Liputan6.com, Jakarta - Liga Champions jadi ajang idaman bagi pesepak bola top dunia. Namun, hal sama tidak bisa dikatakan saat kompetisi pertama kali digelar 65 tahun lalu dengan nama Piala Champions.
UEFA harus kerja keras meyakinkan klub Eropa untuk berpartisipasi. Mereka pun menggunakan sistem undangan dan tidak mewajibkan. Gayung bersambut, sebanyak 16 klub menjawab panggilan.
Baca Juga
Sporting CP (Portugal) dan Partizan (Yugoslavia) dipasangkan lalu dipercaya membuka kompetisi. Peristiwa bersejarah pun tercipta di Lisbon pada 4 September 1955.
Advertisement
Pertandingan berlangsung di Estadio Nacional karena Estadio Jose Alvalade masih dibangun. Venue tersebut dikenal sangat terbuka sehingga angin bertiup kencang.
Elemen alam itu akhirnya membuat pertandingan, yang pada dasarnya sudah sulit ditebak karena belum pernah dilaksanakan, bertambah menarik.
Â
Saksikan Video Liga Champions Berikut Ini
Jelang Laga
Â
Selain jadi tuan rumah, banyak alasan mengapa Sporting lebih diunggulkan di pertandingan tersebut. Mereka merupakan juara Portugal tujuh kali dalam delapan musim, termasuk empat secara beruntun pada 1951-1954.
Namun, saat itu mereka bukanlah juara Portugal dan hanya menduduki peringkat tiga musim sebelumnya. Sporting juga dalam kondisi belum panas karena kompetisi domestik 1955/1956 belum dimulai.
Sementara Partizan sudah mengasah kemampuan di Liga Yugoslavia. Mereka juga punya memiliki beberapa pemain yang membantu timnas merebut medali perak di Olimpiade 1952, di antaranya Branko Zebec, Bruno Belin, Stjepan Bobek, dan Milos Milutinovic.
Advertisement
Angin Bicara
Tidak lama setelah kick-off, Bobek berhadapan dengan kiper Sporting Carlos Gomes dan berkesempatan jadi pencetak gol pertama kompetisi. Sayang tendangannya melebar.
Justru Sporting yang memimpin melalui Joao Martins. Petaka bagi Partizan, mereka kehilangan Zebec karena cedera lutut dalam proses terciptanya gol. Dengan sepak bola belum mengenal pergantian pemain, Partizan terpaksa bermain mengandalkan 10 orang.
"Kami kurang beruntung, Zebec cedera dan kebobolan pada saat bersamaan. Kondisi itu membuat kami tertekan," kata striker Partizan Prvoslav Mihajlovic usai laga.
Meski begitu, Partizan mampu membalikkan kedudukan berkat dua gol Milutinovic. Kepiawaian pelatih Aleksandar Tomasevic mengubah formasi tim di sini memainkan peran besar.
Namun, catatan tetap harus diberikan kepada gol kedua Milutinovic. Bola berubah arah karena tertiup angin kencang. "Saya jadi terkecoh," keluh bek Sporting, Manuel Passos, dilansir situs UEFA.
Suguhan Laga Menarik
Laga kemudian berlangsung sengit hingga akhir. Sporting menyamakan kedudukan melalui Quim yang baru berusia 19 tahun dan melakoni debut. Partizan sempat kembali memimpin berkat Bobek, sebelum Martins membantu tuan rumah mengunci hasil imbang.
"Kualitas laga berkurang karena angin kencang di lapangan," kata striker Sporting Jose Travassos. "Partizan adalah salah satu tim terbaik yang datang dan tampil di sini," tambah Passos.
Kedua tim sama-sama merasa layak memenangkan pertandingan. Namun, Partizan yakin bisa meraihnya pada leg kedua di Beograd. Terbukti, mereka menaklukkan Sporting 5-2 pada 12 Oktober 1955 dengan Milutinovic mencetak empat gol.
Kemenangan tersebut membawa Partizan ke babak berikutnya untuk menghadapi Real Madrid. Partizan menang 3-0 di leg kedua, tapi tidak cukup karena tumbang 0-4 pada laga pertama. Real Madrid akhirnya keluar sebagai juara.
Advertisement
Kompetisi Istimewa
Piala Champions resmi bergulir dan terus berkembang. Klub Eropa kini berlomba-lomba untuk berpartisipasi.
Duel bersejarah Sporting vs Partizan pun menjadi menu pembuka dari turnamen yang kemudian menyuguhkan pertandingan-pertandingan istimewa.