Liputan6.com, Jakarta- PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar) harus dijalani masyarakat Indonesia dalam beberapa bulan terakhir sejak mewabahnya virus Corona COVID-19. Untungnya memasuki bulan Juni 2020 ini, PSBB mulai dilonggarkan di beberapa daerah di Indonesia. Kini masyarakat menyongsong new normal.
Meskipun kurva belum terlihat melandai dan masih menunjukkan penambahan kasus baru, pendekatan aktivitas sehari-hari dengan metode ‘new normal’ tidak terelakkan lagi untuk segera menghidupkan denyut perekonomian yang sempat terganggu.
Baca Juga
Kini pemerintah mulai membuka berbagai aktivitas ekonomi, sosial, dan kegiatan publik secara perlahan dan terbatas. Kondisi ‘new normal’ dianggap sebagai suatu solusi dengan menerapkan protokol kesehatan agar masyarakat tetap bisa produktif dan terhindar dari virus corona COVID-19. Masyarakat dihimbau untuk melakukan adaptasi perubahan perilaku saat pelonggaran PSBB dan bersiap untuk beraktivitas secara ‘new normal’.
Advertisement
Adaptasi tersebut juga berlaku dalam hal manajemen keuangan pribadi. Setelah tiga bulan terakhir produktivitas masyarakat menurun drastis, tentunya juga berpengaruh pada daya beli sebagian besar masyarakat serta kondisi keuangan pribadi mereka.
Penyesuaian anggaran dan manajemen keuangan pribadi sangat penting di masa new normal ini. Berikut lima langkah yang perlu dilakukan setiap individu untuk mengatur keuangan pribadi dalam menghadapi ‘new normal’ menurut Grant Thornton Indonesia:
Â
Â
Â
Â
1. Review Kondisi Keuangan Pribadi
Hal pertama yang perlu dilakukan adalah melihat dengan cermat kondisi keuangan saat ini dari sisi pemasukan dan pengeluaran.
Identifikasi semua pengeluaran mulai dari laporan kartu kredit hingga berbagai tagihan rutin seperti listrik dan air, coba untuk lakukan review dari tiga bulan lalu dan awasi pengeluaran tahunan yang akan segera jatuh tempo seperti pajak rumah, pajak kendaraan bermotor hingga uang sekolah anak yang dibayarkan beberapa bulan di muka. Bandingkan dengan pemasukan tetap yang diterima tiap bulan untuk mendapat jawaban apakah kondisi keuangan pribadi berisiko atau tidak.
Advertisement
2. Idenfikasi Kebutuhan vs Keinginan
Seringkali kita masih terjebak antara keinginan dan menempatkan hal tersebut sebagai kebutuhan. Langkah signifikan berikutnya adalah mulai mengidentifikasi kebutuhan reguler dan menuliskan apa saja keinginan yang menyedot penghasilan maupun tabungan serta mengendalikan hasrat berbelanja atas keinginan tersebut.
Untuk lebih mudahnya, kebutuhan adalah sesuatu yang akan memengaruhi kemampuan seseorang untuk hidup, semua yang tidak termasuk dalam kategori tersebut dapat dianggap sebagai keinginan.
3. Jangan Berutang!
Hindari gaya hidup konsumtif dan terutama hindari membeli barang secara kredit.
Memasuki fase ‘new normal’ kita akan memasuki fase kehidupan yang benar-benar baru dan perlu adaptasi tinggi, sehingga kestabilan keuangan pribadi menjadi sangat penting.
Hindari menambah beban keuangan dalam waktu dekat dengan berutang maupun mengambil cicilan, terutama untuk barang yang sebenarnya tidak dibutuhkan.
Advertisement
4. Miliki dana darurat
Mengamankan persediaan dana dan mengambil langkah yang tepat perlu disusun ulang untuk memastikan pendapatan dikelola dengan sangat baik.
Fokus pada tujuan untuk menambah dana darurat atau emergency fund bisa jadi salah satu strategi. Hal ini dapat dimulai dengan memisahkan pemasukan ke dalam rekening yang terpisah sehingga kebutuhan harian dan kebutuhan mendesak tidak tercampur.
5. Bijak berinvestasi
Jika memiliki dana mengendap, investasi pada instrumen yang tergolong mudah dicairkan seperti deposito, emas, reksadana, dan mata uang asing juga bisa dijadikan pilihan untuk memaksimalkan pemasukan.
Selalu lakukan diversikasi dan jangan berinvestasi di satu tempat saat ini. Jangan mudah tergoda dan lakukan perencanaan investasi dengan tepat. Ingat, kita tidak tahu persis berapa lama kondisi ‘new normal’ ini akan bertahan.
Disadur dari Fimela.com (penulis Nabila Meccadenisa, Published 25/6/2020)
Advertisement