Liputan6.com, Manchester - Manchester United menyerah 2-4 dari tuan rumah Leicester City di King Power Stadium, Sabtu (16/10/2021) malam WIB. Kekalahan itu mengakhiri rekor menakjubkan Setan Merah dari 29 pertandingan tandang tidak terkalahkan di Liga Inggris.
Laga tersebut menampilkan salah satu penampilan terburuk MU di bawah manajemen Ole Gunnar Solskjaer. Setan Merah didominasi oleh Leicester dan terkadang berjuang untuk mengatasi gempuran serangan pasukan Brendan Rodgers
Baca Juga
Dengan skuat yang dimiliki, Ole Gunnar Solskjaer diharapkan bisa membentuk tim yang dapat menguasai lini tengah. Namun, skenario saat ini bahkan tidak terlihat mendekati itu.
Advertisement
Man Utd sering terlihat tidak tahu apa-apa tentang rencana permainan mereka dan berjuang untuk menembus pertahanan lawan. Juru taktik asal Norwegia itu belum bisa mendapatkan hasil yang diinginkan.
Alhasil, mayoritas pendukung MU telah kehilangan kepercayaan kepada Solskjaer. Terkait hal itu, berikut 5 alasan utama MU mengapa harus memecat Solskjaer seperti dikutip dari Sportskeeda.
Â
Â
5. Kalah dari tim yang lebih lemah
Manchester United finis kedua di Liga Inggris musim lalu. Salah satu penyebab utamanya adalah penampilan MU menghadapi tim-tim yang lebih lemah lemah. Dengan skuat yang dimiliki, pasukan Ole Gunnar Solskjaer diharapkan tampil baik.
Juara Liga Inggris 20 kali itu memulai musim ini dengan kesalahan yang sama. Mereka telah kehilangan poin melawan tim seperti Southampton, Aston Villa dan Everton.
Dengan tiga pertandingan berikutnya melawan Tottenham Hotspur, Liverpool dan Manchester City, tentu tidak terlihat bagus untuk Solskjaer.
Pemain tidak bisa tampil adalah satu hal. Tapi, mendapatkan yang terbaik dari pemain adalah tugas Solskjaer. Kekalahan 2-4 dari Leicester City telah menjadi pukulan besar MU dalam perburuan gelar juara musim ini.
Â
Advertisement
4. Pemilihan tim yang salah
Ole Gunnar Solskjaer telah menjadi manajer Manchester United sejak 2018. Dengan hampir tiga tahun di posisi itu, juru strategi asal Norwegia ini diharapkan untuk mengetahui pemainnya yang masuk dan keluar, terutama ketika kita berbicara tentang klub seperti MU.
Solskjaer memiliki beberapa pemain fantastis di skuatnya. Namun, dia kesulitan memilih tim yang tepat untuk beberapa pertandingan.
Salah satu contohnya adalah menempatkan Cristiano Ronaldo di bangku cadangan ketika menghadapi Everton. Padahal, superstar asal Portugal yang sedang dalam performa bagus itu bisa bermanfaat bagi United.
Kesalahan besar Solskjaer lainnya adalah pemilihan pemain lini tengah. Dengan Fred dan Scott McTominay, MU memiliki pertahanan relatif lebih baik dan dinamis yang stabil untuk permainan tapi ada perjuangan ke depan.
Menggunakan gelandang bertahan tunggal bersama Paul Pogba hanya bekerja melawan tim di mana lini tengah lawan kurang mengesankan atau lebih sedikit jumlahnya. Solskjaer gagal membawa keseimbangan pemain lini tengah itu.
Memang benar bahwa Manchester United kekurangan gelandang bertahan berkualitas. Tetapi, itu bukan alasan untuk didominasi oleh tim seperti Leicester City atau Aston Villa.
Â
3. Penggunaan sumber daya yang buruk
Ole Gunnar Solskjaer diberkati dengan skuat yang luar biasa di Manchester United. Dengan tambahan Cristiano Ronaldo, Raphael Varane, Jadon Sancho, dan Tom Heaton musim panas ini, kualitas skuat semakin ditingkatkan.
Meski memiliki skuat bertabur bintang, Solskjaer belum memanfaatkannya sebaik mungkin. Contoh yang terkenal adalah Donny van de Beek.
Gelandang muda kreatif tersebut direkrut dengan maksud untuk membantu lebih banyak dalam serangan. Sayangnya, mantan pemain Ajax sering kesulitan tampil di bawah asuhan Solskjaer.
Solskjaer juga kesulitan dalam menggunakan dua striker berpengalamannya yaitu Cristiano Ronaldo dan Edinson Cavani. Tetapi, itu belum terjadi sejauh ini.
Â
Advertisement
2. Terlalu mengandalkan kecemerlangan individu
Meski menjalani awal musim yang tidak konsisten, orang mungkin berpendapat bahwa Manchester United di bawah Ole Gunnar Solskjaer memiliki beberapa hasil rumit yang menguntungkan mereka.
David De Gea membuat beberapa penyelamatan untuk menggagalkan gol dalam laga melawan Wolverhampton Wanderers dan West Ham United. Melawan Villarreal, kiper asal Spanyol itu juga memainkan perannya dan entah bagaimana MU bermain bertahan.
Berkali-kali para pemain telah menunjukkan kemampuan individu mereka untuk menciptakan gol atau menyelamatkan mereka dan membantu perjuangan MU. Skuat racikan Ole Gunnar Solskjaer tidak pernah terlihat seperti unit yang sinkron dengan rencana permainan tertentu yang akan menjalani pertandingan.
Â
1. Manchester United kesulitan secara taktik
Ada beberapa kesempatan di mana kemampuan taktis Ole Gunnar Solskjaer di bawah pengawasan. Manchester United sebagai tim telah melakukannya dengan baik, namun tidak ada pendekatan yang pasti untuk permainan mereka.
Saat kita melihat tim-tim seperti Liverpool, Manchester City, dan Chelsea mengambil pendekatan khusus untuk permainan mereka, MU tidak memiliki identitas itu. Setan Merah tentu tidak dapat disebut sebagai tim dengan pendekatan menyerang karena telah berjuang untuk menciptakan pada kesempatan yang berbeda.
Skuat racikan Solskjaer tidak memiliki pendekatan berbeda dalam skenario ketika tim tertinggal atau disebut rencana B. Satu-satunya rencana permainan yang diketahui United adalah menciptakan ruang di sayap serta kemudian melakukan umpan silang atau bermain ke dalam kotak, yang dapat diprediksi dan seringkali mudah dikendalikan.
Meski telah mampu menguasai ruang ganti dengan baik, taktik Solskjaer tidak terlihat bagus. Usai kalah 2-4 dari Leicester City, beberapa nama besar di skuat MU pasti akan menimbulkan pertanyaan. Sehingga akan sulit bagi Solskjaer untuk menjaga keharmonisan di Manchester United.
Advertisement