Sukses

Kucurkan Bonus Besar bagi Atlet Olimpiade Tokyo 2020, Pengamat: Tugas Pemerintah Belum Selesai

Pemerintah memberikan bonus bagi para atlet yang bertanding Olimpiade Tokyo 2020, tetapi pengamat menilai bahwa pekerjaan pemerintah tak selesai sampai di sana

Liputan6.com, Jakarta Berakhirnya Olimpiade Tokyo 2020 menandai berakhirnya pula perjuangan kontingen Indonesia di kejuaraan olahraga multievent empat tahunan tersebut. Indonesia finis di peringkat ke-55 klasemen Olimpiade dengan perolehan lima medali: satu emas, satu perak, dan tiga perunggu.

Dengan demikian, Indonesia menjadi negara terbaik kedua di Asia Tenggara dalam hal raihan medali Olimpiade Tokyo 2020. Adapun, peringkat pertama ditempati oleh Filipina yang berada di posisi ke-50 klasemen dengan perolehan satu emas, dua perak, dan satu perunggu.

Berkat pencapaian ini, pemerintah Indonesia mengucurkan dana untuk memberi bonus bagi para atlet yang telah berjuang di Olimpiade. Bonus tersebut secara resmi diserahkan dalam acara penerimaan atlet Olimpiade Tokyo 2020 yang berlangsung di halaman Istana Bogor pada Jumat (13/8/2021) pagi.

Adapun, peraih medali emas diganjar bonus senilai Rp5,5 miliar, sementara peraih perak dan perunggu masing-masing diberi Rp2,5 miliar dan Rp1,1 miliar. Di samping itu, para pelatih dan atlet non peraih medali juga diberi bonus yang tak dirinci jumlah spesifiknya.

Angka ini lebih besar bila dibandingkan dengan bonus yang digelontorkan pemerintah pasca Olimpiade Rio 2016. Kala itu, pemerintah menghadiahkan masing-masing Rp5 miliar, Rp2 miliar, dan Rp1 miliar bagi atlet peraih medali emas, perak, dan perunggu dari tiap cabang olahraga.

2 dari 4 halaman

Jadi Motivasi

Pengamat olahraga Anton Sanjoyo mengapresiasi upaya pemerintah dalam memberikan penghargaan kepada para atlet yang berjasa mengibarkan Merah Putih di kancah internasional. Ia mengakui bahwa perkembangan jumlah bonus yang digelontorkan pemerintah telah baik.

Ia juga menilai bahwa pemberian bonus bagi para atlet dapat memotivasi atlet-atlet lain. Lebih jauh, pemberian bonus bahkan berpotensi membuat generasi muda tertarik menjadi atlet sebab merasa masa depannya bisa terjamin.

“Itu (pemberian bonus) sangat memotivasi. Misalnya (dengan melihat) Apri, bagi atlet lain yang sekarang dalam posisi belum bisa meraih emas, saya rasa itu bisa mendorong,” ujar Anton kepada Liputan6.com ketika dihubungi melalui telepon pada Jumat (13/8/2021) siang.

3 dari 4 halaman

Tugas Belum Selesai

Meski demikian, Anton menilai bahwa pekerjaan pemerintah tak berhenti sampai di sana. Pasalnya, pelatihan dan pembinaan para atlet juga sejatinya masih menjadi tanggung jawab pemerintah.

“Saya apresiasi sekali pemerintah dan pihak-pihak lain yang berlomba-lomba memberikan penghargaan bagi atlet-atlet kita. Akan tetapi, persoalannya tidak sampai di sana. Jangan sampai ini kemudian dilihat sebagai ujung atau akhir dari yang harus dilakukan pemerintah,” papar Anton.

Anton menyoroti kecenderungan dunia olahraga Indonesia yang baru ramai ketika para atlet meraih prestasi. Namun, dalam perkembangan sehari-hari, para atlet sangat jarang menerima dukungan dari pemerintah. Mereka cenderung berjuang sendiri dengan bantuan para pelatih.

Anton juga menganggap pemerintah masih belum memiliki kemauan politik yang cukup untuk membawa olahraga ke jenjang lebih tinggi. Menurutnya, olahraga masih belum disadari sebagai salah satu hal penting yang dapat membangun bangsa.

“Pekerjaan pemerintah masih jauh. Jangan sampai bonus yang jumlahnya oke menutup kekurangan dalam pembinaan olahraga, jangan sampai upaya pembinaan dianggap sudah selesai (hanya dengan memberikan bonus),” ujarnya.

4 dari 4 halaman

Pembinaan dari Akar

Lebih lanjut, pemerintah dinilai perlu melakukan pembinaan dari akar (grassroot) bagi para calon atlet hingga mampu meraih prestasi. Pasalnya, Anton mengeklaim bahwa hingga kini klub-klub olahragalah yang berjasa dalam menciptakan atlet berprestasi.

Di sisi lain, regenerasi juga menjadi hal penting dalam memajukan olahraga. Oleh karena itu, di tengah pandemi COVID-19, pemerintah dan asosiasi olahraga dalam negeri diharapkan dapat menjaga gairah bertanding para atlet melalui berbagai cara.

“Kalau saya sih melihatnya, mereka bisa membuat turnamen internal untuk menjaga terus gairang bertanding atlet. Memang tidak seideal kalau bertanding di ajang terbuka, tetapi paling tidak bisa menjaga gairah bertanding para atlet,” pungkas Anton.

 

Penulis: Melinda Indrasari