Sukses

10 Striker Lokal yang Mampu Eksis di Tengah Gempuran Bomber Asing di Liga 1

Berikut beberapa striker lokal yang masih bisa menunjukkan eksistensi di tengah berlimpahnya penyerang asing.

Jakarta- Dalam beberapa tahun terakhir, Timnas Indonesia tak lagi memiliki seorang striker bernaluri tajam. Penyebabnya tentu tidak lain karena minimnya kesempatan bermain di klub akibat kalah bersaing dengan bomber-bomber asing yang lebih diandalkan oleh pelatih. Namun, tak sedikit yang tetap mampu menunjukkan eksistensi sebagai striker lokal yang bisa diandalkan bersama klubnya di Liga 1.

Timnas Indonesia dikenal memiliki striker-striker legendaris pada masa lalu. Tidak perlu terlalu jauh mundur ke belakang, dalam kurun waktu 25 tahun ke belakang Indonesia punya striker luar biasa seperti Widodo Cahyono Putro, Kurniawan Dwi Yulianto, Gendut Doni, Bambang Pamungkas, hingga Boaz Solossa.

Khusus nama terakhir, pemain asal Sorong, Papua, itu masih aktif bermain bersama Persipura Jayapura. Namun, perannya belakangan lebih sering menjadi penyerang sayap. Kecepatan kakinya memang lebih diandalkan untuk menerobos pertahanan lawan dari sisi luar.

Namun, itu juga tidak lepas dari kebiasaan klub di Indonesia yang merekrut satu dari empat pemain asing di posisi striker. Bahkan Timnas Indonesia kini harus mengandalkan pemain naturalisasi dengan usia yang sudah senja seperti Beto Goncalves untuk mengisi pos ujung tombak.

Apakah itu salah? Tentu tidak sepenuhnya. Beto Goncalves memang masih mampu memperlihatkan performa terbaik di usianya yang sudah 39 tahun. Bahkan pada Liga 1 2019 Beto berada di posisi nomor dua dalam daftar pencetak gol terbanyak, sama persis seperti musim ini, di mana dalam tiga laga pertama Liga 1 2020, Beto sudah mencetak tiga gol.

Namun, harus diakui bahwa kepercayaan klub Indonesia mengandalkan pemain asing di posisi nomor 9, termasuk ketika melakukan proses naturalisasi untuk pemain-pemain di posisi tersebut, mulai dari Cristian Gonzales, Greg Nwokolo, hingga Ilija Spasojevic, nama-nama striker lokal pun mulai memudar.

Muchlis Hadi Ning sempat menjadi calon bintang masa depan Timnas Indonesia ketika berhasil membawa Timnas U-19 juara Piala AFF U-19 2013, bersama Evan Dimas dan Hansamu Yama. Namun, ke mana pemain itu sekarang?

Melihat komposisi klub-klub Liga 1 sekarang, banyak striker lokal yang tetap ada di dalam skuat, baik yang hanya jadi pemanis di bangku cadangan, menjadi supersub di babak kedua, atau masih menjadi andalan sejak pertandingan dimulai. Kali ini, Bola.com akan menyajikan 10 striker lokal Indonesia yang bertarung untuk mendapatkan menit bermain dan beradu kualitas dengan bomber asing di Liga 1.

Video

2 dari 11 halaman

Lerby Eliandry

Lerby Eliandry merupakan seorang pemain yang sangat ideal sebagai seorang striker. Memiliki postur yang tinggi besar, pemain kelahiran Samarinda itu punya keunggulan untuk bertarung memperebutkan bola di udara maupun daya tahan tubuh ketika melakukan kontak fisik dengan pemain belakang.

Lerby merupakan pemain binaan Putra Samarinda yang kemudian memulai kariernya bersama Bali United pada 2015. Ia sempat membela Borneo FC pada 2016 hingga 2019 dan musim ini kembali ke Bali United.

Ketika bermain bersama Borneo FC dari 2017 hingga 2019, Lerby termasuk striker yang diandalkan oleh tim yang bermarkas di Stadion Segiri Samarinda itu. Khusus di pertandingan Liga 1, Lerby mengemas 88 pertandingan dan mencetak 34 gol.

