Liputan6.com, Jakarta Timnas Italia akan berhadapan dengan Timnas Inggris pada final Euro 2020 / 2021. Kedua tim yang tak terkalahkan sejak babak penyisihan bakal mengeluarkan kemampuan terbaiknya saat bertemu di Stadion Wembley, London, Inggris, Minggu (11/7/2021) atau Senin dini hari pukul 02.00 WIB.Â
Layaknya partai-partai final pada umumnya, partai puncak Euro 2020 / 2021 merupakan laga dengan oktan tinggi yang mampu membakar semangat para pemain yang bertarung di lapangan. Mengeluarkan seluruh kemampuan tersisa demi meraih trofi juara yang sudah berada di depan mata.
Baca Juga
Di Wembley, London, menjadi hari penghakiman terakhir bagi dua tim terkuat di Euro 2020. Hanya ada satu pemenang. Entah itu dilalui lewat babak normal atau adu penalti maupun undian dengan koin. Ini merupakan momen terakhir para pemain salin menatap mata lawan dalam mencari kelemahan yang bisa dimanfaatkan untuk menahbiskan diri sebagai juara Benua Biru dalam 4 tahun ke depan.Â
Advertisement
Babak final selalu mendebarkan. Namun tidak seluruhnya mampu menguras emosi yang menyaksikan. Hanya beberapa yang benar-benar menginjak pedal gas dalam-dalam dan menghadirkan ketegangan sepanjang pertandingan. Begitu pula yang terjadi selama final Euro dari masa ke masa.
Dari 14 final Euro yang sudah berjalan selama ini, hanya beberapa yang mampi melekat abadi.
Simak lima final Euro terbaik sepanjang sejarah pada halaman selanjutnya.    Â
Saksikan juga video menarik di bawah ini
Ledakan Denmark
Denmark 2-0 Jerman Barat | Euro 1992
Ada nuans politik yang terlibat dalam keberhasilan Denmark merebut gelar juara Euro 1992. Ya, dalam laga tersebut, tim Dinamit sebenarnya tidak berhasil lolos ke babak utama. Namun Denmark mendapat wild card setelah Yugoslovakia didiskualifikasi. Ini tidak lepas dari konstalasi politik di Eropa pasca runtuhnya Tembok Berlin (Jerman) dan pecahnya salah satu negara adikuasa Uni Soviet.Â
Euro 1992 berlangsung di Swedia. Denmark yang datang tanpa persiapan ternyata mengejutkan. Ledakan Denmark mampu menghancurkan tim Panser Jerman di final dengan skor 2-0.Â
Advertisement
Asal Mula Tendangan Panenka
Ceko Slovakia 2-2Â Jerman Barat | Euro 1976
Pada final euro 1976, di Beograd, Cekoslovakia unggul 2-0 setengah jam sebelum laga usai melalui gol dari Jan Svehlik Karol Dobias. Namun Jerman dengan cepat memperkecil ketertinggalan lewat Dieter Muller. Pendukung Tim Panser dibuat gemetar saat skor tak kunjung berubah hingga menit ke-89.Â
Adalah Bernd Holzenbein yang membuat pendukung Jerman kembali ceria. Memanfaatkan tendangan penjuru, Holzenbein berhasil menyamakan kedudukan dan memaksa babak perpanjangan waktu.Â
Skor tidak berubah hingga pertandingan harus ditentukan lewat adu penalti.Â
Drama kembali terjadi. Hingga penendang ketiga, tidak satupun yang meleset.Â
Barulah pada kesempatan keempat, Uli Hoeness gagal menyarangkan bola ke jala lawan. Tendangannya melambung di atas mistar. Skor berubah menjadi 4-3 untuk Ceko.Â
Antonin Panenka menjadi penendang kelima bagi Ceko. Plymaker yang saat itu berusia 28 tahun bukan pemain yang menonjol sepanjang turnamen. Dia biasa-biasa saja. Hanya saja, yang telah dilakukannya saat menghadapi kiper Jerman kini dinobatkan dengan namanya, yakni teknik Panenka.Â
Tidak butuh banyak tenaga. Juga tidak menyasar pojok gawang. Tendangannya justru mengarah ke tengah, tepat ke arah kiper bersiap menyongsong bola. Dengan sedikit mencungkil, bola justru dengan mudah masuk melewati jangkauan kiper yang kadung hendak bergerak ke sisi kiri gawang.Â
Ceko pun menang dengan 5-3 dan dijadikan nama bagi teknik penalti yang unik tersebut hingga kini.Â
Dongeng Dewa Dewi
Portugal 0-1 Yunani | Euro 2004
Dari sederet kejutan yang tericpta di partai puncak turnamen besar, sepertinya nyaris tidak ada yang bisa menyamai Piala Eropa 2004. Kejutan yang dihadirkan Negeri Dewa-Dewi, Yunani semakin menegaskan kalau bola itu bulat dan tidak bersisi. Siapapun bisa jadi juara !
