Sukses

Shin Tae-yong dan Luis Milla Ternyata Satu Suara soal Rendahnya Profesionalisme PSSI

Sebelum Shin Tae-yong, Luis Milla selepas meninggalkan kursi Timnas Indonesia, mengkritik profesionalisme PSSI, hal yang sama dilakukan pelatih asal Korea Selatan itu.

Jakarta - Karier Shin Tae-yong bersama Timnas Indonesia terancam hanya seumur jagung. PSSI dan Indra Sjafri terang-terangan mengibarkan bendera perang kepada pelatih berpaspor Korea Selatan itu.

Bermula dari wawancaranya dengan media Korea Selatan, Joins, Shin Tae-yong dianggap bermain playing victim. Arsitek asal Korea Selatan itu bisa dipecat PSSI jika tidak kembali ke Indonesia pada pekan depan.

"Kalau dia tidak datang, harus kami evaluasi. Mungkin dipecat. Kami minta paling lambat dia datang pada pekan depan. Kami lihat nanti bagaimana," ujar Ketua Satuan Tugas (Satgas) Timnas Indonesia, Syarif Bastaman, ketika dihubungi Bola.com, Jumat (19/6/2020).

"Sejak rapat virtual dengan dia pada pekan lalu, dia sudah setuju untuk datang ke Indonesia. Alih-alih datang, dia malah berkoar-koar di media. Walaupun entah benar atau tidak dia berbicara seperti itu, sudah tersebar di media. Saat rapat virtual dengan Exco PSSI, dia menolak untuk datang," jelas Syarif.

Kursi kepelatihan Shin Tae-yong pun digoyang. Indra Sjafri berpeluang menggantikannya sebagai nakhoda Timnas Indonesia. Namun, jangan lupakan Luis Milla, pelatih yang diinginkan masyarakat Indonesia.

Yang menarik, Shin Tae-yong dan Luis Milla memiliki pandangan yang sama terhadap minimnya profesionalisme PSSI. Belum lama ini, Shin Tae-yong mempertanyakan PSSI sebagai federasi sepak bola. Dia heran karena PSSI beberapa kali berganti pengurus, bahkan membiarkan orang kompeten seperti Ratu Tisha mundur dari jabatan Sekjen PSSI. 

Shin Tae-yong juga mengkritik sikap Indra Sjafri yang pergi tanpa izin saat masih menjabat sebagai asisten pelatihnya. PSSI kemudian malah mengangkatnya sebagai direktur teknik. Shin Tae-yong berharap ke depannya PSSI bisa fokus terhadap pengembangan sepak bola Indonesia demi meraih prestasi. Bukan justru membuat keputusan-keputusan kontroversial yang hanya berguna terhadap kepentingan pribadi.

Sementara itu, Luis Milla sebelumnya juga pernah mengkritik PSSI, karena memiliki manajemen yang buruk. Hal itu disampaikan oleh pelatih asal Spanyol tersebut selepas meninggalkan kursi pelatih Timnas Indonesia. Bahkan, menurut Luis Milla, PSSI, yang kala itu dipimpin Edy Rahmayadi, berulangkali melanggar kontrak.

"Proyek yang sudah saya bangun selama satu setengah tahun lebih berakhir, meski diwarnai dengan manajemen yang buruk, pelanggaran kontrak berulang, dan profesionalisme rendah dari para pemimpin, selama lebih dari 10 bulan terakhir, saya merasa sudah melakukan pekerjaan terbaik," begitu pesan Luis Milla dalam unggahannya di akun instagram, @luismillacoach.

Soal prestasi, Luis Milla dan Shin Tae-yong memiliki catatan gemilang. Untuk Shin Tae-yong, sebelum menekuni dunia kepelatihan, dia adalah pemain dengan limpahan gelar di Korea Selatan. Tercatat, mantan pemain berposisi gelandang serang ini enam kali merengkuh trofi K League 1 bersama Seongnam Ilhwa Chunma pada 1993, 1994, 1995, 2001, 2002, dan 2003.

Shin Tae-yong banting setir menjadi pelatih pada 2005 setelah didapuk sebagai asisten pelatih klub Australia, Queensland Roar FC, klub terakhir yang dibelanya di sepak bola profesional.