Bahkan Lerby mampu masuk dalam lima besar pencetak gol terbanyak pada Liga 1 2017, di mana ia mengemas 16 gol.

Lerby juga sempat memperkuat Timnas Indonesia di Piala AFF 2016 asuhan Alfred Riedl. Saat itu ia bermain dalam lima pertandingan, di mana dua di antaranya menjadi striker.

Musim 2020 ini, Lerby mencoba peruntungan kembali ke Bali United. Bahkan Lerby mampu bersaing dengan striker Serdadu Tridatu, Ilija Spasojevic.

Dalam tiga pertandingan awal Bali United pada musim ini, sebelum kompetisi terhenti karena pandemi COVID-19, Lerby mendapatkan kesempatan dua kali bermain penuh dari Stefano Cugurra Teco dan berhasil mencetak satu gol.

3 dari 11 halaman

Samsul Arif

Nama lain yang mampu bersaing di tengah gempuran bomber asing adalah Samsul Arif Munip. Pemain kelahiran Bojonegoro tersebut tetap mampu eksis di Liga 1 sebagai seorang striker yang bisa diandalkan oleh timnya.

Pemain berusia 35 tahun ini sudah berkarier di level profesional sejak 2004 bersama Persikaba Blora yang kemudian berlanjut dengan membela tim daerah kelahirannya Persikabo Bojonegoro. Samsul Arif juga pernah membela Persela Lamongan, Arema, Persib Bandung, Barito Putera, hingga kini berlabuh di Persita Tangerang.

Samsul Arif memang seorang striker yang cukup produktif ketika masih muda. Bahkan ketika usianya sudah kepala 3, pemain kelahiran 14 Januari 1985 itu tetap mampu bersaing di tengah maraknya penggunaan striker asing di Indonesia.

Sejak era Liga 1 dimulai contohnya, Samsul Arif tetap menjadi andalan ketika membela Persela Lamongan pada 2017. Saat itu, Samsul bermain dalam 34 pertandingan, 26 di antaranya sebagai starter, dan berhasil mencetak 16 gol. Torehannya itu membuatnya menembus lima besar pencetak gol terbanyak Liga 1 2017.

Meninggalkan Persela dan pindah ke Barito Putera pada Liga 1 2018, Samsul Arif tetap mampu memperlihatkan kualitasnya. Bersama Laskar Antasari yang memang mengandalkan pemain lokal, Samsul mendapatkan 33 kesempatan bermain, di mana 32 di antaranya sebagai starter. Ia mencetak 14 gol pada musim itu dan menjadi satu-satunya pemain asli Indonesia yang berada di top 10 pencetak gol terbanyak Liga 1 2018.

Namun, ketajamannya merosot pada 2019. Samsul yang mendapatkan kepercayaan tampil dalam 34 pertandingan, hanya mencetak lima gol. Ia pun meninggalkan Laskar Antasari dan menjajal peruntungan bersama Persita Tangerang pada musim ini. Dalam tiga laga pertama Liga 1 2020, Samsul selalu menjadi starter, tapi belum ada gol yang dicetaknya.

4 dari 11 halaman

Patrich Wanggai

Nama Patrich Wanggai mulai dikenal di Indonesia karena ketajaman yang diperlihatkannya bersama Timnas Indonesia U-23 di SEA Games 2011. Saat itu, ia bermain untuk Persidafon Dafonsoro.

Setelah itu, Patrich Wnaggai memulai petualangan dengan bermain bersama persipura Jayapura, T-Team di Malaysia, Sriwijaya FC, Karketu Dili di Timor Leste, Madura United, Borneo FC, Sriwijaya FC, Persib Bandung, Kalteng Putra, hingga kini di Persebaya Surabaya.

Bicara soal performanya di Liga 1, Patrich Wanggai merasakan pasang dan surut performa. Bersama Borneo FC pada Liga 1 2017, Patrich mendapatkan kesempatan tampil sebanyak 24 pertandingan, tapi hanya mampu mencetak satu gol.