Di babak final, Yunani bertemu tim favorit Portugal. Namun pasukan Otto Rehhagel perlu mengubah pertandingan menjadi pertempuran, dan para pemain Yunani melakukan hal itu. Mereka bermain dengan dogma dan disiplin, memadamkan api di mana pun mereka melihatnya.Â
Pada menit ke-57, Yunani berhasil merobek jala Portugal lewat Charisteas. Gol yang bermula dari skema bola mati itu mereka pertahankan hingga akhir laga dan berhasil menang dengan skor 1-0. Â
Advertisement
Tarian Angsa Utrecht
Belanda 2-0 Soviet Union | Euro 1988
Marco van Basten tidak terlalu lama menghibur publik sepakbola dunia. Aksi Angsa Anggun dari Utrecht itu berakhir cepat akibat cedera lutut yang membelenggunya. Dia pensiun pada pada tahun 1955.Â
Marco van Basten memiliki salah satu turnamen besar sepanjang masa, di Jerman Barat pada 1988.
Dia mencetak hat-trick melawan Inggris di babak penyisihan grup dan jadi penentu kemenangan atas tuan rumah di babak semifinal. Belanda melaju ke final dan bertemu Uni Soviet di Munich.Â
Ruud Gullit mengawali keunggulan Belanda atas Uni Soviet. Namun gol kedua yang dicetak Marco Van Basten sekaligus menjadi gol penutup bagi kemenangan timnya yang akan selalu dikenang. Ya, lewat tendangan voli yang menawan, Van Basten berhasil membuat kiper Soviet tidak berkutik. Geometri tembakannya benar-benar menakjubkan, Van Basten menggiring bola dari sudut yang sangat sempit.
Â
Pesta Gol Matador
Spanyol 4-0 Italia | Euro 2012
Gol yang banyak selalu menjadi hiburan penting bagi penonton yang menyaksikan pertandingan. Namun Spanyol mampu memberikan lebih saat bertemu Italia di final Euro 2012 lalu. Selain sukses berpesta gol, Tim Matador mampu menyuguhkan permainan indah tiki-taka yang sempurna.Â
Keindahan Spanyol dikembangkan oleh Luis Aragones pada tahun 2008 sebelum dibawa lagi oleh Vicente del Bosque selama empat tahun ke depan. Dia memenangkan Piala Dunia 2010 sebelum memimpin tim Matador tampil di Kejuaraan Eropa di Ukraina dua tahun kemudian.
David Silva membuka skor dengan sundulan langka menyambut umpan silang Cesc Fabregas. Jordi Alba muda kemudian melakukan aksi brilian dengan Xavi, sebelum melewati Gianluigi Buffon.
Keadaan kemudian menjadi hening untuk beberapa saat. Spanyol puas membiarkan lawan mengejar bola, tetesan-tetesan umpan seperti siksaan kepada Italia. Dengan lima menit tersisa, Fernando Torres menyelipkan gol ketiga. Empat menit kemudian, orang yang sama kemudian menyodorkan bola kepada Juan Mata untuk mengubah skor menjadi 4-0 yang akhirnya bertahan hingga peluit panjang. Â
Â
Advertisement