Sukses

Kisah Jhon Manibuy, Pemuda Papua yang Berjaya Jakarta

Tottenham dan Mourinho tak mau melepas pemain incaran Barcelona.

Liputan6.com, Jakarta- Waktu masih menunjukkan pukul 6 pagi saat Jhon Manibuy terbangun dari tidurnya. Suasana kala itu begitu berbeda dengan kampung halamannya. Riuh kota Jakarta mengingatkan ia pada tujuan ia merantau dari tanah kelahirannya, Teluk Bintuni, membangun sebuah rumah untuk ibunya. Ia lantas bergegas untuk menjalankan aktivitas sehari-harinya.

Jhon Albert Manibuy, namanya. Pemuda terampil asal Teluk Bintuni, Papua Barat, kini telah mereguk kesempatannya bekerja di Jakarta. Sebuah kesempatan emas bagi orang muda Papua dan seluruh warga Indonesia Timur itu. Ia merupakan satu dari sekian anak-anak Papua yang mampu berdiri pada posisi strategis dalam industri migas.

Sebagai seorang welder di PT. Superkrane, Jhon telah berkontribusi dalam sejumlah proyek. Sebutlah satu di antaranya adalah proyek jalan tol. Selama 9 bulan bekerja di sana, Jhon merupakan pemuda yang andal dalam bidangnya. 

“Di sini saya bekerja sebagai seorang welder, pengelasan. Dan kita sering kerja di pembangunan jalan tol, dan di kantor juga kita biasa fabrikasi barang-barang yang diminta oleh klien. Misalnya pembuatan spide bar, counter weight, dan lain sebagainya,” tutur pemuda asal Papua itu kepada wartawan.  

Kemampuan Jhon pada bidang industri perlu diakui. Ia mengantongi sertifikasi dari Badan Nasional Sertifikasi Profesi (BNSP) dan Engineering Construction Industry Training Board (ECITB). Hal itu ia dapatkan setelah menempuh pendidikan di Pusat Pelatihan Teknik Industri Minyak dan Gas (P2TIM) di Teluk Bintuni.  

Sejak 2018 lalu, Petrotekno selaku operator P2TIM telah membantu ratusan anak Papua untuk meraih kesempatannya bersaing di sektor industri migas. Salah satunya adalah John. Mereka membekali anak-anak lulusan SMP di Papua dengan berbagai ilmu yang dibutuhkan oleh lapangan kerja, baik dalam tingkat nasional maupun internasional.

Jhon, merupakan salah satu lulusan P2TIM yang berhasil bekerja di Jakarta. Ia pun berbagi sedikit cerita ihwal apa yang ia dapatkan di P2TIM.

“Di P2TIM, kita itu dikasih fasilitas seragam, tas, dan tempat tidur, tempat tinggal, asrama, makan yang layak, dikasih fasilitas kendaraan untuk ke tempat pelatihan, dikasih guru yang berkompeten dalam mengajar, mengajar kita dengan baik. Terus dikasih kesempatan untuk bersertifikasi, sertifikasi BNSP dan sertifikat ECITB. Lamanya kita di P2TIM selama kurang lebih 3 bulan lebih,” papar John.

 

2 dari 3 halaman

Bersabar

Beberapa tahun lalu, Jhon bukanlah orang seperti saat ini. Menjadi seorang pengangguran tanpa keterampilan menjadi beban pikirannya. Untuk itu, ia bertekad untuk merubah nasibnya. Jhon tahu, jika ia berusaha, ia pasti akan berhasil.

Setelah 3 bulan lebih menimba ilmu di Petrotekno, Jhon lulus dengan hasil yang memuaskan. Bahkan setelah berkecimpung di dunia kerja, Jhon masih mengingat hal-hal dasar yang diajarkan di P2TIM.

“Kami mampu bersaing. Kami faham dan hafal ilmu-ilmu dasar yang orang baru lain tidak paham,” jelasnya.

 

3 dari 3 halaman

Sertifikasi

Sertifikasi yang dimiliki Jhon merupakan bukti keterampilan Jhon dalam bidangnya. Dalam kesempatan tersebut, Ia berharap agar anak-anak Papua tidak dipandang sebelah mata. Harapannya, akan ada banyak kesempatan untuk bekerja pada sektor lainnya, khususnya di tanah kelahirannya, Teluk Bintuni, Papua Barat.

“Sebenarnya kita itu cuma butuh dikasih kesempatan untuk bekerja. Kalau kita bergabung di Petrotekno ini sudah pasti bisa dan sudah pasti yakin dan percaya diri untuk bekerja di perusahaan. Kita di P2TIM, Petrotekno, itu dibekali ilmu-ilmu yang memang di perusahaan itu sangat dibutuhkan. Makanya untuk ini kita harus bisa untuk bergabung dengan Petrotekno,” pungkas John.

 

Video Terkini