Liputan6.com, Jakarta Mantan striker AC Milan, Andriy Shevchenko, baru saja meluncurkan buku tentang perjalanan hidupnya. Berjudul "La mia vita, il mio calcium", buku yang ditulis oleh Alessandro Alciato tersebut bercerita bagaimana Shevchenko harus kehilangan satu per satu teman masa kecilnya.
Shevchenko seperti diketahui merupakan salah seorang pesepak bola tersukses dari Ukraina. Namun kesuksesan pria yang kini sudah berusia 44 tahun itu tidak didapat dengan mudah. Sebaliknya, Sheva harus bekerja keras dan melewati banyak cobaan termasuk tragedi Chernobyl pada tahun 1986 lalu.
Baca Juga
Dalam bukunya, Shevchenko menceritakan kengerian yang dihadapinya saat insiden itu terjadi. Meski tempat tinggalnya berjarak 200 km dari lokasi kejadian, Scheva mengaku tetap ikut dievakuasi.
Advertisement
"Saya berharap tidak mengejutkan siapapun saat berkata semua sepertinya berjalan normal bagiku," kata Shevchenko dalam wawancara dengan Corriere Della Sera. "Saya baru berusia 10 tahun, saya menyukai sepak bola dan bermain di mana saja. Mereka membawaku ke akademi Dynamo Kiev."
"Lalu 4 reaktor meledak dan mereka membawa kami semua. Saya masih merasakan sakit itu, bus dari Uni Soviet tiba dan membawa seluruh anak berusia 6 hingga 15 tahun. Saya harus tinggal 1500 km jaraknya dari rumah, dan saya ingat kehidupan saat itu seperti di film-film," beber Shevchenko.
Saksikan juga video menarik di bawah ini
Tragedi Chernobyl
Tragedi Chernobyl merupakan salah satu kebocoran reaktor nuklir terbesar yang pernah ada di dunia.
100 orang diperkirakan meninggal dunia seketika saat ledakan terjadi. Namun efek radiasi dari zat radioaktif diduga telah merenggut lebih banyak korban. Akibat kejadian ini, pemerintah Uni Soviet juga terpaksa memindahkan para penduduk dari sekitar lokasi kejadian dan mengosongkannya hingga kini.
Advertisement
Ditinggal Pergi Teman
Shevchenko beruntung bisa selamat dari kejadian ini. Hanya saja, mantan pemain Chelsea itu tetap kehilangan banyak teman-teman masa kecilnya. Satu per satu mereka tewas mengenaskan. Namun bukan karena karena tragedi Chernobyl, tapi imbas dari runtuhnya negara Uni Soviet.
"Di lingkunganku, saya mulai kehilangan satu per satu teman sepermainan. Bukan karena radiasi, tapi akibat alkohol, obat-,obatan atau masalah kepemilikan senjata," kata Shevchenko.
"Retakan di dinding USSR semakin besar, dunia yang kami kenal akhirnya runtuh, dan seperti semua orang, teman-temanku tidak lagi percaya apa-apa dan mereka tersesat," bebernya.
"Hanya cinta orang tua dan sepak bola yang telah menyelamatkan saya."