Liputan6.com, Jakarta Persipura Jayapura mengusung nama Maruarar Sirait menjadi salah satu Direksi PT Liga Indonesia Baru (LIB). Suara ini mencuat setelah Cucu Sumantri mundur sebagai Direktur Utama PT LIB.
Selain Cucu, tiga komisaris PT LIB seperti Sonhadji, Hasani Abdul Gani, dan Hakim Putratama juga meninggalkan posisi mereka. Sebelum ada pengganti, Persipura yang menjadi klub pemegang saham terbesar menyebutkan nama Maruarar Siarit jadi satu dari tiga nama yang dinilai layak diberikan kepercayaan tersebut. Selain Ara, ada juga nama Tommy Welly dan Tigor Shalom Boboy.
Maruarar sendiri bukan wajah baru bagi sepak bola Indonesia. Politisi PDIP itu sudah akrab dengan turnamen Piala Presiden. Setidaknya, sudah empat kali Ara--sapaan akrabnya--ditunjuk sebagai ketua Steering Committee (SC) turnamen pramusim itu.
Advertisement
Ketua Umum (Ketum) Persipura, Benhur Tommy Mano, menyampaikan langsung alasannya mengusulkan Maruarar jadi salah satu direksi PT LIB. Menurutnya, dengan pengalaman sebagai SC Piala Presiden sebanyak empat kali, politisi PDI Perjuangan itu punya kapasitas untuk memimpin operator kompetisi profesional di Tanah Air.
"Dia pernah pernah ditunjuk sebagai ketua Steering Committee Piala Presiden. Dia sudah berpengalaman di sepak bola. Dia tidak terlibat dalam mengelola klub. Itu yang kami usulkan yang tidak terikat dengan klub. Bisa bebas, independen dalam memimpin kedepan. itu harapan kami PT LIB kedepan,” terang Walikota Jayapura itu.
4 Poin Penting
Menanggapi wacana itu, Ara menyampaikan ada empat poin penting kenapa Piala Presiden bisa berjalan lancar dan sukses tanpa ada masalah. Dan yang paling penting menurut pria kelahiran Medan, Sumatera Utara, 50 tahun silam itu adalah, mengurus sepak bola harus memegang teguh konsistensi.
"Pertama, harus konsisten harus di audit. Makanya Piala Presiden selalu di audit oleh PwC (PricewaterhouseCoopers). Auditor yang kelasnya internasional. Apalagi pak Presiden Jokowi juga maunya sepak bola Indonesia ke wilayah internasional. Jadi harus auditornya internasional. Makanya selama Piala Presiden sepak bola empat kali penyelenggaraan selalu diaudit PwC dan hasilnya selalu bagus.,” ungkap Maruarar dalam keterangan pers yang diterima Liputan6.com, Senin (19/5/2020).
“Nomor dua, tidak menggunakan uang negara. Kami buktikan selama kami membuat event Piala Presiden baik sepak bola empat kali dan basket sekali, tidak pernah menggunakan uang negara. Dan buktinya, sponsornya banyak. Nomor tiga, semua hak-hak klub, hak-hak pemain, hadiah-hadiah tidak pernah terlambat,” lanjutnya.
Advertisement
Berharap kepada Ketum PSSI
Sementara satu poin lain yang dikedepankan Maruarar selama menjadi SC Piala Presiden adalah terkait pengaturan skor. Dirinya menegaskan untuk bisa menjaga hal tersebut tidak terjadi, dirinya menggandeng pihak kepolisian dan juga TNI.
"Nomor empat, tidak boleh ada pengaturan skor. Piala Presiden selama ini bekerjasama baik dengan Kapolri, Panglima TNI. Oleh karena itu di Piala Presiden tidak ada isu pengaturan skor. Sebetulnya mengurus sepak bola itu tidak sulit, selama kita mengedepankan integritas dan kepercayaan,” paparnya.
Maruarar pun menyampaikan, jika semua poin-poin yang dijalankan selama memimpin turnamen Piala Presiden juga sudah disampaikan kepada Ketua Umum (Ketum) PSSI, Mochamad Iriawan. Dirinya pun yakin, di bawah Iwan Bule, begitu Iriawan disapa, sepak bola Indonesia maju dan lebih baik.
"Saya sempat mengundang makan di restoran saya. Kita ngobrol dengan pak Iwan Bule dan kita dukung pak Iwan Bule memajukan sepak bola Indonesia. Semua poin-poin itu sudah saya sampaikan kepada beliau saat itu,” tutur Maruarar, yang juga pembina SSB Taruna Merah Putih.