Liputan6.com, Jakarta - Kemenangan kerap jadi harga mati dalam olahraga, termasuk sepak bola. Berbagai cara pun ditempuh demi mencapainya.
Termasuk dengan melanggar nilai sportivitas. Salah satunya dengan menggunakan zat pemacu performa alias doping.
Dalam sepak bola, metode yang ditempuh untuk meraih kemenangan juga beragam.
Advertisement
Marcelo Bielsa sempat terjerat kontroversi karena memata-matai latihan lawan. Sementara Jose Mourinho dituduh sengaja menginstruksikan petugas lapangan agar tidak memotong rumput. Tujuannya demi menghambat gaya bermain lawan.
Selain taktik tersebut, ada jalan lain yang bisa dilakukan demi berjaya. Sebuah strategi yang berbau klenik dan sulit dinalar. Adalah Chile yang menerapkannya pada Piala Dunia 1962.
Lawan Tangguh
Berstatus tuan rumah, Chile dipasangkan dengan Swiss, Italia, dan Jerman Barat di Grup B. Ini adalah kali pertama mereka menggelar Piala Dunia, meski sebelumnya sempat melangsungkan lima edisi Copa America (1920, 1926, 1941, 1945, 1955).
Di atas kertas Chile bukanlah unggulan. Mereka gagal lolos dua edisi terakhir. La Roja juga baru dua kali berpartisipasi di Piala Dunia, pada 1930 dan 1950. Sebaliknya, dua dari tiga lawan mereka adalah raksasa Eropa yang berstatus mantan juara: Italia dan Jerman Barat.
Italia punya Lorenzo Buffon, sepupu dari kakek Gianluigi Buffon. Gli Azzurri juga mengandalkan nama-nama legendaris seperti Cesare Maldini, Giovanni Trapattoni, Jose Altafini, Omar Sivori, hingga Gianni Rivera.
Sementara Jerman Barat ditangani Sepp Herberger, sosok yang mengarsiteki kesuksesan menjuarai Piala Dunia 1954. Mereka juga punya striker tajam Uwe Seeler.
Namun, pelatih Fernando Riera punya metode demi memotivasi anak asuhnya. Dia menginstruksikan Sergio Navarro dan kawan-kawan untuk menyantap makanan atau minuman khas lawan sebelum bertanding melawan mereka.
Â
Advertisement
Tenggak Vodka
Alhasil, Chile memakan cokelat jelang bersua Swiss. Mereka lalu mengonsumsi spageti sebelum menghadapi Italia.
Hasilnya ternyata mujarab. La Roja membungkam Swiss 3-1 dan menaklukkan Italia 2-0. Hasil itu cukup untuk membawa mereka ke babak gugur.
Chile mengulang taktik jelang duel versus Uni Soviet di perempat final. Kali ini tidak tanggung-tanggung, mereka menenggak vodka sebelum laga.
Nyatanya strategi Chile tetap berhasil. Mereka mengalahkan Lev Yashin dan kawan-kawan 2-1.
Catatan Terbaik
Berbekal catatan manis tersebut, Chile meminum kopi sebelum meladeni juara bertahan Brasil di semifinal. Sayang kali ini taktik mereka tidak berbuah.
Chile takluk 2-4, sebelum akhirnya membungkam Yugoslavia 1-0 pada perebutan tempat ketiga. Hingga kini rapor tersebut tetap tercatat sebagai kinerja terbaik Chile di Piala Dunia.
Jurnalis dan penulis asal Uruguay Eduardo Galeano memiliki deskripsi sendiri terkait strategi Chile. Pada bukunya Football in Sun and Shadow, dia menyebut Chile "melahap spageti, cokelat, dan vodka, tapi tersedak kopi".
Advertisement