Liputan6.com, Jakarta - Belanda identik dengan pemain outfield sejak masuk peta utama persaingan sepak bola pada 1960-an dan 1970-an. Nama-nama seperti Johan Cruyff, Johan Neeskens, Ruud Krol, Wim Suurbier, Willem van Hanegem, dan Piet Keizer membuat publik terkesima lewat kemampuan mengolah bola.
Padahal Negeri Kincir Angin juga kerap melahirkan kiper berkualitas. Seperti rekannya di outfield, kiper Belanda bahkan juga merevolusi permainan karena tidak hanya piawai menggunakan tangan.Â
Baca Juga
Ada beberapa sosok yang mencuat. Lincah dan piawai menghentikan tendangan penalti, Eddy Pieters Graafland menarik perhatian berkat aksinya. Dia pun menjadi pilihan pertama timnas dalam satu dekade hingga 1967.
Advertisement
Menyusul Graafland, sejumlah penjaga gawang muda siap bersaing untuk menjadi suksesornya. Ada lima nama yang menonjol. Sayang, seluruhnya memiliki masalah.
Piet Lagarde membela timnas dua kali pada 162. Namun dia mengalami cedera patah tulang selangka di penampilan kedua melawan Denmark. Lagarde kembali mengalami masalah saat tampil di Liga Belanda dua tahun kemudian sehingga kehilangan ginjal. Dia pun terpaksa pensiun dini.
Pim Doesburg besar di akademi Sparta Rotterdam yang kerap menghasilkan kiper berkualitas. Tapi dia kurang mendapat kepercayaan sehingga cuma bermain delapan kali dalam periode 1967 hingga 1981.
Berikutnya Jan van Beveren yang tenang dan sigap membaca tendangan lawan. Van Beveren sukses mengantongi 32 caps. Dia dipercaya bisa tampil lebih banyak jika saja tidak berseteru dengan Cruyff yang punya pengaruh besar.
Nestapa Van Beveren jadi berkah bagi Jan Jongbloed. Meski refleksnya tidak secepat Van Beveren, dia nyaman menguasai bola di kaki. Jongbloed kemudian jadi andalan di Piala Dunia 1974 dan 1978.
Lalu ada Tonny van Leeuwen.
Saksikan Video Kiper Belanda Berikut Ini
Awal Kemunculan
Mantan striker Timnas Belanda Jan Mulder dalam otobiografinya menyebut Van Leeuwen bisa menjadi sebagai kiper terbaik Belanda pada masanya. Sayang, klaim itu tidak terdengar di luar Negeri Kincir Angin karena berbagai hal.
Melakoni debut bersama Sparta Rotterdam pada 1959 di usia 16 tahun, Van Leeuwen langsung impresif dan jadi pilihan pertama. Perkembangannya lalu diganggu cedera serius. Digantikan Doesburg, waktu bermain Van Leeuwen berkurang sehingga pindah ke GVAV, kini dikenal sebagai FC Groningen, pada 1963.
Transfer itu berbuah manis. Van Leeuwen masuk skuat timnas U-21 setahun berselang.
Pada titik ini rintangan kembali menghadang. Van Leeuwen mendapat sanksi larangan bermain karena memukul lawan. Dia baru dipercaya membela Belanda pada 1967 oleh pelatih George Kessler.
Debut Van Leeuwen berakhir bencana. Belanda menyerah 3-4 dari Jerman Timur dengan Van Leeuwen dikritik karena buruk mengantisipasi umpan lambung lawan.
Masa depannya di pentas internasional menjadi buram. Namun, Kessler siap memberi Van Leeuwen kesempatan sekali lagi setelah tampil istimewa di liga. Dia membantu GVAV menaklukkan tuan rumah Ajax Amsterdam 1-0 dan berkali-kali memantahkan serbuan lawan.
Advertisement
Rekor Istimewa
Sayang, Van Leeuwen kembali mengecewakan melawan Hungaria. Dia bermain gugup dan Belanda tertinggal 1-2 di babak pertama. Van Leeuwen melakukan blunder yang berbuah gol kedua lawan. Merasakan tekanan besar, dilaporkan Van Leeuwen pura-pura cedera agar ditarik keluar.
Karier Van Leeuwen berakhir di situ. Namun, dia tetap bersinar bersama GVAV. Dia memilih bertahan meski beberapa tim lain menginginkan jasanya, salah satunya raksasa Belgia Anderlecht, untuk membantu klub promosi setelah terdegradasi dari Eredivisie pada 1970.
Van Leeuwen melakukannya lewat penampilan heroik di bawah mistar. Dia hanya kebobolan tujuh kali dari 30 pertandingan. Meski bukan di kasta tertinggi, hingga itu angka tersebut diakui sebagai rekor terbaik di antara liga-liga negara top Eropa.
Asosiasi Sepak Bola Belanda (KNVB) pun berencana memberikan penghargaan. Mereka mengundang Van Leeuwen menghadiri acara di Embassy Club Rotterdam pada 14 Juni 1971.
Van Leeuwen beserta sang istri Geri datang dan mendapat pengakuan atas capaiannya. Panitia kemudian mempersilahkan pasangan menginap dan menyediakan kamar di Hotel Hilton Rotterdam.
Tragedi dan Penghormatan
Namun keduanya memilih pulang. Sekitar pukul 05.00 pagi di Jalan Tol 32 dekat Meppel, Van Leeuwen tertidur di belakang kemudi Mercedes putihnya. Kendaraan menerobos dan pembatas jalan dan menabrak truk di jalur seberang.
Geri ajaibnya selamat, tapi Van Leeuwen meninggal di tempat. Dia masih berusia 28 tahun. Meninggal secara tragis di usia muda hanya beberapa jam setelah mendapat penghargaan merupakan akhir pahit dalam hidup Van Leeuwen.
Sampai sekarang di luar Belanda tetap tidak banyak yang mengenal Van Leeuwen. Namun, Groningen berusaha semaksimal mungkin untuk mengenangnya.
Pihak klub dan kota mengabadikan Van Leeuwen lewat patung serta mengunakan identitasnya sebagai nama jalan dan kereta. Trofi bernama Tonny van Leeuwen kemudian diberikan bagi kiper terbaik di Eredivisie.
Teranyar, Groningen menyebut tribune utara Euroborg, tempat fans tuan rumah duduk, dengan namanya.
Advertisement