Sukses

Bola Ganjil: Zenit St Petersburg Dapat Kartu Bebas dari Penjara

Simak cerita Zenit St Petersburg ketika tidak terdegradasi meski menduduki dasar klasemen liga.

Liputan6.com, Jakarta - Rasanya seluruh klub sepak bola di Rusia atau pendahulunya Uni Soviet memiliki hubungan erat dengat politik dan pemegang kekuasaan. Lihat saja status istimewa Zenit St Petersburg.

Mereka pernah menduduki dasar klasemen liga yang berisi 19 tim pada 1967. Ketika itu masih bernama Zenit Leningrad, Sine-Belo-Golubye hanya meraih enam kemenangan dari 36 pertandingan.

Mereka defisit enam angka dari Chornomorets Odessa yang satu strip di atas dan seharusnya terkena degradasi selaku penghuni posisi buncit.

Nyatanya Zenit tidak digusur. Alih-alih demikian, operator kompetisi justru mengangkat tim terbaik Divisi I, Dinamo Kirovabad, sehingga peserta kasta utama bertambah.

Apa motif di balik keputusan yang rasanya tidak mungkin terjadi di negara lain ini?

Saksikan Video Zenit Berikut Ini

2 dari 4 halaman

Perlakuan Istimewa

 

Federasi Sepak Bola Uni Soviet menjelaskan alasan mengapa kasus spesial berlaku bagi Zenit dan layak dipertahankan bersama tim elite. Faktor geografis jadi pertimbangan.

Revolusi 1917 merayakan usia 50 tahun. Maka Leningrad, atau Petrograd ketika peristiwa tersebut terjadi, selaku lokasi sentral pantas mendapat status istimewa dalam berbagai aspek.

Kartu bebas penjara yang didapat dimaksimalkan Zenit semaksimal mungkin. Mereka tidak lagi bermain dengan maut.

3 dari 4 halaman

Terdegradasi pada 1992

Namun, vonis degradasi akhirnya tetap mereka rasakan pada musim perdana kompetisi sepak bola Rusia tahun 1992, tidak lama setelah Uni Soviet bubar. Sine-Belo-Golubye butuh empat tahun untuk kembali ke kasta tertinggi.

Setelah itu Zenit menjelma menjadi salah satu tim terbaik Rusia, terutama setelah saham mayoritas klub dikuasai perusahaan energi milik negara Gazprom.

4 dari 4 halaman

Tim Papan Atas

Klub mendatangkan pelatih kelas dunia seperti Dick Advocaat, Luciano Spalletti, Andre Villas-Boas, Mircea Lucescu, hingga Roberto Mancini.

Polesan mereka membantu Zenit menjadi juara liga enam kali dan bahkan memenangkan kompetisi Eropa Piala UEFA pada 2008. Dengan kondisi mapan, Zenit juga rutin tampil di ajang antarklub paling bergengsi Liga Champions.