Liputan6.com, New York - Mantan bek Manchester City, Nedum Onuoha, mengakui bahwa dia merasa tidak aman tinggal di Amerika Serikat (AS). Onuoha dua musim terakhir membela klub Major League Soccer (MLS), Real Salt Lake.
Onuoha diketahui pemain berkulit hitam berkewarganegaraan Inggris kelahiran Nigeria. Dia angkat bicara di tengah gelombang protes ketidakadilan rasial di AS, yang kerap menindas warga kulit hitam.
Baca Juga
Teranyar, warga kulit hitam AS, George Floyd, tewas, setelah mendapat tindakan kekerasan dari polisi Minneapolis. Padahal, George Floyd tidak bersenjata dan sudah menyerah ketika ditangkap.
Advertisement
Pemain berusia 33 tahun ini mengakui bahwa sebagai pria berkulit hitam, ia terkadang merasa tidak aman di negara ini. Bahkan, diungkapkannya, ketidakamanan itu malah bisa datang dari polisi setempat di AS.
"Saya merasa nyaman tetapi ketika itu datang dari berbagai hal kebrutalan, dan jika itu ternyata dari polisi. Jika mereka (polisi) mendapatkan saya salah jalan, kemudian hidup saya bisa langsung diambil alih," kata Onuoha, seperti dilansir BBC Sport.
"Saya merasakannya setiap hari. Bukan hanya saya, tetapi semua orang seperti itu," ucap mantan pemain Queens Park Rangers ini.
Sikap Polisi
Mantan pemain Timnas Inggris U-21 ini mengaku tidak sedang berusaha terlalu kritik terhadap kepolisian AS. Sebab, dia mengatakan, masih ada banyak petugas polisi yang baik di luar sana.
"Tapi, kadang-kadang saya merasa seperti orang menganggap polisi di atas segalanya dan membuat mereka tampak seperti manusia super," jelasnya.
Advertisement
Lebih Aman di Inggris
"Saya tidak pernah keluar rumah dan merasa 100 persen aman. Di Inggris, saya lebih nyaman karena jika sesuatu terjadi mungkin tidak akan mematikan," papar Onuoha.
Eks pemain Sunderland ini merasa di AS, semua orang mengekspresikan hak mereka, dan pertengkaran bisa berujung kematian. Onuoha selalu sangat sadar akan hal itu setiap kali pergi ke tempat mana pun di AS.