Liputan6.com, Jakarta - Pertimbangan bisnis membuat klub sepak bola merilis jersey ketiga. Kehadiran seragam ini diharapkan dapat mendongkrak pendapatan dari suporter yang rela membeli demi mengasosiasikan diri dengan tim kesayangan.
Namun, kehadiran jersey alternatif tersebut ternyata memiliki fungsi terselubung. Keberadaan mereka membantu klub menghindari skenario tidak diinginkan yakni keterbatasan opsi.
Beberapa nama sudah merasakan situasi kurang menguntungkan itu. Pemain bahkan mesti memakai seragam kiper agar bisa bertanding.
Advertisement
Pada Liga Skotlandia musim 2009/2010, Hibernian memiliki seragam tandang putih. Jersey tersebut jelas tidak bisa dipakai saat mereka bertamu ke markas Celtic yang punya warna kebesaran putih-hijau. Akhirnya Hibernian mengenakan jersey kiper kepunyaan kiper.
Peristiwa serupa terjadi di Jerman. VfB Stuttgart berkompetisi di Bundesliga 2 pada 2019/2020. Berada di kasta tersebut, salah satu klub tradisional Jerman ini mungkin berpikir tidak perlu meluncurkan jersey ketiga.
Pemikiran tersebut ternyata salah. Seragam pertama (putih) dan kedua (merah) mereka bentrok dengan jersey tuan rumah Heidenheim (putih-merah). Stuttgart akhirnya memakai seragam kiper berwarna hitam.
Kiper Berseragam Pemain
Dalam kondisi terbalik, Bernd Leno mesti memakai seragam tandang Arsenal karena jersey kiper miliknya berwarna hijau sama seperti penjaga gawang Wolverhampton Wanderers, November tahun lalu.
Peraturan Liga Inggris menyatakan kiper tim yang bertanding tidak boleh memakai warna serupa. Hukum ini diciptakan untuk membedakan mereka jika salah satu mencoba mencetak gol dalam situasi bola mati di akhir pertandingan.
Advertisement
Bisa Dipakai Pemain dan Kiper
Mungkin terinspirasi event ini, Arsenal merilis atasan kuning pada 2021/2022. Seragam ini bisa dipakai kiper dan pemain outfield. Leno pun sudah memakainya saat meladeni Chelsea Agustus lalu.
Sementara Pierre-Emerick Aubameyang dan kawan-kawan sudah mengenakannya dalam berbagai kesempatan lain.