Liputan6.com, Jakarta - London 2012 mempromosikan diri sebagai Olimpiade terbersih sebelum memulai ajang. Kenyataannya, ajang tersebut bakal tercatat sebagai ajang terkotor sepanjang sejarah.
Lebih dari 100 atlet, dengan lusinan peraih medali, melakukan kecurangan. Salah satu bukti betapa parahnya pelanggaran terlihat di nomor angkat berat putra 94kg.
Ilya Ilyin dari Kazakhstan memecahkan rekor angkatan clean and jerk dan angkatan total. Namun, berdasar investigasi yang diumumkan empat tahun berselang, dia mengonsumsi dua jenis steroid, turinabol dan stanozolol.
Advertisement
Emas miliknya pun dicabut. Namun, panitia kesulitan merealokasi medali. Pasalnya, bukan hanya Ilyin yang melakukan kecurangan. Aleksandr Ivanov (Rusia) yang merebut perak juga mengonsumsi doping. Begitu pula Anatolie Ciricu (Moldova) yang mendapat perunggu.
Atlet yang bertengger di peringkat empat, enam, tujuh, dan 11 juga ditemukan memakai peningkat performa. Ketika seluruh hasil tes selesai diperiksa, delapan dari 14 atlet yang menempati posisi teratas membuat pelanggaran.
Saksikan Video Berikut Ini
Hampir 150 Atlet Curang
Dengan pengujian terus berlangsung, sudah ada 149 atlet yang berkompetisi di London teridentifikasi menggunakan doping. Jumlah itu bisa bertambah karena sejumlah kasus masih diselidiki.
Sebanyak 95 di antaranya berkompetisi di atletik, dengan 39 bersaing di angkat besi. Total 42 medali ditarik dari atlet yang semula memenangkannya. Masing-masing 19 datang dari dua cabang olahraga 'bermasalah' yang sudah disebut. Sisanya adalah gulat (4), balap sepeda (4), kano (2), judo, senam, renang, tinju, dan dayung (masing-masing satu).
Jika dilihat dari asal, Rusia (48) menjadi negara paling bersalah. Menyusul Ukraina (17), Belarusia (15), Turki (15), Kazakhstan (6), Azerbaijan (4), Moldova (4), Rumania (4), Uzbekistan (4), Albania (3), Armenia (3), Maroko (3), Kolombia (2), Georgia (2), Arab Saudi (2), Slovakia (2), Amerika Serikat (2), Brasil, Bulgaria, Tiongkok, Prancis, Italia, Latvia, Lithuania, Saint Kitts & Nevis, Spanyol, Suriah, Tajikistan, Trinidad & Tobago, dan Qatar (masing-masing satu).
Advertisement
Tidak Setara
Kecurigaan terhadap kecurangan sudah dirasakan atlet lain yang berkompetisi. Lisa Dobriskey merasa pesaingnya di nomor 1500m putri memiliki level lebih tinggi saat berkompetisi.
Terbukti, empat dari sembilan atlet teratas di lomba itu mengonsumsi doping, termasuk peraih medali emas dan perak. Dobriskey, yang mengakhiri lomba di posisi 10, pun melompat ke urutan enam.
"Saya yakin pelaku kecurangan akan tertangkap," ungkapnya saat itu.