Sukses

Penumpang Terinfeksi COVID-19, Puluhan Petenis Australian Open 2021 Ikut Dikarantina

Sebagian petenis yang akan tampil di Australia Open 2021 merasa kesal harus menjalani karantina selama 14 hari.

Liputan6.com, Jakarta Jumlah peserta Australia Open 2021 yang mendekam di ruang karantina di Melbourne, Australia, terus bertambah.  

Seperti dilansir dari Channel News Asia (CNA), Senin (18/1/2021), otoritas kesehatan di Victoria menemukan sembilan penumpang pesawat carteran yang baru tiba di Melbourne, terjangkit COVID-19. Sebagian di antaranya ingin menghadiri Australia Open pada 8 Februari hingga 9 Februari 2021.

"Empat di antaranya bakal ambil bagian pada Australia Open 2021 dan saat ini mereka tengah menjalani karantina yang aman di kamar hotel," ujar Perdana Menteri Negara Bagian Victoria, Daniel Andrews kepada wartawan terkait kasus COVID-19 yang baru saja mereka temukan. 

Temuan ini sekaligus menambah jumlah peserta Australia Open 2021 yang harus menjalani karantina selama 14 hari sejak tiba di Melbourne. Sebelumnya, 72 orang yang terdiri dari pemain, ofisial, dan pelatih juga sudah 'dikurung' di hotel menyusul temuan kasus positif di pesawat carteran lainnya. 

Pihak penyelenggara Australia Open seperti dilansir dari berbagai sumber menyebutkan, bahwa tidak semua penumpang pesawat dari Doha, Qatar menuju Melbourne dinyatakan positif COVID-19. Mereka juga tidak seluruhnya berencana menghadiri Australia Open 2021. Meski demikian, semua penumpang termasuk 25 petenis yang sepesawat dengan mereka tetap harus menjalani karantina selama 14 hari.

 

Saksikan juga video menarik di bawah ini

2 dari 4 halaman

Menunggu Hasil Tes

Setidaknya sudah 72 petenis termasuk juara Grand Slam yang dilarang meninggalkan hotel-nya. Mereka menjalani karantina dengan aturan yang berbeda. Sebagian masih diizinkan untuk menjalani latihan selama 4-5 jam sehari, sementara yang lainnya dilarang keluar kamar sama sekali. 

"Saya pikir, orang-orang yang dinyatakan positif sejauh ini adalah mereka yang terpapar sebelum naik pesawat. Namun gambaran besar baru bisa kami dapatkan setelah hasil tes keluar dalam beberapa hari ke depan yang akan menunjukkan apakah ada orang lain yang tertular selama penerbangan," kata pimpinan otoritas kesehatan negara bagian Victoria, Brett Sutton menjelaskan. 

 

3 dari 4 halaman

Respons Petenis

Sementara itu, beragam respons yang ditunjukkan para petenis yang terpaksa menjalani karantina. Sebagian meluapkan kejengkelannya lewat media sosial, sementara lainnya berusaha menjalaninya dan mempersiapkan diri sebisanya. Mereka yang jengkel, rata-rata adalah petenis yang dianggap kontak erat penumpang yang terinfeksi COVID-19 sehingga harus menjalani karantina ketat.  

"Jika mereka memberitahu aturan ini sebelumnya, saya tidak akan tampil di Australia," kata Sorona Cristea, petenis asal Rumania melalui akun Twitter-nya. "Saya seharusnya tinggal di rumah. Mereka minta kami naik pesawat dengan penumpang 20 persen dari kapaistas, dalam kasusku saya harusnya masuk dalam daftar kontak erat bila ada anggota timku yang positif COVID-19," bebernya.

"Kami telah diberitahu sebelumnya kalau masa karantina tidak lebih dari 5 hari, tapi aturan selalu berubah-ubah," ujar Cristea menambahkan. 

 

4 dari 4 halaman

Tetap Berlatih

Tidak semua petenis seperti Cristea. Petenis asal Selandia Baru, Artem Sitak, yang juga menjalani masa karantina berbendapat beda. "Kami telah dihubungi oleh pihak Asutralia Open sejak bulan lalu, tapi saya tidak kaget bila tidak semua petenis ditelepon tentang hal ini," katanya. 

"Tapi, hei memang seharusnya sudah seperti itu. Pada dasarnya, panitia penyelenggara memberi tahu kami resiko yang akan dihadapi. Dan kami juga sudah diberitahu, bila ada penumpang yang positif COVID-19, maka itu menjadi wewenang otoritas kesehatan Australia untuk memutuskan apakah seluruh penumpang dikarantina atau hanya sebagai yang harus isolasi," beber Sitak menambahkan. 

Terlepas dari pro dan kontra yang mencuat di kalangan para petenis yang dikarantina, sebagian dari mereka tetap berusaha mengasah kemampuannya. Bagi yang tidak bisa meninggalkan kamar hotel, mereka memanfaatkan tembok atau kasus untuk mengasah pukulannya selama masa karantina.