Kemudian ia menjajal peruntungan ke Sriwijaya FC dan Persib Bandung pada 2018. Bersama Sriwijaya FC ia tampil dalam 10 pertandingan dan mencetak dua gol, sementara di Persib ia bermain sebanyak 13 laga dan mencetak empat gol.

Musim lalu, Patrich Wanggai berkarier bersama Kalteng Putra. Ia mendapatkan kesempatan yang sangat besar bersama tim promosi Liga 1 itu. Ia tampil dalam 27 laga yang semuanya dimulai dari menit pertama. Namun, ia hanya mengemas tujuh gol.

Kini, Patrich Wanggai memilih berkarier bersama Persebaya Surabaya. Pemain kelahiran Nabire itu mendapatkan keprcayaan dari Aji Santoso untuk tampil sebagai pemain pengganti dalam dua laga pertama Persebaya. Perjalanannya membuktikan Patrich Wanggai terus bisa diandalkan di mana pun dia bermain.

5 dari 11 halaman

Ferdinand Sinaga

Ferdinand Sinaga merupakan seorang striker yang sudah malang melintang di persepakbolaan Indonesia sejak 2006 dan sempat menjajal karier di Malaysia bersama Kelantan FA.

Ferdinand Sinaga merupakan seorang striker, tapi kadang harus rela untuk bermain di sisi sayap, ketika timnya lebih mengandalkan pemain asing di ujung tombak. Terkadang, mengalah untuk tetap mendapatkan menit bermain membuatnya bisa menjadi andalan.

Ferdinand Sinaga membantu Semen Padang menjadi juara IPL 2011-2012 dan membantu Persib Bandung menjadi juara ISL 2014. Bersama Semen Padang ia mencetak 16 gol sementara bersama Persib ia mencetak 11 gol saat itu.

Ferdinand Sinaga kemudian bergabung bersama PSM Makassar pada 2016 dan bermain di TSC 2016 dan Liga 1 2017. Pada musim pertama Liga 1, Ferdinand mencetak 12 gol untuk PSM.

Sempat menjajal karier di Kelantan yang tak terlalu sukses, Ferdinand kembali ke PSM hingga saat ini. Ia mencetak 10 gol di Liga 1 2018, dan 9 gol di Liga 1 2019.

Jumlah golnya yang tidak lagi sebanyak ketika membela Semen Padang karena Ferdinand Sinaga harus bersaing dengan striker-striker asing yang dimiliki timnya, baik ketika bersama Persib Bandung maupun PSM Makassar.

6 dari 11 halaman

Hari Nur Yulianto

Hari Nur Yulianto merupakan striker yang telah memulai karier profesional sejak 2010 bersama PSCS Cilacap di Divisi Utama. Ia kemudian membela Persibangga Pubalingga pada 2011 hingga akhirnya bergabung bersama PSIS Semarang pada 2013.

Hari Nur Yulianto menjadi seorang pemain yang setia bersama PSIS Semarang hingga akhirnya tampil baik di Liga 2 2017 untuk promosi ke Liga 1 pada 2018. Pada musim pertamanya di Liga 1, Hari Nur Yulianto mendapatkan 34 penampilan tapi hanya bisa mencetak 10 gol.

Ia harus memberikan posisi utama di ujung tombak kepada Bruno Silva yang mencetak 16 gol dalam 31 pertandingan. Ketika Bruno bermain, Hari Nur harus pasrah untuk menjadi pemain yang bertipe melayani ketimbang menjadi striker haus gol.

Namun, Hari Nur Yulianto masih punya perjalanan yang panjang bersama PSIS. Loyalitasnya bersama Laskar Mahesa Jenar bisa memberikan kesempatan kepadanya untuk terus berkembang menjadi striker yang mematikan di lini depan. Hingga waktunya nanti panggilan menuju Timnas Indonesia mungkin akan datang kepadanya.

7 dari 11 halaman

Marinus Wanewar

Setelah membahas striker-striker yang telah lama berkiprah di dunia sepak bola Indonesia, kini saatnya beralih kepada striker muda yang masih punya harapan untuk bisa menjadi andalan pada masa depan.

