Jakarta - Istilah false nine atau penyerang bayangan pernah populer ketika Vicente Del Bosque, pelatih Timnas Spanyol di Euro 2012. Kala itu ia mengubah peran Cesc Fabregas dari gelandang sebagai striker.
Eksperimen taktik tersebut juga merambah ke Indonesia. Osvaldo Haay pernah memerankan posisi tersebut di SEA Games 2019. Pelatih Timnas Indonesia U-22 di turnamen itu, Indra Sjafri terpaksa memainkan Osvaldo Haay di luar posisi aslinya sebagai winger karena berbagai faktor.
Baca Juga
Di SEA Games 2019, persaingan di posisi penyerang sayap begitu ketat. Indra Sjafri lebih memercayai Egy Maulana Vikri dan Saddil Ramdani di posisi itu. Sebagai pelapis, Witan Sulaeman dan Feby Eka Putra telah menunggu untuk dimainkan.
Advertisement
Indra Sjafri cukup jeli tatkala melihat potensi Osvaldo Haay bermain sebagai penyerang tengah karena insting mencetak gol pemain berusia 22 tahun itu cukup tinggi. Saat membela Persebaya Surabaya pada 2018-19, Osvaldo membukukan 16 gol dari 41 penampilan.
Selain Osvaldo, Indra Sjafri juga bereksperimen terhadap posisi Muhammad Rafli. Pemain Arema FC itu juga diubah posisinya dari gelandang menjadi penyerang.
Awalnya, Rafli adalah penyerang utama Timnas Indonesia U-22 di SEA Games 2019. Namun, karena performanya tak kunjung menjanjikan, Osvaldo berhasil menembus posisi inti.
Di luar ekspektasi sebagai false nine, Osvaldo malah tampil buas dengan posisi barunya. Mantan pemain Persipura Jayapura ini keluar sebagai top scorer turnamen dengan delapan gol.
Permainan Osvaldo Haay di atas lapangan justru cenderung mirip dengan striker sungguhan. Umumnya, penyerang bayangan hanya bertugas untuk membuka ruang bagi pemain rekan setimnya yang memiliki insting menyerang lebih tinggi.
Raphael Maitimo, False Nine Persib Musim 2017
Sebelum kedatangan Ezechiel N'Douassel pada pertengahan musim 2017, Persib Bandung sempat mengalami krisis penyerang. Padahal, tim berjulukan Pangeran Biru itu punya deretan striker berlabel bintang macam Sergio Van Dijk dan Carlton Cole.
Namun, Van Dijk dihantam cedera di awal musim dan penampilan Cole jauh dari kata memuaskan. Alhasil, pelatih Persib saat itu, Djadjang Nurdjaman, dibuat pusing tujuh keliling.
Djanur, panggilan akrabnya, bereksperimen dengan menaruh Raphael Maitimo sebagai penyerang bayangan alias false nine. Penampilan pemain naturalisasi berdarah Belanda ini tidak mengecewakan.
Perubahan posisi bermain tidak membuat Maitimo kaget. Pasalnya, mantan pemain Persija Jakarta itu dikenal sebagai pemain multiposisi. Selain gelandang dan penyerang, ia bisa diplot sebagai bek sayap dan bek tengah. Dia juga pernah didapuk sebagai winger oleh PSIM Yogyakarta pada 2019.
Maitimo sukses menambal posisi penyerang tengah hingga kehadiran Ezechiel pada bursa transfer paruh musim. Pada Liga 1 2017, ia berhasil mengemas sembilan gol dari 28 penampilan.
Advertisement
Stefano Lilipaly, Tajam di Klub dan Timnas
Mirip dengan Maitimo, Stefano Lilipaly adalah pemain multiposisi. Gelandang naturalisasi ini bisa berperan sebagai gelandang serang, winger kiri hingga penyerang bayangan.
Peran penyerang bayangan pernah dimainkan Lilipaly saat membela Timnas Indonesia U-23 di Asian Games 2018. Saat itu, ia menjadi tandem Alberto Goncalves di lini depan.
Selain menjadi pemecah konsentrasi pemain belakang lawan, Lilipaly juga kerap memecah kebuntuan Timnas Indonesia U-23. Hingga babak 16 besar sebelum kalah dari Uni Emirat Arab (UEA) melalui adu penalti, pemain berusia 30 tahun ini mampu mengemas empat gol sekaligus pemain tersubur tim bersama Beto, panggilan Alberto.
Hanya saja, peran sebagai false nine cukup jarang dimainkan Lilipaly di level klub bersama Bali United. Pasalnya, tim berjulukan Serdadu Tridatu ini begitu mengandalkan Ilija Spasojevic sebagai striker tunggal. Jika Spaso, panggilannya, absen, masih ada Melvin Platje yang bisa menggantikan posisinya.
Â
Disadur dari Bola.com (Muhammad Adiyaksa / Hendri Wibowo)