Sukses

Bola Ganjil: Petaka Transfer Penyihir Kecil asal Portugal, Fernando Chalana

Simak kisah Fernando Chalana, winger asal Portugal yang merasakan perubahan karier saat transfer ke Bordeaux pada 1984.

Liputan6.com, Jakarta - Ukuran Portugal kurang lebih hanya seperlima Sumatra. Meski begitu, negara kecil di Semenanjung Iberia ini memiliki pengaruh signifikan dalam bursa transfer sepak bola dunia.

Setiap tahun talenta keluar dari sana dan menunjukkan kemampuan di klub dan liga top Eropa. Teranyar Wolverhampton Wanderers memecahkan rekor klub untuk menggaet pemuda berusia 18 tahun Fabio Silva dari FC Porto.

Keberhasilan Portugal mengekspor pemain juga tidak lepas dari keberadaan agen super Jorge Mendes. Dengan kepiawaian negosiasi dan pemasaran mumpuni, dia membantu kompatriot mendapatkan yang terbaik dalam mengarungi karier di lapangan hijau.

Namun jauh sebelum Jorge Mendes, ada agen lain yang juga piawai dalam membela kepentingan sang klien. Anabel Chalana adalah suami dari Fernando, winger karismatis yang besar di SL Benfica.

Pada 1984, dia menciptakan kehebohan ketika mewakili sang suami yang hendak meninggalkan Portugal.

Saksikan Video Sepak Bola Portugal Berikut Ini

2 dari 4 halaman

Idola Baru

Chalana berbeda dengan tipe pemain Portugal yang ada sekarang ini. Memiliki tinggi hanya 165 cm, dia beroperasi di sisi lapangan. Kelebihannya adalah gerak kaki, dribel, serta kemampuan melepas umpan silang yang jadi santapan empuk bagi para penyerang.

Sosok berjuluk Pequeno Genial (si Jenius Kecil) ini melakoni debut bersama Benfica di usia 17 tahun dan langsung berkontribusi besar. Tidak lama berselang, Chalana, yang juga dikenal lewat sebutan Chalanix (begitu Asterix dikenal di Portugal) karena kumisnya mirip dengan karakter tersebut, dipanggil masuk timnas senior.

Dalam periode ini, Chalana membela Benfica selama delapan musim dan membantu tim memenangkan lima gelar liga. Pelatih veteran asal Swedia Sven-Goran Eriksson, menakhodai Benfica pada periode 1982-1984, mendeskripsikannya sebagai pemain dengan teknik terbaik yang pernah ditanganinya.

3 dari 4 halaman

Pengaruh Anabel

Jaman sekarang, Chalana mungkin sudah terendus pemandu bakat sebelum kemudian direkrut klub besar Eropa hanya delapan bulan setelah debutnya. Namun, Portugal belum jadi pasar pemain besar pada 1980-an.

Dunia baru menyadari kehadiran Chalana setelah beraksi di panggung internasional, tepatnya Piala Eropa 1984. Dia menunjukkan penampilan istimewa melawan tuan rumah Prancis pada semifinal lewat torehan dua assist.

Portugal pada akhirnya tetap kalah 2-3. Meski begitu, kinerjanya sudah meyakinkan klub papan atas Negeri Anggur kala itu Girondins Bordeaux, untuk memboyongnya.

Di titik inilah cerita berpaling ke Anabel. Memiliki reputasi sebagai sosok kontroversial dan blak-blakan, dia menciptakan kebingungan lewat aksinya.

Saat mendengar minat Bordeaux, Anabel berusaha keras agar transfer terwujud. Benfica akhirnya sepakat melepas dengan harga sedikit di atas 1 juta poundsterling.

Manuver ini ternyata bermasalah. Pasalnya, Anabel sudah menandatangani pra-kontrak dengan Boavista tiga bulan sebelumnya terkait jasa sang suami. Fernando sendiri menyatakan keinginannya menetap di Benfica dan menandatangani perjanjian baru.

Tapi, Anabel biasanya mendapatkan apa yang dia mau. Ketika dilarang mendampingi suami di Piala Eropa 1984, dia tetap sukses masuk stadion karena mendapatkan akreditasi sebagai jurnalis.

4 dari 4 halaman

Hantu Cedera

Sengketa akhirnya selesai dan Fernando jadi bergabung dengan Bordeaux. Dia bermain dengan nama-nama besar seperti Alain Giresse, Jean Tigana, Patrick Battiston, Bernard Lacombe, dan Dieter Müller

Sayangnya, transfer ini nyatanya berujung bencana. Usai menjanjikan di musim pertama, Fernando kerap diterpa cedera. Dia juga sering mengeluh tidak betah dan rindu kampung halaman. Di sisi lain, Anabel dilaporkan selalu menuntut bayaran lebih dari Bordeaux, ditenggarai untuk gaya hidup mewah.

Bordeaux pada akhirnya terus mendominasi Prancis dengan Fernando duduk di bangku cadangan. Dia hanya tampil 22 kali dan mencetak dua gol di Ligue 1 selama tiga musim.

Fernando coba memulihkan karier dan kembali ke Benfica pada 1987. Sayang cedera tetap menghantui. Polemik yang diciptakan Anabel di luar lapangan juga membuatnya terasingkan, meski Benfica jadi juara Portugal pada 1989.

Dia meninggalkan Benfica semusim kemudian dan mengadu nasib bersama Belenenses dan Estrela Amadora sebelum gantung sepatu pada 1992 di usia 33 tahun.