Liputan6.com, Jakarta Mike Tyson telah menyampaikan kepada publik mengenai rencana pertarungannya melawan Evander Holyfield. Meski masih ada beberapa pembicaraan mengenai detail kontrak, duel trilogi kelas berat paling ditunggu-tunggu itu kemungkinan besar bakal tersaji pada 29 Mei 2021 mendatang.
Bagi pencinta tinju lawas, pertemuan Mike Tyson dan Evander Holyfield punya arti penting. Namun bagi kalian yang belum lahir pada masa keemasan mereka, tidak perlu risau. Agar dapat merasakan atmosfer nostalgia yang diusung laga nanti, tidak ada salahnya untuk mengikuti kilas balik mereka.
Baca Juga
Mike Tyson merupakan petinju kelas berat terpopuler setelah era Muhammad Ali. Petinju kelahiran Brooklyn, New York ini, masih tercatat sebagai juara dunia termuda kelas berat hingga saat ini.
Advertisement
Tyson sudah menjadi juara dunia di usia 20 tahun 150 hari. Si Leher Beton merebut sabuk juara versi WBC dengan memukul KO (Knock out) Trevor Berbick pada ronde kedua, 22 November 1986.
Sejak saat itu, namanya terus melambung. Satu persatu gelar juara dunia tinju kelas berat berhasil direbutnya. Di era 1990-an, nyaris tidak ada yang tidak mengenal Mike Tyson. Namanya dielu-elukan pun di berbagai penjuru dunia, termasuk Indonesia. Duel demi duelnya sangat dinanti publik.
Berbeda dengan Tyson, sosok Evander Holyfield bukan petinju yang diperhitungkan. Rekor bertandingnya tidak segemilang Tyson. Dari tujuh pertandingan terakhir sebelum bertemu si Leher Beton, Holyfield mengalami tiga kekalahan di mana satu di antaranya bahkan berakhir dengan TKO.
Evander Holyfield bahkan sempat berpikir untuk pensiun. Niat ini muncul setelah pemeriksaan medis yang keliru memvonis pria kelahiran 19 Oktober 1962 tersebut mengalami penyakit jantung. Pada akhir tahun 1980-an Holyfield memang pernah menghajar Tyson dalam sesi sparring partner, tapi tetap saja, pria kelahiran Alabama, Amerika Serikat itu bukan lawan yang spesial bagi The Iron Mike.
Don King menjadi promotor yang mempertemukan Tyson dan Holyfield di atas ring. Semuanya bermula ketika Tyson berusaha mengembalikan kembali reputasinya di atas ring usai menjalani hukuman empat tahun penjara atas tindak pidana pemerkosaan. Satu persatu lawan telah berhasil dikalahkan dan Mike Tyson kembali berhasil menyandang gelar juara dunia kelas berat versi badan tinju WBA.
Di Luar Prediksi
Pertarungan ditetapkan berlangsung pada 9 November 1986 di MGM Grand, Las Vegas Nevada. Poster duel dibuat seadanya tanpa banyak embel-embel yang menguras emosi. Dari 41 media terdaftar yang diminta memprediksi pertandingan tersebut, hanya Boston Globe yang menjagokan Holyfield.
Pasar taruhan menetapkan 25:1 untuk Holyfield. Kesempatan ini kemudian dimanfaatkan asisten pelatih Holyfield, Lou Duva untuk memasang taruhan bagi petinjunya dalam pasaran 16-1 dan 14-1--pilihan yang tak akan disesali Duva karena sukses membawa pulang uang sebanyak 230 ribu USD.
Meski demikian, pertarungan ini tetap mendapat perhatian besar. Mayortias tentu saja ingin melihat penampilan si Leher Beton. Mereka belum puas melihat kebuasannya usai keluar dari penjara.
Aktor Harrison Ford, penyanyi Tom Jones, dan model Cindy Crawford berada dalam deretan terdepan. Para pesohor ini tidak ingin ketinggalan melihat keganasan Tyson saat menghancurkan Holyfield.
Pertarungan ternyata berjalan sengit. Di luar prediksi, jual beli pukulan berlangsung sesaat setelah bel dibunyikan. Holyfield tidak hanya sanggup bertahan. Dia bahkan berani menyerang Si Leher Beton.
Nama Holyfield pun mulai dielu-elukan sejak ronde keenam. Sementara Tyson mengalami sobek di pelipis akibat benturan kepala dan sempat terjatuh oleh hook kiri Evander Holyfield.
Tyson pernah mengatakan dia "pingsan" dan tidak bisa mengingat apa pun setelah ronde kedua.
"Mereka tidak menawarkan apa pun kepadanya di sudut itu," kenang Steve Bunce dari 5 Box Live. "Tidak ada bantuan, tidak ada keselamatan dan tidak ada solusi," bebernya.
Advertisement
Beban Mike Tyson
Tyson sendiri penuh beban saat berhadapan dengan Holyfield. Berbagai pihak berlomba-lomba memanfaatkan kepalan tangannya untuk meraup untung. Promotor Don King bahkan rela melepas saham pribadinya di MGM Grand sebagai bagian dari kesepakatan untuk enam duel Tyson di venue itu.
King akhirnya menjualnya seharga 27,5 juta USD ketika perjanjian itu dibatalkan. Ada banyak kesepakatan, kepentingan pribadi, dan beban lain yang melekat pada diri Tyson saat menghadapi gempuran Holyfield di atas ring malam itu. Sementara, duel sudah memasuki ronde ke-10.
Kurang dari 40 detik memasuki ronde ke-11, Tyson tak berdaya. Pukulan demi pukulan mendarat telak di wajahnya. Tak ada perlawanan, wasit akhirnya menghentikan duel dan menyakan dia kalah TKO.
"Dipukuli seperti itu telah merusak citranya," kata Mike Boxello dari Live Boxing.
"Monster Mike Tyson dikalahkan dan citra semacam itu tidak akan pernah mengelilinginya lagi."
Kubu Mike Tyson tidak terima dengan kekalahan ini. Mereka menuding, Holyfield kerap menggunakan kepalanya dan meminta pertarungan ulang yang akhirnya kesampaian tujuh bulan kemudian.
Berujung Antiklimaks
Begitulah persaingan yang dimulai dari sesi sparring partner ini berubah menjadi laga yang berhasil memecahkan semua rekor pendapatan tayangan berbayar pada pertemuan kedua mereka. Don King kabarnya meraup untung hingga 120 juta USD atau setara Rp1,6 Triliun dari laga Holyfield vs Tyson.
Hasilnya? Antiklimaks. Pada ronde ketiga, Tyson menggigit kedua telinga lawannya dan didiskualifikasi.
"Nenek saya selalu memberi tahu saya tentang balas dendam dan bahwa mereka selalu mendapatkannya," kata Holyfield, yang kembali jadi underdog pada pertarungan itu.
Tak hanya gagal merebut kembali gelar juara, Tyson bahkan sempat kehilangan lisensi bertanding usai insiden tersebut. Dia memang kembali lagi ke ring tinju, tapi pamor dan keganasannya terus menurun. Pada tahun 2005, Tyson memutuskan gantung sarung tinju setelah kalah dari Kevin McBride.
Kini, Mike Tyson akan kembali bertemu Holyfield. Meski hanya berlabel laga ekhsibisi, pertemuan mereka setidaknya mengobati kerinduan dan rasa penasaran publik tinju terhadap kelanjutan drama yang terhenti lewat kepingan telinga Holyfield yang dimuntahkan Tyson di atas kanvas.
Advertisement