Marinus Wanewar adalah satu di antaranya. Striker asal Papua ini pertama kali dikenal lewat aksinya di SEA Games 2017 bersama Timnas Indonesia U-23 asuhan Luis Milla. Ia dipilih oleh Luis Milla karena performanya di Persipura saat itu cukup baik.

Dalam 19 pertandingan yang dilakoninya bersama Persipura pada Liga 1 2017, Marinus mencetak empat gol. Setelah itu, Marinus dipinjamkan ke Bhayangkara FC dan bermain dalam 18 pertandingan dengan mencetak tiga gol.

Marinus kembali ke Persipura pada 2019. Sayang, ia hanya mendapatkan kesempatan bermain dalam lima pertandingan. Namun, hal tersebut bisa dipahami, Marinus saat itu cukup sering bergabung bersama Timnas Indonesia U-22, di mana ia membantu Tim Garuda Muda menjadi juara Piala AFF U-22 2019 dan mendapatkan medali perak SEA Games 2019.

Hingga tiga pertandingan pertama Liga 1 2020 sebelum terhenti karena pandemi virus corona COVID-19, Marinus belum mendapatkan lagi kesempatan untuk tampil bersama tim berjulukan Mutiara Hitam itu. Namun, dengan usianya yang masih 23 tahun tentunya Marinus masih bisa berkembang menjadi jauh lebih baik untuk menjadi andalan di timnya.

8 dari 11 halaman

Ahmad Nur Hardianto

Ahmad Nur Hardianto merupakan striker muda yang satu generasi dengan Marinus Wanewar. Striker yang kini berseragam Bhayangkara FC itu sempat mengalami cedera cukup parah dalam persiapan menuju SEA Games 2017.

Ia sempat tetap dibawa dalam kualifikasi Piala AFC U-23 2018 sebelum dihelatnya SEA Games 2017, tapi akhirnya cedera itu makin buruk dan mengharuskannya menepi lebih lama dari lapangan hijau.

Akibat cedera itu, Ahmad Nur Hardianto pun tidak bisa membela Persela Lamongan. Akhirnya ia pindah ke Arema FC pada 2018. Bersama Singo Edan, Nur Hardianto tampil sebanyak 15 pertandingan dengan torehan lima gol pada musim pertamanya.

Ahmad Nur Hardianto masih membela Arema pada Liga 1 2019. Ia bahkan tampil cukup cemerlang bersama Singo Edan saat itu. Meski hanya mencetak tiga gol pada musim itu, Nur Hardianto kerap memberikan kontribusi membantu Arema selamat dari kekalahan.

Kini Nur Hardianto berseragam Bhayangkara FC di Liga 1 2020. Namun, sampai tiga pertandingan pertama bersama tim asuhan Paul Munster itu, Nur Hardianto belum mendapatkan kesempatan untuk tampil. Pelatih asal Irlandia itu lebih mempercayakan pemain yang lebih senior dan pemain asing untuk lini serang timnya.

Dengan usia yang masih 25 tahun, Nur Hardianto masih punya waktu yang panjang untuk membuktikan kualitasnya. Kini tinggal bagaimana dirinya bekerja keras untuk bisa mendapatkan kepercayaan untuk lebih sering bermain.

9 dari 11 halaman

Rafli Mursalim

Rafli Mursalim merupakan striker muda yang dikenal ketika membela Timnas Indonesia U-19 asuhan Indra Sjafri pada 2017. Ia merupakan generasi yang sama seperti Egy Maulana Vikri dan Witan Sulaeman.

Rafli Mursalim saat itu menjadi andalan bergantian dengan Hanis Saghara Putra. Bersama Timnas Indonesia U-19, ia membantu tim menjadi peringkat ketiga di AFF U-19 2017 dan 2018.

Penampilannya bersama Timnas Indonesia U-19 membawanya mendapatkan Mitra Kukar sebagai klub profesionalnya pada 2018. Sayang, sebagai striker muda, ia tak cukup mendapatkan kesempatan karena pelatih mengandalkan pemain asing dan yang lebih berpengalaman.

