Liputan6.com, Jakarta - Peran penjaga gawang sudah penting dalam pertandingan sepak bola. Namun, kontribusinya semakin krusial saat menghadapi adu penalti.
Insting dan refleks cepat para kiper bakal menentukan keberhasilan tim memenangkan babak tos-tosan.
Petaka pun membayangi jika mereka menghilang. Nasib tersebut akan semakin miris jika terjadi karena kebodohan diri sendiri.
Advertisement
Para penjaga gawang ini bertindak melebihi batas sampai melanggar peraturan dalam upaya membantu tim. Mereka akhirnya tidak memiliki kesempatan menjadi pahlawan.
Simak kisah para kiper tragis di halaman berikut.
Bogem Lawan
Modiri Marumo jadi salah satu nama yang masuk daftar. Dia tengah membela Botswana pada perempat final COSAFA Cup melawan Malawi di 2003. