Liputan6.com, Jakarta - Mencetak gol adalah cara utama untuk memenangkan pertandingan sepak bola. Berbagai metode bisa dipakai saat melakukannya.
Gol juga membuat laga bertambah menarik. Partai dengan skor besar, apalagi tipis, pasti akan lebih lekat dalam ingatan ketimbang duel yang berakhir minim angka.
Maka penonton bakal gembira jika gol cepat terjadi. Sebab, kondisi demikian membuka peluang hadirnya hiburan di lapangan hijau.
Advertisement
Sayang harapan mereka tidak sepenuhnya terkabul. Sejumlah gol cepat justru menjadi satu-satunya yang tercipta di sisa pertandingan.
Marcos Tavares melakukannya saat membela NK Maribor di Liga Slovenia 20016/2017 melawan Domzale. Dia cuma butuh delapan detik untuk mencatatkan nama di papan skor.
Namun setelah itu laga berlangsung sengit dengan kedua tim urung mengubah kedudukan.
Gol Kilat Lain
Daftar kasus seperti ini ternyata cukup panjang. Gol Muhammet Demir (9 detik, Gaziantep vs Basaksehir, Liga Turki 2021/2022), Peter Lorimer (9 detik, Vancouver Whitecaps vs Malmo, Spring Cup, 1982), John Hewitt (9,6 detik, Aberdeen vs Motherwell, Piala Skotlandia, 1981/1982), dan Byron Moore (11 detik, Bristol Rovers vs AFC Wimbledon, League One, 2016/2017) menentukan hasil laga.
Begitu pula gol Ian Bogie (12 detik, Port Vale 1-0 Stoke, Division One, 1995/1996), Bryan Hughes (12 detik, Birmingham 1-0 Huddersfield, Divisi I, 1999/2000), Scott Murray (15 detik, Bristol City 1-0 Millwall, League One, 2006/2007), bunuh diri Steve Bould (15 detik, Sheffield Wednesday 1-0 Arsenal, Divisi I, 1989/1990), dan Joey Sleegers (19 detik, FC Eindhoven 1-0 Jong AZ, Eerste Divisie, 2021/2022).
Advertisement
Anomali di Loftus Road
Gol para pemain di atas mungkin bisa dimengerti melihat reputasi, kualitas kompetisi, hingga sudah lamanya waktu berlalu. Berbeda dengan duel Queens Park Rangers (QPR) melawan Arsenal di Loftus Road pada Liga Inggris 2012/2013.
Meski tidak seperti satu dekade sebelumnya, Arsenal masih punya banyak pemain berkualitas. Sementara QPR mendatangkan banyak pemain berpengalaman bergaji selangit setelah kembali ke kasta tertinggi.
Pada akhirnya QPR gagal memenuhi ekspektasi dan kembali terdegradasi. Datangnya muka-muka baru membuat harmonisasi tim nyaris tidak ada sehingga performa di lapangan sangat buruk.
Arsenal memaksimalkan situasi dan sudah unggul dalam 20 detik melalui Theo Walcott. Namun, tim tamu urung mendapatkan gol tambahan.
Meski begitu, hasil ini tetap berarti bagi The Gunners. Tambahan tiga angka membantu mereka mengamankan posisi empat di akhir klasemen beberapa pekan berselang.