Liputan6.com, Jakarta Dua pelatih Belarusia, Artur Shimak dan Yury Maisevich, dikeluarkan dari Olimpiade Tokyo 2020. IOC mencabut akreditasi mereka setelah berusaha memulangkan paksa sprinter Krystsina Tsimanouskaya.Â
"Kedua pelatih diminta untuk segera meninggalkan perkampungan atlet dan sudah dilakukan," bunyi pernyataan Komite Olimpiade Internasional (IOC), seperti dilansir dari thenationalnews, Jumat (6/8).
Baca Juga
IOC beralasan, tindakan itu diambil untuk menjaga kenyamanan atlet selama penyelidikan dilakukan.Â
Advertisement
Sebelumnya, kontingen Belarusia, dihebohkan dengan kaburnya Tsimanouskaya ke Polandia. Sprinter putri itu memutuskan untuk tidak kembali ke negaranya setelah mengkritik tim pelatih di media sosial.
Tsimanouskaya yang tampil di nomor 100 meter dan 200 meter putri mengeluh karena tiba-tiba diturunkan di nomor 4x400 meter. Kegelisahan ini kemudian diluapkannya lewat media sosial. Namun, tidak disangka, komplain masalah olahraga itu justru menjadi isu politik di negaranya.Â
Â
Takut Mau Pulang
Pejabat kontingen Belarusia pun memintanya untuk pulang ke negaranya. Padahal, dia masih memilki jadwal perlombaan di nomor 200 meter putri pada Senin (2/8/2021).Â
Tsimanouskaya menolak. Apalagi dia menjadi saksi seramnya pergolakan politik di negaranya semenjak Alexander Lukashenko kembali berkuasa tahun lalu. Tidak ingin jadi korban, wanita berusia 24 tahun itu meminta perlindungan di kedutaan Polandia sebelum kemudian diterbangkan ke Warsawa.
"Saya hanya ingin mengejar karier olahraga saya," katanya kepada wartawan.
Â
Advertisement
Sudah di Polandia
Kedua pelatih, Shimak dan Maisevich dituding terlibat dalam pemulangan paksa Tsimanouskaya ke Belarusia. Mereka memasukkan Tsimanouskaya ke mobil dan membawanya ke bandara. Tsimanouskaya akhirnya batal terbang usai meminta bantuan polisi.Â
Tsimanouskaya saat ini sudah berada di Polandia. Dia sempat mendapat sambutan dari warga Belarusia yang juga berada di Polandia. "Dia perlu istirahat. Dia capek tapi senang berada di Polandia. Dia akan tinggal di Polandia di tempat yang aman," kata Deputi Menteri Luar Negeri Polandia, Marcin Przydacz.Â