Sukses

HEADLINE: European Super League, Berakhirnya Pemberontakan Bikin UEFA Berubah?

European Super League menguras emosi suporter dan pemain hingga akhirnya klub pendukung pun mundur.

Liputan6.com, Jakarta - European Super League (ESL) atau Liga Super Eropa menjadi guncangan hebat bagi sepak bola dunia. Sudah diwacanakan sejak 2016, ESL tak disangka benar-benar digulirkan para penggagas dengan pimpinan Presiden Real Madrid, Florentino Perez.

Florentino Perez menghentak dunia karena European Super League disebutnya menjadi solusi krisis keuangan di sepak bola dunia, utamanya bagi klub-klub di Eropa. Dia mengajak 11 klub lainnya sebagai pendiri ESL.

11 klub lainnya tersebut yaitu Barcelona, Atletico Madrid, Juventus, Inter Milan, AC Milan, Manchester United, Manchester City, Chelsea, Arsenal, Tottenham Hotspur dan Liverpool. Dalam proposalnya, Perez mengatakan 12 klub ini merupakan pendiri European Super League.

12 pendiri ini disebut Perez tak akan mengalami degradasi dalam European Super League yang direncanakan diikuti 20 klub. Namun masih ada tiga klub pendiri yang dirahasiakan sehingga total ada 15 klub pendiri, plus 5 klub cadangan yang bakal bergonta ganti setiap tahunnya.

"Kami akan membantu sepak bola di setiap level dan membawanya ke tempat yang selayaknya di dunia. Sepak bola adalah satu-satunya olahraga global di dunia dengan lebih dari empat miliar penggemar dan tanggung jawab kami sebagai klub besar adalah menanggapi keinginan mereka," kata Perez dalam keterangan tertulis yang dikutip dari Football Italia.

UEFA dengan tegas mengharamkan adanya European Super League. Klub-klub peserta akan dilarang ikut kompetisi domestik di negaranya masing-masing.

Demi mencegah bergulirnya European Super League, UEFA juga memberikan ancaman kepada para pemain agar tidak ikutan. Pemain yang berkompetisi di European Super League bakal tidak bisa membela negaranya di ajang internasional seperti Piala Eropa dan Piala Dunia.

Ancaman ini berhasil dilaksanakan. Hingga hari ini, 9 klub sudah menyatakan mundur dari Liga Super Eropa. Hanya Real Madrid, Barcelona dan Juventus yang secara formal belum menyatakan mundur. Seperti apa sebenarnya European Super League? Apakah UEFA bakal mengubah hadiah uang di Liga Champions dan kompetisi lainnya setelah pemberontakan ini berakhir?

 

Saksikan Video Menarik di Bawah Ini:

2 dari 7 halaman

Sejak 2016 Ditentang

European Super League bukan ide yang baru. Bahkan ide ini sudah bergulir sejak 2016. Lalu bagaimana sambutannya?

Sejak saat itu, resistensi terhadap ide ESL ini sangat kencang. Klub-klub pada dasarnya ogah untuk mengikuti ide ESL yang break away atau berpisah dari kompetisi sebenarnya yaitu Liga Champions.

Manajer Chelsea pada 2016 lalu, Guus Hiddink diantaranya yang menolak ide ESL. Hiddink mengaku khawatir akan potensi eksklusivitas yang bisa dimiliki ESL apabila jadi digulirkan dalam waktu dekat.

"Saya pikir semua harus berhati-hati jika memang ingin masuk ke sisi [kompetisi] eksklusivitas ketika tim seperti Leicester juga turut dilibatkan," ujar Hiddink.

Wacana ini, seperti dilaporkan The Sun, muncul setelah sejumlah pimpinan eksekutif klub papan atas Liga Primer Inggris, seperti Arsenal, Chelsea, Liverpool, Manchester City dan Manchester United menggelar pertemuan dengan miliuner Amerika Serikat, Stephen Ross. Pertemuan guna membahas format turnamen baru antarklub Eropa.

