Sukses

Bola Ganjil: Aksi Tanpa Malu Yugoslavia dalam Pengaturan Skor

Pengaturan skor ada di mana-mana. Praktik korupsi dalam olahraga, khususnya sepak bola, sulit dihindari karena hasrat segelintir orang mencari keuntungan.

Liputan6.com, Jakarta - Pengaturan skor ada di mana-mana. Praktik korupsi dalam olahraga, khususnya sepak bola, sulit dihindari karena hasrat segelintir orang mencari keuntungan.

Yugoslavia tidak lepas dari kecurangan tersebut. Dejan Savicevic, legenda lokal yang besar bersama AC Milan, bahkan mengklaim pelaku sepak bola di sana tidak malu-malu melakukannya.

Salah satu bukti nyata melibatkan Slavko Sajber yang kala itu menjabat presiden Asosiasi Sepak Bola Yugoslavia. Dia menciptakan salah satu skandal terbesar yang mengguncang sepak bola setempat.

Sajber tidak tanggung-tanggung dalam menjalankan kecurangan. Dia sampai membatalkan seluruh hasil pertandingan pekan terakhir musim 1985/1986.

Event yang dipertanyakan terjadi pada 14 Juni 1986. Sebanyak tujuh dari sembilan pertandingan yang digelar dicurigai sudah dipengaruhi pihak luar.

Di puncak klasemen, Partizan Belgrade dan Red Star Belgrade memasuki laga pamungkas dengan sama-sama mengoleksi 47 poin. Namun, Partizan sedikit unggul selisih gol.

Saksikan Video Berikut Ini

2 dari 4 halaman

Muncul Kecurigaan

Seluruh pertandingan dijadwalkan dimulai pada waktu bersamaan. Namun, Partizan memiliki cara untuk mengakali keadaan untuk partai kontra Zeljeznicar. Mereka menggelar upacara perpisahan sebelum laga bagi dua pemain kunci, Zvonko Zivkovic dan Zvonko Varga, yang bakal mengadu nasib di luar negeri.

Seremoni ini berlangsung 15 menit. Sementara duel Red Star versus FK Sarajevo bergulir tepat waktu.

Selisih tersebut kemudian memudahkan Partizan untuk memonitor kinerja rival, sekaligus memiliki waktu memperjuangkan nasib sendiri.

Partizan sukses merobek gawang Zeljeznicar tiga kali dalam 30 menit awal laga. Red Star juga tidak kerepotan mencetak gol. Kedua tim akhirnya sama-sama berjaya 4-0.

Untuk mengetahui makna setiap pertandingan di pekan terakhir kompetisi, rincian berikut bisa menjelaskan:

FK Sarajevo vs Red Star Belgrade

Tertinggal satu gol dari Partizan, Red Star butuh menang meyakinkan untuk menjadi juara.

Hasil: 0-4

Partizan Belgrade vs Zeljeznicar Sarajevo

Partizan harus menyamai skor kemenangan Red Star untuk tetap unggul di klasemen berdasar selisih gol.

Hasil: 4-0

Vojvodina vs Dinamo Zagreb

Dengan Vojvodina sudah terdegradasi, Dinamo Zagreb butuh kemenangan meyakinkan demi mendapat tiket kualifikasi Piala UEFA.

Hasil: 1-7

Sutjeska vs Buducnost

Hasil imbang membantu kedua tim menghindari degradasi. Hasil imbang dengan skor besar akan memperbesar kans mereka mewujudkan misi tersebut. Pasalnya, produktivitas jadi kriteria kedua untuk membedakan setelah poin dan selisih gol.

Hasil: 5-5

Hajduk Split vs Dinamo Vinkovci

Hajduk wajib menang untuk mengamankan tiket Piala UEFA. Sementara striker Dinamo mesti mencetak tiga gol demi menjadi top skor liga yang akan membantu proses negosiasi transfer ke klub Italia, Empoli.

Hasil: 5-3, Cop mencetak hattrick

Velez Mostar vs OFK Belgrade

OFK membutuhkan kemenangan demi memperbesar kans bertahan di kasta tertinggi. Sedangkan Velez mantap duduk di peringkat tiga dan punya rekor impresif di kandnag.

Hasil: 2-3

Celik vs Rijeka

Rijeka membutuhkan satu angka untuk lolos Piala UEFA musim depan. Celik juga membutuhkan poin serupa demi menghindari degradasi.

Hasil: 1-1

 

Sementara dua pertandingan lain, Pristina vs Vardar 0-0 dan Osijek vs Sloboda Tuzla 2-1, dianggap wajar karena keempat tim yang bertanding tidak memiliki kepentingan.

 

3 dari 4 halaman

Protes Partizan

Tidak sampai sepekan berselang, Sajber memutuskan hasil seluruh pertandingan batal dan diulang. Selain itu, tim yang dicurigai akan memulai musim berikutnya dengan hukuman minus enam angka.

Akhirnya 10 hari kemudian seluruh tim dijadwalkan kembali bertanding. Namun Partizan menolak.

"Mustahil kami bermain lagi. Kami adalah juara. Pemain kami sudah berlibur musim panas," tulis keterangan resmi klub. "Mengikuti laga ulangan sama saja kami mengakui terlibat pengaturan skor. Kami tidak melakukannya."

Sajber bersikeras dengan keputusannya. Dia meminta Partizan mengajukan keberatan formal ke otoritas. Partizan menerima tantangan tersebut. Tidak tanggung-tanggung, mereka sampai mengirim surat ke Mahkamah Konstitusi dan Pengadilan Buruh.

Namun, dengan menolak bermain, Partizan ditetapkan walkout (WO) dan kalah 0-3. Red Star juga tumbang 1-2 dari FK. Namun, mereka mendapat hasil yang cukup untuk jadi juara. Semula kalah minus satu gol dari Partizan, Red Star kini unggul plus satu gol.

4 dari 4 halaman

Motif Terselubung

Insiden ini mengawali sengketa panjang. Publik semula menganggap Sajber sebagai revolusioner karena menegakkan keadilan dan memerangi korupsi. Meski begitu, dukungan perlahan berkurang. Dia dianggap bermain politik dan memiliki motif terselubung.

Partizan kemudian tampil di Piala UEFA musim berikutnya. Mereka langsung disingkirkan Borussia Monchengladbach pada babak pertama.

Di pentas domestik, vonis pengurangan enam angka juga membuat mereka harus merelakan gelar ke Vardar Skopje yang bebas penalti. Partizan hanya tertinggal satu poin.

Sementara pertarungan di hadapan hukum terus berlanjut. Partizan bisa tersenyum karena Pengadilan Konstitusi dan Pengadilan Buruh menganulir keputusan Sajber karena kurangnya bukti. Partizan akhirnya dianugerahi gelar 1986 plus 1987.

Sajber mengundurkan diri menyusul keluarnya keputusan hukum. Dia terus kehilangan dukungan hingga akhirnya terisolasi. Sajber meninggal akibat kanker pada 2003. Rumor menyebut dirinya terlibat penyelundupan perhiasan di hari tua.