Jakarta - Perjalanan karier Maman Abdurrahmanbegitu didambakan setiap pesepak bola. Saat masih muda, ia meraih berbagai kesuksesan pribadi. Saat sudah tua, ia masih berkesempatan untuk merasakan nikmatnya trofi Liga Indonesia.
Era keemasan Maman Abdurrahman sebagai pemain terjadi ketika ia berseragam PSIS Semarang pada 2005-2008 atau setelah membela Persijatim Solo FC pada periode 2001-2005.
Baru juga bergabung, Maman telah berhasil mengantar PSIS ke babak final Divisi Utama Liga Indonesia 2006. Namun, ia gagal membawa pulang gelar ke Semarang setelah dikandaskan Persik Kediri 0-1.
Advertisement
Namun, Maman masih bisa mencaplok gelar pribadi. Ia didaulat sebagai pemain terbaik Liga Indonesia musim 2006. Kala itu, Maman sukses membentuk benteng tangguh di lini pertahanan PSIS bersama Fofee Kamara dan Zoubairou Garba. Nama terakhir masih eksis bersama Persebaya Surabaya.
Berkat penampilannya bersama PSIS, Maman Abdurrahman mendapatkan panggilan ke Timnas Indonesia senior pada tahun yang sama. Sebelumnya, ia lebih banyak bermain dengan timnas U-23.
Kisah Tuduhan Penyuapan di Piala AFF 2010
Setelah kontraknya bersama PSIS berakhir, Maman Abdurrahman bergabung dengan Persib Bandung pada 2008 hingga 2013. Di tengah kariernya bersama tim berjulukan Pangeran Biru itu, ia dihajar tuduhan penyuapan di Piala AFF 2010 bersama Timnas Indonesia.
Semua berawal dari kekalahan 0-3 Timnas Indonesia dari Malaysia pada partai final leg pertama Piala AFF 2010 di Stadion Bukit Jalil, Kuala Lumpur.
Sejumlah pemain Timnas Indonesia dituding menerima suap untuk membiarkan Malaysia menang. Dasar dari tuduhan tersebut merujuk dari proses gol-gol tuan rumah.
Terutama ketika Safee Sali membuka skor untuk Malaysia pada menit ke-61. Ketika itu, Maman menjadi bulan-bulanan karena gagal menutup pergerakan Norshahrul Idlan yang menjadi pembuat assist untuk gol tersebut.
Kisah dugaan penyuapan tersebut bahkan terus diingat hingga saat ini dan pernah dibahas oleh program Mata Najwa di sebuah televisi swasta pada 2018.
"Saya ingin mengklarifikasi yang seolah olah saya terlibat pengaturan skor dalam pertandingan final Piala AFF 2010," kata Maman pada Desember 2018.
"Saya kaget melihat pemberitaan, tiba tiba Instagram saya ramai, saya difitnah. Saya yakin, seperti penjelasan awal, sehubungan dengan opini yang berkembang setelah tayangan Mata Najwa, saya hanya bilang dengan opini yang berkembang di media sosial, saya banyak diserang."
"Saya harus akui saya melakukan kesalahan secara teknis, bahasanya blunder tapi tidak ada unsur apapun. Waktu itu Alfred Riedl setelah laga bilang, seingat saya, setiap pemain bisa saja melakukan kesalahan. Saya akui saya blunder, secara teknis. Tapi tuduhan suap itu tidak benar. Demi Allah," ucap Maman.
Advertisement
Momok Cedera dan Serasa Hidup Kembali bersama Persija
Nama Maman sempat menghilang dari peredaran setelah meninggalkan Persib untuk bergabung dengan Sriwijaya FC pada 2014. Ia mengalami cedera ligamen ketika bermain di turnamen pramusim.
Cedera tersebut membuat kontrak Maman diputus Sriwijaya FC sesaat sebelum kompetisi 2014 dimulai. Menurutnya cedera itu lumayan membuatnya frustrasi. Akhirnya ia memutuskan untuk vakum dulu, dan selama waktu itu sang pemain fokus dengan penyembuhan kaki.
"Ikut terapi, pengondisian, dan juga banyak habiskan waktu di gym. Waktu itu saya sampai memilih untuk tidak mau tahu soal sepak bola Indonesia karena saking frustrasinya. Selama setahun itu saya nggak tahu apa-apa soal sepak bola Indonesia," ucap Maman pada Juli 2016 dinukil dari Pandit Football.
"Akhirnya kaki saya sembuh. Kemudian dapat telepon dari Om Bambang Nurdiansyah. Beliau mengajak saya untuk bergabung ke Persita. Awalnya manajemen Persita juga ragu mau ambil saya, sebab saya sudah senior dan juga baru sembuh dari cedera. Tapi Alhamdulillah akhirnya mereka memberikan kepercayaan sama saya dan mengontrak saya," tutur Maman.
Di tangan Banur, panggilan Bambang Nurdiansyah, Maman bak hidup kembali. Setelah melewati masa-masa mengerikan bernama cedera, ia mulai rutin bermain reguler.
Banur pula yang membawa Maman ke Persija Jakarta pada akhir 2015. Ketika itu, Banur dipilih untuk menangani tim ibu kota di turnamen Piala Jenderal Sudirman. Perekrutan Maman saat itu dikritik oleh sejumlah pihak. Pasalnya, usianya telah terbilang gaek untuk seorang bek, 33 tahun.
Namun, Maman berhasil menjawab keraguan tersebut dengan penampilannya di atas lapangan. Hingga 2018 atau usianya 36 tahun, ia mampu mengunci posisi starter. Bahkan di tahun yang sama, Maman berhasil meraih trofi Liga Indonesia untuk pertama kalinya.
Terus digerus usia, Maman harus merelakan posisi utama pada 2019. Ia mulai kalah bersaing dari bek yang lebih muda, Ryuji Utomo. Namun, tenaga Maman tetap terpakai. Sempat tidak diperpanjang untuk musim ini, Persija menganulir keputusan tersebut untuk kembali mengikatnya pada tahun ini.
Empat musim terakhir bersama Persija, Maman mencatatkan jumlah penampilan yang fantastis. Saat usianya makin gaek sebagai seorang bek, ia masih mampu mengukir 72 laga bersama tim berjulukan Macan Kemayoran tersebut.
Disadur dari Bola.com (Muhammad Adiyaksa / Hendry Wibowo)