Liputan6.com, Jakarta - November 1967, Vietnam adalah lokasi terakhir di muka Bumi yang ingin dikunjungi wisatawan. Pada awal tahun, intensitas perang sudah meningkat dengan Amerika Serikat mengirim setengah juta tentara ke sana.
Dunia pun mempertanyakan guna dan maksud perang. AS pun mengusung cara unik demi mengubah pandangan tersebut. Bermaksud menunjukkan kepada dunia kalau semua sudah berjalan normal di Vietnan, mereka mengundang tujuh negara untuk mengikuti turnamen sepak bola.
Baca Juga
Alhasil berlangsunglah ajang bernama resmi Quoc Khanh Cup atau South Vietnam Independence Cup. Australia, Selandia Baru, Thailand, Singapura, Malaysia, Korea Selatan, dan Hong Kong berpartisipasi menemani tuan rumah.
Advertisement
Digelar sejak 1961, turnamen itu biasanya hanya diikuti tim asal Asia Tenggara. Namun, panitia melebarkan sayap khusus untuk edisi 1967 dan mengajak negara yang mendukung kampanye AS. Ironisnya, AS tidak mengirim tim sendiri.
Bertanding dalam situasi luar biasa, tidak heran jika banyak cerita menarik yang muncul.
Saksikan Video Sepak Bola Vietnam Berikut Ini
Gas Air Mata
Australia keluar sebagai juara, Namun, mereka merasakan sejumlah pengalaman tidak terlupakan.
Tidak ada fasilitas pendukung yang memadai. Australia harus berlatih di taman lokal sebelum bertanding. Pemain dilarang meninggalkan lokasi untuk mengambil bola karena khawatir terkena ranjau darat.
Skuat juga mengalami insiden menakutkan usai menaklukkan tuan rumah di fase grup. Mereka harus mendekam di stadion demi menghindari amuk penonton.
Namun, langkah itu tidak berarti banyak. Ketika menuju bus, pemain harus menunduk agar tidak terkena lemparan batu penonton yang ternyata sabar menunggu.
Kerusuhan juga meledak saat Australia menghadapi Malaysia di semifinal. Aparat mesti menggunakan gas air mata untuk meredam kekerasan.
Advertisement
Menyaksikan Pesawat Jatuhkan Bom
Petualangan Selandia Baru tidak kalah menarik. Pesawat yang membawa skuat harus didampingi jet tempur saat memasuki teritori udara Vietnam. Mereka juga dikawal tentara AS dari bandara menuju hotel.
Di tempat penginapan, pemain bisa melihat pesawat pembawa bom lalu lalang sebelum menyaksikan ledakan besar di kejauhan. "Pesawat menghasilkan suara menggetarkan yang sulit dilupakan," kata Brian Turner, penggawa Selandia Baru saat itu.
Sempat ada laporan hotel tempat Selandia Baru menginap jadi sasaran bom. Namun, Turner merasa aman mempertimbangkan situasi.
Ketimbang perang, skuat justru bermasalah dengan kesehatan dan makanan. Dave Taylor harus menetap lebih lama karena sakit parah. Karena tidak membawa tim medis, dia mesti dirawat dokter tentara Selandia Baru.
Earle Thomas juga merasa sakit yang diduga karena makanan. Diketahui kemudian mereka mengkonsumsi daging anjing.
Seperti Bermain di Suriah
Bersyukurlah seluruh peserta selamat. Sebab, dua bulan setelah turnamen selesai, prajurit Vietnam dari utara mulai menyerang AS dan sekutunya. Perang pun memasuki salah satu periode terburuknya.
"Sama sama sekali tidak pernah merasa aman dan selalu waspada. Kalau dibandingkan dengan sekarang, mungkin sama seperti menggelar turnamen sepak bola di Suriah. Ironisnya, setelah pengalaman itu, semua pertandingan yang saya jalani terasa begitu mudah," ungkap Thomas.
Advertisement