Liputan6.com, Jakarta - Islandia hanya negara kecil di utara Eropa. Namun dengan populasi hanya 355 ribu orang, negara tersebut sudah memengaruhi kompetisi domestik terpopuler di dunia, Liga Inggris.
Pesepak bola Islandia bahkan menggunakan Inggris sebagai sekolah. Hasilnya terlihat dalam dua turnamen besar terakhir. Islandia lolos kompetisi utama untuk pertama kali sepanjang sejarah di Piala Eropa 2016.
Tidak sekedar berpartisipasi, mereka mampu mengungguli Portugal di fase grup. Islandia bahkan kemudian menggigit tangan yang membantu perkembangan tim.
Advertisement
Strakarnir Okkar menaklukkan Inggris di babak 16 besar. Sayang petualangan mereka selesai di putaran selanjutnya setelah dibungkam Prancis.
Namun, momentum Islandia berlanjut. Mereka tampil di Piala Dunia 2018 meski langsung tersisih di grup. Kini Islandia coba merebut tiket Piala Eropa 2020 dengan mengalahkan Hungaria di play-off.
Saksikan Video Bola Islandia Berikut Ini
Awal Hubungan
Hubungan unik Islandia dengan Inggris diawali dengan transfer Gudni Bergsson dari Valur ke Tottenham Hotspur pada 1988. Namun, dia gagal menembus tim utama dengan manajer Terry Venables lebih mendahulukan Gary Mabbutt dan Neil Ruddock di jantung pertahanan. Walau enam musim membela Spurs, dia tidak mencapai 100 penampilan bagi tim.
Pengalaman kurang baik di London tidak mengurangi semangat Bergsson. Dia membangun reputasi setelah direkrut Bolton Wanderers pada 1995.
Selama delapan musim di sana, Bergsson mencetak assist pada final Piala Liga Inggris melawan Liverpool, serta membantu promosi dua kali.
Pengaruh positif Bergsson memengaruhi kebijakan klub untuk mencari pemain Islandia lain. Arnar Gunnlaugsson pun bergabung pada 1997 disusul Eidur Gudjohnsen setahun kemudian.
Namun, bintang utama tetap Bergsson. Dia menjadi pilar pertahanan tim. Meski Sam Allardyce menghalangi, dia memutuskan pulang kampung dan beralih karier sebagai pengacara. Kini Bergsson menjabat presiden Asosiasi Sepak Bola Islandia.
Advertisement
Talenta Gudjohnsen
Seiring berakhirnya karier Bergsson, Gudjohnsen muncul sebagai bintang baru Islandia. Memulai karier di Valur dan menimba ilmu di PSV Eindhoven, Gudjohnsen merupakan tipe pemain berbeda dari seniornya. Dia memiliki teknik dan gaya bermain elegan yang membuatnya menjadi salah satu pesepak bola terbaik Islandia.
Penampilan impresif bersama Bolton meyakinkan Chelsea untuk merekrutnya pada 2000. Di Stamford Bridge, Gudjohnsen membentu duet maut dengan Jimmy Floyd Hasselbaink.
Posisinya dalam skuat sempat diragukan menyusul kedatangan taipan Rusia Roman Abramovic tahun 2003. Namun, Gudjohnsen tetap dipercaya Claudio Ranieri dan Jose Mourinho meski kedatangan pemain serang anyar, di antaranya Damien Duff, Arjen Robben, hingga Hernan Crespo.
Gudjohnsen pun menjadi pemain Islandia pertama yang menjadi juara Liga Inggris dan Piala Liga Inggris. Tidak heran jika kemudian raksasa Spanyol Barcelona memboyongnya ke Camp Nou.
Terus Menginvasi
Pengaruh Gudjohnsen membangkitkan gelora pemain Islandia untuk mengikuti jejaknya. Kemudian datang Gylfi Sigurdsson.
Tidak seperti dua pendahulunya, Sigurdsson menimba ilmu langsung di Inggris, tepatnya Reading. Setelah pergi ke Hoffenheim, dia lalu pergi ke Swansea City, Tottenham Hotspur, dan kini Everton.
Selain yang sudah disebut, pemain Islandia lain yang memberi pengaruh di Inggris mencakup Joey Gudjonsson, Brynjar Gunnarsson, Heidar Helguson, Hermann Hreidarsson, Johann Berg Gudmundsson, dan Aron Gunnarsson.
Dengan semakin banyak anak-anak Islandia menggeluti sepak bola, jangan kaget jika invasi pemain dari sana bakal terus terjadi di masa depan.
Advertisement