Liputan6.com, Jakarta - Kesuksesan menjadi juara ketika kompetisi belum selesai membuka beberapa pintu bagi sang pemenang. Ada yang memilih tetap serius hingga akhir kompetisi.
Kenny Roberts Jr melakukannya di kelas utama Kejuaraan Dunia Balap Motor. Dia memastikan titel bersama Suzuki usai balapan di Rio de Janeiro. Namun, ketika itu Roberts Jr hanya menempati peringkat enam. Capaiannnya tersebut pun ditenggelamkan persaingan Valentino Rossi dan andalan tuan rumah Alex Barros pada perebutan titel balapan.
Seakan ingin membuktikan dirinya layak menjadi juara dunia, Roberts Jr unjuk gigi di seri berikutnya. Dia memenangkan balapan di Motegi engan mengungguli Rossi.
Advertisement
Fabio Quartararo dalam situasi sama di MotoGP 2021. Pembalap Monster Energy Yamaha tersebut memastikan titel juara dunia meski cuma menempati posisi empat MotoGP Emilia Romagna.
Prestasinya tertutup kecelakaan yang menimpa pesaing terdekat Francesco Bagnaia, serta kesuksesan Marc Marquez memenangkan dua seri secara beruntun untuk kali pertama setelah cedera.
Quartararo tentu berambisi menunjukkan kalau dirinya pantas memakai mahkota dengan memenangkan ajang berikutnya di Algarve International Circuit, Minggu (7/11/2021).
Demi Keselamatan dan Uang
Tidak semua pembalap kelas dunia bertindak seperti seperti mereka. Pada dekade-dekade awal kompetisi, para juara dunia mengabaikan kompetisi usai mengamankan titel.
Termasuk salah satunya pemegang gelar juara dunia terbanyak Giacomo Agostini yang berjaya 15 kali.
Setelah mengamankan titel kelas 500cc, sosok asal Italia itu melewatkan berbagai seri. Keselamatan dan finansial jadi pertimbangannya.
Agostini merasa tidak perlu balapan dan membuat dirinya cedera saat hasil tidak lagi menentukan. Apalagi pada kesempatan sama dia bisa mempertebal kocek dengan menerima bayaran dari undangan membalap di tempat lain yang tidak kompetitif.
Â
Advertisement
Berkah untuk Rider Lain
Keputusan Agostini nyatanya jadi berkah bagi rider lain yang kemudian mencatat sejarah. Pada 1969, absennya Agostini di Imola dimanfaatkan Alberto Pagani untuk berjaya.
Dengan hasil ini, Pagani mengikuti jejak sang ayah Nello yang juga beberapa kali merajai sirkuit, hingga bahkan jadi juara dunia 125cc 1949. Ini adalah kali pertama anak dan ayah memenangkan balapan.
Sepekan kemudian di Sirkuit Opatija, Yugoslavia, giliran Godfrey Nash yang finis tercepat setelah Agostini menghilang. Nash memberi Norton kemenangan terakhir di Kejuaraan Dunia Balap Motor. Kehadiran Norton di podium tertinggi juga jadi kali terakhir motor dengan satu silinder mendominasi balapan di kelas utama.
Agostini juga tidak terlihat di Montjuic Park pada GP Spanyol 1970. Hal ini dimaksimalkan rekan setimnya di MV Agusta, Angelo Bergamonti, untuk memenangkan gelar satu-satunya di kelas 500cc. Agostini diketahui sedang balapan di Inggris pada saat bersamaan.
Dave Simmons mempersembahkan gelar pertama bagi Kawasaki di kelas utama saat Agostini absen di Jarama pada musim 1971.
Sementara Chas Mortimer berjaya ketika Agostini kembali tidak mengunjungi Montjuic Park pada 1972. Mortimer memberi Yamaha titel debut di panggung tertinggi mengendarai motor 352cc dengan mesin 2-tak.
Sheene Juga Ikut Agostini
Barry Sheene melakukan hal serupa usai merebut titel 1976. Dia absen pada tiga seri penutup di Imatra, Brno, dan Nurburgring.
Seperti Agostini, sikap Sheene menghasilkan sejumlah rekor. Pat Hennen menjadi pembalap Amerika Serikat pertama yang berjaya di Finlandia.
John Newbold meraih kemenangan satu-satunya sepanjang karier di 500cc pada balapan di Republik Ceko. Sementara Agostini jadi yang tercepat di Jerman. Hasil itu merupakan kesuksesan terakhirnya bersama mesin 4-tak MV Agusta. Total Agostini menguasai 68 balapan di kelas 500cc.
Advertisement