Pengabdian Shin Tae-yong kepada Queensland Roar berakhir pada 2008 dan ia kembali ke Korea Selatan untuk menangani Seongnam. Bersama klub ini, ia sukses besar.

2 dari 5 halaman

Merajai Asia

Shin Tae-yong berhasil mengantar Seongnam menjuarai Liga Champions Asia (LCA) pada 2010 dan Piala FA Korea Selatan setahun berselang.

Kebersamaan Shin Tae-yong bersama Seongnam berakhir pada 2012. Dua tahun kemudian, ia sempat menjabat sebagai caretaker Timnas Korea Selatan sebelum dipermanenkan menjadi pelatih Korea Selatan U-23.

Ia membawa Korea Selatan U-23 hingga babak perempat final Olimpiade 2016 di Rio de Janeiro, Brasil. Selain bersama Korea Selatan U-23, Shin Tae-yong juga rangkap jabatan sebagai pelatih Korea Selatan U-20.

Tidak bertahan lama, Shin Tae-yong mendapatkan promosi jabatan. Ia dipilih sebagai pengganti Uli Stielike menjadi pelatih Korea Selatan senior pada 2017.

Shin Tae-yong berhasil meloloskan Korea Selatan ke Piala Dunia 2018 di Rusia. Taeguk Warriors, julukan tim itu, tersingkir di babak penyisihan. Tapi, setidaknya Shin Tae-yong mampu membuat juara bertahan Jerman bertekuk lutut setelah Korea Selatan menang 2-0.

Tidak lagi bersama Korea Selatan, Shin Tae-yong mendapatkan tawaran untuk melatih Timnas Indonesia. Ia setuju dengan kontrak selama empat tahun dengan peran sebagai manajer pelatih.

Namun, baru enam bulan dari empat tahun kontraknya, kiprah Shin Tae-yong bersama Timnas Indonesia berpotensi tamat. Hanya gara-gara wawancaranya dengan media Korea Selatan, ia dianggap tidak profesional dan melakukan pembohongan publik.

"Kami akan pakai yang ada. Harus jalan terus. Ada coach Indra Sjafri yang bisa menggantikannya. Nanti bisa kami bicarakan. Akan kami lihat, tapi dia sudah di posisi dirtek. Kalau menjadi pelatih kepala, saya tidak tahu apakah bisa merangkap jabatan atau tidak," terang Syarif.

3 dari 5 halaman

Luis Milla Pernah Taklukkan Eropa di Level Usia

Indonesia bak rumah kedua bagi Luis Milla. Setelah diberhentikan dari posisi pelatih Timnas Indonesia usai Asian Games 2018, pelatih asal Spanyol itu masih bersedia untuk diminta kembali

Masih ingat saat PSSI mempertimbangkan Milla, selain Shin Tae-yong, sebagai pengganti Simon McMenemy sebagai pelatih Timnas Indonesia pada November 2019? Fakta itu menjadi bukti sahih kecintaan pria berusia 54 tahun itu kepada Indonesia.

Rekam jejak Milla mirip dengan Shin Tae-yong. Ia juga bergelimang gelar sewaktu masih aktif bermain. Milla pernah tiga kali menjuarai La Liga Spanyol bersama Barcelona pada 1984-85 dan Real Madrid pada 1994-1995 serta 1996-1997.

Milla menghabiskan karier sebagai pemain hanya untuk tiga klub, Barcelona pada 1984-1990, Real Madrid pada 1990-1997, dan Valencia pada 1997-2001. Pensiun dari dunia sepak bola, Milla menjajaki karier sebagai pelatih dengan menangani klub kasta bawah Liga Spanyol, Puyol pada 2006.

Semusim bersama Pucol, Milla diangkat sebagai asisten pelatih di Getafe. Tidak berselang lama, pria kelahiran Teruel, Spanyol, didapuk sebagai pelatih Timnas Spanyol U-19 pada 2008 dan promosi ke Spanyol U-21 pada 2010.

Puncak kesuksesan Milla sebagai pelatih terjadi pada 2011 ketika ia membawa Spanyol U-21 menjuarai Euro U-21 2011. Ketika itu, komposisi pemainnya bermaterikan David de Gea, Thiago Alcantara, dan Juan Mata.

