Liputan6.com, Jakarta - Tim biasanya meraih kemenangan jika salah satu pemainnya mencetak hattrick. Bruno Fernandes merupakan contoh terakhir.
Gelandang asal Portugal itu merobek gawang Leeds United tiga kali pada pekan pembuka Liga Inggris 2021/2022. Kontribusinya pun membuat Manchester United berjaya 5-1.
Namun, lapangan sepak bola kerap menghadirkan anomali. Ada saja kasus-kasus unik yang melawan norma.
Advertisement
Dalam hal ini contohnya pun banyak. Barbra Banda memborong gol Zambia pada laga melawan Belanda di sepak bola putri Olimpiade Tokyo 2020. Tapi timnya justru menyerah 3-10.
Begitu pula aksi penggawa Everton Jimmy Harris saat meladeni Tottenham Hotspur di Liga Inggris, Oktober 1958. Hattrick-nya tidak berarti besar karena The Toffees takluk 4-10.
Â
Quatrick Juga Gagal Berbuah Kemenangan
Jangankan hattrick, quatrick juga nyatanya pernah tidak cukup menghasilkan kemenangan. Di sini ada dua nama yang mencolok.
Kerry Dixon berharap torehan empat gol ke gawang Doncaster Rovers pada duel September 1982 cukup bagi kesuksesan tim melawan Reading. Namun justru lawan yang unggul 7-5.
Â
Advertisement
Milinko Pantic
Milinko Pantic hanya membuat 35 gol dari 131 penampilan bersama Atletico Madrid. Namun, gelandang serang tersebut tampil produktif melawan Barcelona di leg kedua perempat final Copa del Rey 1996/1997.
Dengan cepat dia membuat hattrick pada 30 menit pertama pertandingan. Setelah Barcelona memperkecil ketertinggalan menjadi 2-3, Pantic menciptakan gol keempatnya tidak lama berselang.
Sayang setelah itu Barcelona mengamuk. Mereka menjebol gawang Atletico Madrid tiga kali di 25 menit terakhir untuk melengkapi comeback.