Pada akhirnya Rafli Mursalim hanya mendapatkan empat kesempatan bertanding, satu di antaranya sebagai starter. Namun, Mitra Kukar harus terdegradasi dan bermain di Liga 2 pada 2019.

Rafli kembali mendapatkan kesempatan bermain di kasta tertinggi sepak bola Indonesia setelah Persija Jakarta merekrutnya pada awal 2020. Namun, dalam dua pertandingan pertama Liga 1 2020, Rafli belum mendapatkan kesempatan, di mana Marko Simic yang menjadi andalan Macan Kemayoran di lini depan tentu sulit untuk ditandingi.

10 dari 11 halaman

Septian Satria Bagaskara

Septian Bagaskara merupakan seorang striker muda yang bisa dibilang memperjuangkan kariernya dari level terbawah. Ia bergabung bersama Persik Kediri pada 2017. Ia kemudian membantu Persik menjuarai Liga 3 2018 sekaligus menjadi pencetak gol terbanyak Liga 3 pada saat itu.

Membawa Persik Kediri promosi ke Liga 2 2019 tentu menjadi torehan prestasi yang luar biasa bagi pemain yang saat itu baru berusia 20 tahun tersebut. Satu hal yang luar biasa, Septian juga membantu Persik langsung promosi ke Liga 1 dengan menjuarai Liga 2 2019.

Kini Septian tetap bersama Persik Kediri sebagai tim promosi di Liga 1 2020. Namun, ketika Persik tampil di kasta tertinggi, Septian seakan mulai kehilangan tempat. Dari tiga pertandingan pertama Liga 1 2020, Septian memang mendapatkan kesempatan tampil dalam dua laga, tapi hanya sebagai pemain pengganti.

Dalam dua pertandingan tersebut Septian hanya mengemas total 81 menit. Kehadiran striker asing Nikola Asceric dan juga Antoni Putro membuat Septian tersingkir dari tim utama Persik yang kini ditangani oleh Joko Susilo.

Namun, mengingat usianya yang baru 22 tahun, belum waktunya bagi Septian untuk menyerah. Perjalanan pemain berpostur tinggi itu masih panjang untuk menjadi striker yang bisa diandalkan di lini depan timnya pada masa yang akan datang.

11 dari 11 halaman

Bagus Kahfi

Striker berambut kribo ini dikenal sejak tampil luar biasa bersama Timnas Indonesia U-16 asuhan Fakhri Husaini yang berhasil menjuarai Piala AFF U-16 2018. Pada kesempatan berikutnya, Bagus membantu Timnas Indonesia U-19 menjadi tim peringkat ketiga dalam Piala AFF U-19 2019.

Bagus Kahfi direkrut oleh Barito Putera sebagai bagian dari skuat Elite Pro Academy. Performa bagusnya membuat Bagus mendapatkan kesempatan untuk berlatih di Inggris bersama Garuda Select.

Saat ini Bagus masuk dalam skuat utama Barito Putera dan belum mendapatkan kesempatan tampil dalam satu pertandingan pun dari tiga laga yang sudah dimainkan di Liga 1 2020. Hal itu wajar karena Bagus berada di Inggris bersama Garuda Select.

Tak hanya itu, Bagus juga tengah dalam pemulihan cedera di sana. Bagus membutuhkan waktu untuk bisa kembali ke lapangan hijau, apalagi dirinya dipersiapkan untuk menjadi bagian dari Timnas Indonesia U-20 yang tampil di Piala Dunia U-20 2021, di mana Indonesia menjadi tuan rumah.

Seperti halnya Rafli Mursalim dan Marinus Wanewar yang lebih tua darinya, Bagus tentu memiliki masa depan yang masih panjang dalam dunia persepakbolaan. Hanya tinggal melihat bagaimana kerja kerasnya dalam beberapa tahun ke depan untuk bisa menjadi andalan dalam setiap pertandingan bersama timnya.

Disadur dari Bola.com (penulis Benediktus Gerendo)