Sebelumnya, mantan manajer MU Louis van Gaal juga tidak sependapat dengan wacana itu. Dia merasa kompetisi tersebut hanya menguntungkan tim-tim besar dan lebih berorientasi pada uang. Van Gaal melihat, kecil kemungkinan tim-tim kecil untuk berpartisipasi di ESL.

"Olahraga harus selalu berada dalam tempat terbaiknya. Ide itu (ESL) sampah. Saya selalu mengatakan itu, ketika berbicara kompetisi tidak selalu melibatkan tim besar," ujar Van Gaal dilansir dari The Guardian.

 

3 dari 7 halaman

Rakus

UEFA selaku operator kompetisi di level Eropa sangat geram dengan ulah para penggagas ESL.Bersama pengelola Liga Premier Inggris, Liga Italia Serie A, La Liga Spanyol, Federasi Sepak Bola Italia (FIGC), Federasi Sepak Bola Inggris (FA) dan Federasi Sepak Bola Spanyol (RFEF), UEFA mengeluarkan pernyataan resmi soal European Super League pada Minggu (18/4/2021).

UEFA dengan tegas mengharamkan adanya European Super League. Klub-klub peserta akan dilarang ikut kompetisi domestik di negaranya masing-masing.

Demi mencegah bergulirnya European Super League, UEFA juga memberikan ancaman kepada para pemain agar tidak ikutan. Pemain yang berkompetisi di European Super League bakal tidak bisa membela negaranya di ajang internasional seperti Piala Eropa dan Piala Dunia.

"Klub-klub yang bersangkutan akan dilarang bermain di kompetisi lain di tingkat domestik, Eropa atau dunia dan para pemain mereka bisa ditolak kesempatannya untuk mewakili tim nasional mereka," demikian pernyataan resmi UEFA.

Pernyataan lebih keras dilontarkan Presiden UEFA, Aleksander Ceferin. Dia menyebut 12 klub yang bergabung hanya didasari kerakusan.

"Saya dengan yakin menegaskan saat ini UEFA dan dunia sepak bola berdiri bersama sama melawan proyek egois dan memalukan dari beberapa klub di Eropa yang didasari kerakusan di atas segalanya," ujar Ceferin seperti dikutip Marca.

"Tak hanya dunia sepak bola, masyarakat dan pemerintahan juga bersatu. Ini bagian dari budaya kita. Kita semua melawan proyek omong kosong," ujarnya.

 

4 dari 7 halaman

Format Baru Liga Champions

UEFA merespons pemberontakan 12 klub kaya Eropa dengan mengumumkan format baru Liga Champions, Senin (19/4/2021). Organisasi pimpinan Aleksander Ceferin itu juga membeberkan transformasi di Liga Europa dan terbentuknya kompetisi baru bernama Liga Conference.

Reformasi ini terjadi setelah UEFA mendapat dukungan dari Asosiasi Klub Eropa (ECA) pada pertemuan Jumat (16/4/2021) lalu.

"Format baru ini mendukung status dan masa depan sepak bola domestik di seluruh penjuru Eropa," kata Ceferin, dilansir situs resmi UEFA.

Perubahan terbesar hadir di Liga Champions. Klub peserta bertambah dari sebelumnya menjadi 32 menjadi 36 tim.

Setiap peserta kemudian bermain minimal 10 laga menghadapi lawan berbeda di fase grup. Penghuni delapan posisi teratas kemudian melaju ke babak gugur. Sementara penghuni posisi 9-24 melakoni play-off memperebutkan tempat tersisa.

Perubahan juga terjadi di Liga Europa. Peserta bakal melakoni delapan pertandingan di fase grup.

Sementara kompetisi baru Liga Conference menghadirkan enam partai di babak awal. "Menunggu diskusi lanjutan, kontestan dua ajang itu juga bisa meningkat menjadi 36 tim," tulis UEFA.

Sistem anyar ini berlaku mulai musim 2024/2025.

