Liputan6.com, Jakarta - Belum banyak yang memiliki televisi berwarna pada 1978. Setiap keluarga pun menyaksikan berbagai event dari penjuru muka bumi dalam gambar hitam putih, termasuk Piala Dunia di Argentina.
Padahal sebenarnya ada peristiwa unik saat Prancis menghadapi Hungaria pada laga pamungkas Grup A di Estadio Jose Maria Minella, Mar del Plata.
Prancis berubah dari Les Bleus menjadi Les Verts et Blanc pada pertandingan ini. Mereka tidak mengenakan seragam kebesaran biru dan memakai jersey hijau putih dengan motif vertikal.
Advertisement
Penyebabnya karena kesalahan administrasi. Terjadi miskomunikasi sehingga menciptakan kebingungan.
Akibat kehadiran televisi, FIFA mulai menentukan warna seragam tim yang bertanding. Salah satu memakai warna gelap, lawannya terang. Untuk itu, operator menentukan kostum peserta jauh sebelum turnamen dimulai. FIFA diketahui meminta Hungaria mengenakan jersey merah dan Prancis putih.
Namun, FIFA memutar kebijakan tiga bulan berselang dan meminta Prancis tampil dengan warna kebesaran. Sayangnya pesan ini tidak sampai ke tim. Belakangan diketahui presiden Federasi Sepak Bola Prancis ketika itu, Henri Patrelle, lupa meneruskan instruksi FIFA ke bawahan.
Saksikan Video Timnas Prancis Berikut Ini
Terlambat Disadari
Kesalahan belum disadari saat kedua tim masuk ke lapangan. Pasalnya, masing-masing tim masih memakai jaket. Saat pemanasan mereka juga tidak mengenakan seragam bertanding.
Problema baru terjadi ketika pemain kedua tim menunjukkan jersey. Dari situ pengawas laga menetapkan partai harus ditunda.
Repotnya, Prancis tidak membawa seragam biru mereka. Staf meninggalkannya di Buenos Aires, 400 km dari Mar del Plata.
Prancis pun mencari ke luar untuk mencari seragam alternatif. Mereka menemukan Atletico Kimberley, klub lokal yang memakai jersey kombinasi garis hijau dan putih.
Advertisement
Sablon Nomor dan Kombinasi Berbeda
Menemukan seragam baru ternyata bukanlah masalah terbesar Prancis. Kendala lebih rumit lain muncul karena beberapa jersey Atletico Kimberley tidak memiliki angka. Staf Prancis pun selanjutnya sibuk menyablon nomor di belakang kaus.
Setelah itu, mereka juga dipusingkan keterbatasan seragam. Atletico Kimberley cuma punya 14 seragam bagi non kiper. Sedangkan Prancis memiliki 16 pemain.
Keputusan FIFA menetapkan nomor 1 dan 12 bagi penjaga gawang menciptakan problema selanjutnya. Ada beberapa pemain yang mengenakan nomor berbeda di kaus dan celana.
Butuh waktu 45 menit untuk menyelesaikan semua ini sebelum wasit Arnaldo Cezar Coelho dari Brasil akhirnya bisa memulai pertandingan.
Sebenarnya Formalitas
Pertandingan sendiri sebenarnya hanya formalitas. Prancis dan Hungaria sudah dipastikan gagal melangkah ke babak berikut karena selalu kalah di dua laga sebelumnya.
Namun, laga berlangsung menarik. Tanpa beban, kedua tim tampil menyerang, terutama di babak pertama.
Prancis unggul dua gol melalui Christian Lopez dan Marc Berdoll. Hungaria sempat memperkecil kedudukan jelang berakhirnya babak pertama lewat Sandor Zombori.
Namun, harapan Hungaria melakukan comeback punah usai Dominique Rocheteau mencetak gol ketiga Prancis semenit berselang.
Advertisement
Kali Terakhir
Prancis, yang beranggotakan Michel Platini muda (masih berusia 22 tahun), tampil dengan warna asing di pertandingan itu. Penonton televisi di rumah kemungkinan besar tidak menduga tim yang bertanding adalah Les Bleus.
Kemajuan jaman dan peningkatan kualitas organisasi membuat pengalaman Prancis di 1978 kemungkinan besar tidak bakal terulang. Sangat disayangkan sebenarnya. Sebab, kesalahan kecil seperti inilah yang membuat sepak bola lebih berwarna.
Insiden yang melibatkan Prancis sendiri merupakan kali keempat dan terakhir di Piala Dunia ketika timnas harus meminjam seragam klub. Pada edisi 1934, Austria mesti memakai jersey Napoli saat menghadapi Jerman Barat.
Di 1950, Swiss mengenakan seragam Cruzeiro ketika bersua Meksiko. Sementara Argentina menggunakan baju milik IFK Malmo kala menghadapi Jerman Barat.
Uniknya, ketiga timnas yang memakai seragam baru itu seluruhnya menderita kekalahan. Artinya, Prancis sebenarnya sukses memutus kutukan pada 1978.