Sukses

Bola Ganjil: Hancurnya Serigala Ibu Kota Italia di Jerman Timur

Simak kisah Carl Zeiss Jena ketika mengalahkan AS Roma di Piala Winners 1981.

Liputan6.com, Jakarta - Bagi kebanyakan orang, Carl Zeiss Jena hanyalah klub kecil yang memiliki koneksi dengan perusahaan pembuat lensa kamera dan alat optik lainnya. Stadion kebanggaan mereka, Ernst-Abbe-Sportfeld, tidak bisa menampung 13 ribu orang.

Namun bagi pecinta sepak bola Jerman, Carl Zeiss Jena merupakan salah satu klub yang kaya sejarah.

Seperti klub Jerman Timur lainnya, mereka mengalami serangkaian perubahan identitas karena faktor politik. Dalam perjalanannya, Carl Zeiss Jena sukses merebut prestasi meski BFC Dynamo dan Dynamo Dresden mendominasi.

Klub memenangkan tiga mahkota Oberliga (1963, 1968, 1970) dan empat titel FDGB-Pokal (1960, 1972, 1974, 1980). Carl Zeiss Jena juga menjadi runner-up Liga Jerman Timur dalam sembilan kesempatan (1958, 1965, 1966, 1969, 1971, 1973, 1974, 1975, 1981).

Di kompetisi Eropa, klub asal Thuringia itu mampu bersaing melawan nama-nama mapan. Mereka mencapai semifinal pada debut di Piala Winners 1961. Carl Zeiss Jena lalu menembus perempat final Piala UEFA 1970 dan 1978 serta Piala Champions 1971.

Capaian terbaik datang di Piala Winners 1981. Carl Zeiss Jena melangkah ke final dan memimpin atas Dinamo Tbilisi (ketika itu masih jadi bagian Uni Soviet) lewat Gerhard Hoppe. Sayang lawan bisa membalikkan kedudukan dengan gol penentu, dibuat Vitali Daraselia, tercipta empat menit sebelum laga selesai.

Saksikan Video Berikut Ini

2 dari 4 halaman

Kemenangan Bersejarah

Meski begitu, kenangan terindah Carl Zeiss Jena terhadap partisipasi di turnamen itu terjadi di babak pertama.

Carl Zeiss Jena dipasangkan dengan raksasa Italia AS Roma. Banyak yang menduga mereka bakal dihancurkan. Bagaimana tidak, Carl Zeiss Jena hanya mengandalkan produk lokal. Sementara I Giallorossi punya banyak bintang internasional.

Terbukti, pada leg pertama di Olimpico, gawang mereka sudah jebol di menit kelima oleh Roberto Pruzzo. Carlo Ancelotti yang masih bermain kemudian menambah petaka Carl Zeiss Jena di pertengahan babak pertama. Petaka bagi tim tamu akhirnya lengkap menyusul gol gelandang Brasil, Paulo Falcao, 18 menit sebelum pertandingan selesai.

Dalam kedudukan tersebut, laga penentu dua pekan kemudian terasa sebagai formalitas. Carl Zeiss Jena dianggap sudah pasti tersisih. Pasalnya, mereka harus mencetak empat gol ke gawang Italia yang dikenal lewat pertahanan gerendel.

3 dari 4 halaman

Tanpa Beban

Nyatanya kondisi itu membuat Carl Zeiss Jena tampil tanpa beban. Mereka tidak mempedulikan pertahanan dan bermain lepas dan fokus menyerang.

Hasilnya, kiper AS Roma Franco Tancredi harus melakukan sejumlah penyelamatan di awal babak pertama sampai yang tidak terhindarkan akhirnya terjadi. Carl Zeiss Jena membuka skor melalui Andreas Krause.

Tuan rumah lalu terus menekan. Gol kedua lalu datang melalui Lutz Lindemann. Carl Zeiss Jena pun mulai percaya. Pasalnya, mereka sudah menyelesaikan setengah tugas sebelum jeda.

Tumbuhnya optimisme pasukan Hans Meyer terlihat selepas istirahat. Kembali mereka memaksa Tancredi bekerja keras. Carl Zeiss Jena juga dua kali sial karena usaha Jurgen Raab dan Hoppe mengenai gawang.

Waktu terus bergulir dan gol ketiga tidak kunjung tiba. Pemain dan pendukung Carl Zeiss Jena mulai frustasi.

Sampai dewi fortuna datang juga. Roberto Scarneccia baru merumput empat menit bersama AS Roma usai menggantikan Bruno Conti. Dalam insiden tanpa bola, dia lalu menjegal Thorsten Kurbjuweit. Wasit yang melihat insiden di depan mata tanpa ampun mengeluarkan kartu merah.

4 dari 4 halaman

Tetap Menyerang

Kisah berbeda dirasakan pemain pengganti lainnya. Andreas Bielau baru semenit mengisi tempat Thomas Topfer. Namun, dalam sentuhan pertamanya, dia sukses membawa Carl Zeiss Jena menyamakan kedudukan secara agregat.

Dalam skor itu, mayoritas yang berada di posisi Carl Zeiss Jena kemungkinan sudah puas dan melanjutkan pertandingan ke perpanjangan waktu. Tapi mereka bukanlah tim sembarangan.

Carl Zeiss Jena terus menekan meski sadar satu gol AS Roma bakal membuat perjuangan tambah sulit. Pendekatan berani tersebut berbuah gol kedua bagi Bielau di menit ke-87, setelah pemain belakang tim tamu kembali gagal membuang bola.

Keajaiban terjadi. Tidak heran jika penonton kemudian turun ke lapangan dan merayakan kemenangan bersama pemain.