 

5 dari 7 halaman

Peran JP Morgan

Dua hari setelah peluncuran ESL, 20 April kemarin, serangan kepada klub penggagas terus meluncur. Ini membuat bos ESL, Florentino Perez kembali melakukan pembelaan.

Perez berdalih, kompetisi itu justru ingin menyelamatkan sepak bola.

"Kami akan menolong sepak bola di berbagai level, membawanya di tempat yang semestinya di dunia," kata Perez seperti dilansir Sportskeeda.

Seperti diketahui, beberapa klub besar Eropa termasuk Real Madrid berencana menggelar Liga Super Eropa. Rumornya, kompetisi itu bakal berlangsung tengah pekan.

Selain Real Madrid, ada Barcelona dan klub-klub Liga Inggris seperti Manchester United, Chelsea, Arsenal, dan Tottenham yang mendukung rencana itu. Namun UEFA dan FIFA menolak keras.

UEFA menegaskan Liga Super Eropa justru akan mengacaukan format kompetisi sepak bola Eropa yang ada saat ini. Salah satu yang akan terdampak adalah Liga Champions.

"Klub terbesar di Inggris, Italia, dan Spanyol harus menemukan solusi untuk situasi buruk yang dihadapi saat ini," kata Perez.

"Asosiasi Klub Eropa mengatakan mereka rugi lima milyar euro. Di Real Madrid, kami punya bujet 800 juta euro dan kami berakhir 700 juta euro," ujarnya.

Perez mengakui, Liga Super Eropa bertujuan mendongkrak pendapatan klub-klub peserta. Saat ini, kata Perez, pendapatan klub-klub besar Eropa menurun drastis karena pandemi covid-19.

"Ketika anda tidak punya pendapatan selain hak siar, Anda harus memiliki solusi untuk membuat pertandingan yang lebih atraktif. Jadi, fans di dunia bisa menonton semua klub besar," ujarnya.

Lebih lanjut, Perez mengatakan fans tentu akan lebih tertarik menyaksikan laga antara klub besar, ketimbang melawan klub kecil.

"Ada banyak pertandingan dengan kualitas buruk. Barcelona-Manchester United lebih menghibur ketimbang Manchester United melawan tim yang medioker," katanya mengakhiri.

Penggagas European Super League (ESL) makin pede meluncurkan gagasan mereka karena didukung modal besar. JP Morgan Chase & Co ada di belakang bergulirnya European Super League atau Liga Super Eropa.

Bank investasi Amerika Serikat (AS) itu berinvestasi awal senilai 3,5 miliar euro atau sekitar Rp 61,37 triliun (asumsi kurs 1 euro terhadap rupiah di kisaran 17.467). Dana itu untuk membantu mendirikan European Super League yang membuat klub besar di Eropa tergiur, apalagi di tengah krisis finansial yang melanda mereka.

 

6 dari 7 halaman

Demo Hingga Penyerangan Bus

Intensitas protes terhadap European Super League (ESL) terus meningkat menjelang hari ketiga. Pemain dan suporter bola mulai menyuarakan kegelisahan mereka baik secara langsung kepada media atau media sosial.

Pemain MU pun tidak suka dengan wancana ini, salah satunya gelandang Bruno Fernandes. Gelandang asal Portugal ini tidak senang dengan wacana Liga Super Eropa.

"Mimpi-mimpi tak akan bisa membeli cinta," tulis Bruno Fernandes di akun media sosialnya.

Gelandang MU itu memposting ulang tulisan mantan rekannya di Sporting Lisbon, Daniel Podence. "Tendangan voli zidane...aksi solo Kaka, keajaiban Liverpool di Athena...Ada sesuatu yang tak bisa dibeli dengan uang," tulisnya.

Tak hanya Fernandes, pemain Liverpool juga kesal dengan kebijakan klub gabung Liga Super Eropa. Kapten Liverpool, James Milner terang-terangan menentang Liga Super Eropa.

