan memenangi Piala Dunia 2006.

9 dari 10 halaman

8. Bastian Schweinsteiger

Sebelum menjelma sebagai gelandang tengah kelas dunia, Schweinsteiger pada awalnya adalah pemain sayap di Bayern Munchen.

Louis van Gaal, yang tiba di Die Bayern pada 2009, menjadi sosok yang bertanggung jawab atas perubahan posisi Schweinsteiger.

"Dia tak cocok bermain di posisi sayap kiri," kata van Gaal begitu dia membesut Bayern Munchen.

"Ketika saya tiba di klub baru, saya bicara dengan setiap pemain tentang posisinya, kepribadiannya, tim, dan bagaimana dia bekerja bersama rekan satu timnya."

Saya bilang ke Bastian: Saya pikir kamu harus bermain di tengah," lanjut pelatih asal Belanda itu.

Kejelian van Gaal berbuah manis bagi karier sang pemain. Schweinsteiger memberikan kontribusi terbaik di level klub dan timnas di posisi anyarnya itu.

10 dari 10 halaman

9. Antonio Valencia

Antonio Valencia sempat mengalami masa sulit di Manchester United karena harus bersaing dengan Angel Di Maria dan Memphis Depay. Namun, kedatangan Louis van Gaal pada 2015, menyelamatkan kariernya bersama Setan Merah.

Van Gaal menempatkan pemain asal Ekuador ini sebagai bek kanan. Valencia pun bertahan di Old Trafford hingga 2019, dan bahkan pada 2017, pelatih sekelas Jose Mourinho melabelinya sebagai bek kanan terbaik di dunia.

Sumber: Give Me Sport

Disadur dari Bola.com (Penulis Alfi Yuda / Editor Aning Jati, Published 05/05/2020)

Video Terkini