Sukses

Bola Ganjil: Skandal Gawang Patah di Jerman, Hampir Bikin Gelar Melayang

Simak cerita patahnya gawang dalam laga sepak bola yang menciptakan skandal di Jerman.

Liputan6.com, Jakarta - Rusaknya alat pendukung pertandingan bisa membuat ajang olahraga berantakan. Contoh kasusnya sudah banyak.

Shaquille O'Neal menghancurkan ring basket dengan slam dunk pada duel melawan New Jersey Nets dan Phoenix Suns pada NBA musim 1992/1993.

Sementara tiang bendera di tiap sudut lapangan sepak bola kerap hancur, baik sengaja atau tidak. Penyebabnya bisa karena sengitnya laga atau selebrasi berlebihan.

Beberapa kali tiang gawang American football juga patah karena aksi pemain. Hal tersebut memaksa operator kompetisi menciptakan peraturan yang melarang atlet melakukan aksi vandalisme.

Di luar berbagai insiden tersebut, ada satu cerita mengenai rusaknya alat pendukung pertandingan yang menciptakan skandal di Jerman.

Saksikan Video Berikut Ini

2 dari 4 halaman

Tiang Patah

Borussia Monchengladbach menjamu Werder Bremen pada lanjutan Bundesliga, 3 April 1971. Kiper Bremen Gunter Bernard bertabrakan dengan striker Monchengladbach Herbert Laumen saat pertandingan menyisakan dua menit.

Benturan mereka mengenai salah satu tiang gawang dan mematahkannya. Patut diketahui, pada masa itu gawang masih terbuat dari kayu.

Monchengladbach ternyata tidak memiliki gawang pengganti sesuai aturan Federasi Sepak Bola Jerman (DFB). Laga pun dihentikan dalam kedudukan 1-1.

3 dari 4 halaman

Tetap Juara

DFB lalu menjatuhkan sanksi atas keteledoran Monchengladbach. Mereka dijerat kalah 0-2 serta harus membayar denda.

Hukuman tersebut hampir membuat Die Fohlen meradang. Bagaimana tidak, gelar di depan mata terancam hilang.

Beruntung Monchengladbach tetap berada di puncak klasemen saat kompetisi berakhir. Mereka hanya unggul dua poin atas pesaing terdekat Bayern Munchen.

4 dari 4 halaman

Terbebas Tuntutan Pemain

Prestasi tersebut membuat manajemen klub lega. Pasalnya, mereka terbebas dari urusan dengan hukum.

Para pemain Monchengladbach ketika itu berencana menyeret manajemen ke pengadilan karena terancam kehilangan bonus juara akibat keteledoran klub.