"Saya seperti pemain lain. Banyak pertanyaan soal kompetisi ini. Saya hanya bisa bilang opini pribadi: saya tak suka ini dan semoga tak terjadi," ujarnya.

"Mengapa tidak suka? Mungkin sama dengan alasan orang lain di beberapa hari terakhir."

Kekesalan akibat wacana Liga Super Eropa ditampakkan fans. Bahkan Fans Leeds United melempari bus Liverpool saat akan hendak bertanding.

"Kami di sini untuk main sepak bola dan tidak bisa mengontrol apa-apa. Kami bisa berkata apa-apa, jadi sambutan fans itu sedikit tak adil," ujarnya.

Di markas Chelsea, Stamford Bridge, fans menyerukan protes keras dengan ESL. Fans mengecam klub-klub peserta juga bos mereka sendiri Roman Abramovich.

Demo bahkan sempat berkembang lebih liar sehingga membuat eks kiper Chelsea, Petr Cech turun ke jalan untuk menenangkan massa.

7 dari 7 halaman

Klub-Klub Mundur dan ESL Ditunda

Karena respons yang negatif terhadap European Super League (ESL), klub-klub peserta pun merasa tertekan. Sejak 20 April kemarin, satu-satu per satu dari 12 klub mengajukan mundur dari ESL.

Enam klub Liga Inggris ramai-ramai memutuskan mundur. Manchester United, Manchester City, Liverpool, Chelsea, Arsenal dan Tottenham Hotspur batal ikutan.

City menjadi klub Inggris pertama yang mengumumkan mundur dari European Super League pada Selasa (20/4/2021) malam waktu setempat atau Rabu (21/4/2021) dinihari WIB.

Langkah The Citizens kemudian diikuti lima klub Inggris lainnya hampir bersamaan. Kini tak ada lagi wakil Liga Inggris di European Super League.

"Klub Sepak Bola Liverpool dapat mengonfirmasi bahwa keterlibatan kami dalam rencana yang diusulkan untuk membentuk Liga Super Eropa telah dihentikan," demikian bunyi pernyataan resmi Liverpool.

Mundurnya enam klub Inggris membuat Liga Super Eropa kini tinggal berisi enam klub. Tiga dari Spanyol dan tiga dari Italia. Barcelona dan Atletico Madrd kabarnya juga bakal mundur.

Dari Liga Italia, AC Milan yang pertama mengajukan mundur dari ESL. Mundurnya Milan juga bakal diikuti klub rival Inter Milan yang beberapa langkah lagi bakal jadi juara Liga Italia.

Kini, tinggal Juventus, Real Madrid dan Atletico Madrid yang bertahan. Barcelona sementara itu punya pilihan untuk mundur dari kesepakatan.

Usai pertemuan, European Super League akhirnya dinyatakan ditunda. Namun proyek ini belum benar-benar dibatalkan. Para pendiri nampaknya masih yakin bisa berjalan. Keenam klub Inggris juga dinyatakan mundur bukan karena keinginan sendiri, melainkan tekanan dari luar.

"Mengingat keadaan saat ini, kami sedang mempertimbangkan kembali langkah-langkah yang tepat, untuk membentuk kembali proyek. Kami mengusulkan kompetisi baru, karena kompetisi saat ini tidak berfungsi. Klub Inggris terpaksa pergi, karena tekanan dari luar," demikian pernyataan resmi European Super League.

Langkah 12 klub besar Eropa memunculkan European Super League nampaknya cukup sukses. Walau tidak jadi bergulir, namun cukup membuat UEFA selaku pengelola Liga Champions kebakaran jenggot. Bahkan berencana akan membuat format baru kompetisi antarklub Eropa dengan hadiah yang lebih besar.

European Super League kini bak layu sebelum berkembang. Namun karena belum benar-benar berakhir, bisa saja suatu saat nanti bergulir, atau bahkan sama sekali tidak pernah terdengar lagi.

Â