Sukses

Bola Ganjil: Satu Dekade Penuh Gejolak Aston Villa, dari Divisi III Hingga Juara Eropa

Tidak semua klub mengalami keterpurukan usai terdegradasi. Aston Villa sempat memberikan kisah sukses beberapa dekade lalu.

Liputan6.com, Jakarta - Degradasi kerap jadi vonis mematikan bagi klub sepak bola. Turun kasta membuat mereka kehilangan pamor, pendapatan, dan berpotensi tidak kembali ke panggung utama.

Contohnya sudah banyak dan tidak pandang bulu. Salah satunya adalah Leeds United.

Menjadi tim papan atas Liga Inggris di awal abad ke-21, The Whites tergusur dari level tertinggi akibat keburukan manajemen pada 2003/2004. Mereka bahkan sempat turun ke Divisi III.

Setelah berjuang lama, Leeds United baru kembali ke tingkat tertinggi musim ini berkat polesan Marcelo Bielsa.

Namun, tidak semua klub mengalami keterpurukan usai terdegradasi. Aston Villa sempat memberikan kisah sukses beberapa dekade lalu.

2 dari 3 halaman

Terdegradasi 2 Kali

Klub berbasis Villa Park ini menjadi salah satu yang turun kasta dan kemudian memenangkan kompetisi Eropa dalam hitungan tahun. Meski secara durasi ada yang lebih baik lagi, capaian The Villans patut dikedepankan karena mereka sempat terdegradasi dua kali.

Aston Villa 'meninggalkan' level tertinggi pada 1967 karena menempati peringkat ke-21 dari 22 tim peserta. Tiga tahun berselang, mereka merasakan pengalaman serupa sehingga harus bermain di Divisi III.

The Villans kemudian bangkit. Mereka kembali bermain di Divisi II pada 1972 sebelum melesat ke kasta tertinggi tahun 1975.

Perlahan Aston Villa juga memetik prestasi domestik berupa gelar Piala Liga Inggris 1975 dan 1977, yang puncaknya menduduki takhta liga 1981. Klub asal Birmingham tersebut lalu melengkapi capaian dengan menjuarai Piala Champions 1982.

Jika dirunut, Aston Villa berhasil jadi juara Eropa cuma tujuh tahun setelah berstatus wakil Divisi II, atau satu dekade selepas berkutat di Divisi III.

 

3 dari 3 halaman

Lebih Cepat Lagi

Seperti disebut sebelumnya, ada beberapa nama yang mengalahkan Aston Villa dalam hal kecepatan.

KV Mechelen memenangkan Piala Winners 1988 usai tergusur dari kasta tertinggi Liga Belgia 1982. Sevilla turun ke Segunda Division pada 2000 tapi menjuara Piala UEFA 2006.

Tottenham Hotspur merebut Piala UEFA 1984 setelah terdegradasi tahun 1977. Sedangkan Manchester City menguasai Piala Winners 1970 usai turun level pada 1963.

Juara Liga Europa 2020/2021 Villarreal juga tergolong cepat. Mereka terdegradasi dari La Liga pada 2012 sebelum mengangkat trofi dengan menaklukkan Manchester United di final.

Untuk gelar lebih bergengsi, AC Milan membawa pulang Piala Champions 1989 atau tujuh tahun selepas terdepak dari Serie A. Sementara Nottingham Forest melakukannya pada 1979 setelah turun kasta di 1972.