Setelah meraih trofi Piala Eropa U-21, Milla kembali naik batan sebagai pelatih Spanyol U-23. Namun, sepak terjangnya hanya sebentar. Pada 2013, Milla merantau ke Jazirah Arab untuk menangani Al Jazira, klub Uni Emirat Arab (UEA) pada 2013.

Milla kembali ke Spanyol untuk melatih Lugo dan Real Zaragoza pada 2015-2016, sebelum menerima pinangan Timnas Indonesia pada 2017. PSSI menargetkan Milla untuk meraih medali emas di SEA Games 2017 dan berprestasi di Asian Games 2018.

4 dari 5 halaman

Gagal Memenuhi Target dan Menghilang

Milla gagal memenuhi target PSSI. Di SEA Games 2017, Timnas Indonesia U-22 hanya mendulang medali perunggu. Di Asian Games 2018, laju timnas U-23 terhenti di babak 16 besar.

Usai Asian Games 2018, Milla pulang ke Spanyol. Posisinya digantikan oleh Bima Sakti lalu diambil alih oleh Simon McMenemy.

Setelah Simon gagal total di Kualifikasi Piala Dunia 2022 Zona Asia, nama Milla kembali menjadi kandidat pelatih Timnas Indonesia. Ia bersaing dengan Shin Tae-yong.

Keduanya diadu dalam presentasi. Milla disebutkan tidak berani menggaransi trofi bagi Timnas Indonesia. Sedangkan Shin Tae-yong mampu. Jadilah Milla kalah dalam bursa pencalonan pelatih Timnas Indonesia.

5 dari 5 halaman

Prestasi Shin Tae-yong dan Luis Milla

Shin Tae-yong

Pemain:

  • Juara K League 1 1993, 1994, 1995, 2001, 2003, dan 2003 bersama Seongnam Ilhwa Chunma
  • Juara Asian Club Championship 1995 bersama Seongnam Ilhwa Chunma
  • Juara Asian Super Cup 1996 bersama Seongnam Ilhwa Chunma
  • Juara Piala FA Korea Selatan 1999 bersama Seongnam Ilhwa Chunma
  • Juara Korean League Cup 1992, 2002, dan 2004 bersama Seongnam Ilhwa Chunma
  • Juara Piala Super Korea Selatan 2002 bersama Seongnam Ilhwa Chunma
  • Juara A3 Champions Cup 2004 bersama Seongnam Ilhwa Chunma

Pribadi:

  • Pemain Muda Terbaik K League 1 1992 bersama Seongnam Ilhwa Chunma
  • Starting XI Terbaik K League 1992, 1993, 1994, 1995, 1996, 2000, 2001, 2002, dan 2003 bersama Seongnam Ilhwa Chunma
  • Pemain Terbaik K League 1 1995 dan 2001 bersama Seongnam Ilhwa Chunma
  • Pencetak Gol Terbanyak K League 1 1996 bersama Seongnam Ilhwa Chunma
  • 11 Legenda Terbaik K League 2013

Pelatih:

  • Liga Champions Asia (LCA) 2010 bersama Seongnam Ilhwa Chunma
  • Piala FA Korea Selatan 2011 bersama Seongnam Ilhwa Chunma
  • Juara Piala EAFF E-1 (Piala Asia Timur) 2017 bersama Korea Selatan

 

Luis Milla

Pemain:

  • Juara La Liga 1984-1985 bersama Barcelona
  • Juara Copa del Rey 1989-1990 bersama Barcelona
  • Juara Piala Winners 1988-1989 bersama Barcelona
  • Juara La Liga 1994-1995 bersama Real Madrid
  • Juara Copa del Rey 1992-1993 bersama Real Madrid
  • Juara Supercopa 1993 bersama Real Madrid
  • Juara Copa del Rey 1998-199 bersama Valencia
  • Juara Piala Intertoto 1998 bersama Valencia

Pelatih:

  • Juara Piala Eropa U-21 2011 bersama Timnas Spanyol U-21

Disadur dari Bola.com (Muhammad Adiyaksa/Wiwig Prayugi, published 22/6/2020)