Sukses

Auto Ngakak Tinju: Kisah Heorik Syamsul Anwar yang Berujung Malu

Penonton yang emosi membuat Syamsul Anwar bertanya-tanya, apa yang salah? Endingnya malah bikin auto ngakak.

Liputan6.com, Jakarta Tinju tidak hanya menyajikan drama adu jotos yang menegangkan. Sisi lain dari pertarungan tangan kosong itu juga menyimpan cerita yang menggelikan dan terkadang membuat siapapun auto ngakak.

Kali ini, Liputan6.com bakal menyajikan salah satu kisah auto ngakak yang sempat dialami oleh mantan petinju nasional, Syamsul Anwar Harahap.

Bagi Anda yang belum kenal, Syamsul merupakan salah seorang petinju amatir terbaik yang pernah dimiliki Indonesia. Dijuluki Buldozer dan pernah merajai kelas welter ringan nasional hingga Asia. Syamsul yang tidak pernah terjun ke tinju profesional beberapa kali mewakili Indonesia di ajang bergengsi dari SEA Games hingga Olimpiade.

Saat ini Syamsul sudah berusia 67 tahun. Pria yang belakangan lebih dikenal sebagai komentator dan pengamat tinju itu memilih tinggal di kampung halamannya, Padang Lawas Utara, Sumatera Utara. Di sana, Syamsul tinggal bersama anak dan istrinya.

Nah, dilansir dari Rondeaktual.com, kisah auto ngakak Syamsul terjadi pada Asian Games Iran 1974. Saat itu, Syamsul merupakan salah satu wakil Indonesia di cabang olahraga tinju. Selain Syamsul, Indonesia juga mengirim Ferry Moniaga (54kg), Frans van Bronckhorst (67kg), dan Charles Thomis (51kg). Dari semuanya, hanya van Bronckhorst yang pulang membawa medali perunggu.

"Kisahku yang unik, yang masih tersisa dan menarik, terjadi di Teheran, Iran, 46 tahun yang silam. Ferry Moniaga, petinju kelas bantam Indonesia, bertanding melawan Dong Nampichit dari Thailand," tulis Syamsul.

"Itu dalam Asia Games 1974, yang berlangsung di Teheran. Ferry bertinju dengan gaya kidal. Dia terlihat pasif. Kurang menyerang," pria kelahiran Pematang Siantar, Simalungun, itu menambahkan.

 

Saksikan juga video menarik di bawah ini

2 dari 4 halaman

Maksud Hati Ingin Menyemangati

Syamsul kebetulan belum bertanding saat itu. Syamsul tampil di kelas  63,5 kg yang baru berlangsung dua hari kemudian. 

Melihat penampilan Ferry yang melempem, Syamsul berusaha menyemangatinya. Dari tepi ring, dia beteriak-teriak kencang agar didengar Ferry. "Fer, pukul kiri Fer. Kiri Fer."

Menurut Syamsul, penonton mulai ribut. Pandangan mereka mengarah kepadanya. Mereka melihat Syamsul dengan sorot mata tajam seperti ada sesuatu yang mengganjal.

"Aku tidak peduli. Aku terus berteriak. “Kiri, Fer. Mana kirimu. Ayo, kiri,” cerita Syamsul.

"Maksud aku agar Ferry yang kidal menyerang dengan tangan kiri. Serangan kiri akan lebih bagus. Bisa membuat pertandingan menjadi hidup."

 

3 dari 4 halaman

Penonton Tampak Emosi

Penonton semakin bising berteriak ke arah Syamsul dan beberapa orang mulai berdiri. Sebagian dari mereka mulai menunjuk-nunjuk ke arah Syamsul.

"Aku heran. Tapi, aku terus berteriak. Penonton tambah ribut. Aku dituding-tuding."

 

4 dari 4 halaman

Endingnya Bikin Malu

Tiba-tiba Duta Besar Indonesia untuk Iran berdiri dan memanggil Syamsul. Dia lalu mendapat penjelaskan bahwa kiri dalam bahasa Iran atau Parsi artinya kemaluan laki-laki.

"Alamaaak! Malunya aku ini. Aku langsung berlari ke kamar ganti. Aku bersembunyi."

Menurut urbandictionary, Kir dalam bahasa slang Farsi atau Persia memang biasanya merujuk kepada kemaluan laki-laki. Kir juga digunakan untuk meminta seseorang diam.

Dua hari setelah kejadian ini, Syamul juga naik ring. Sayang dia kalah atas petinju Korea Utara, Ro Yong-so di perempat final kelas 63,5 kg.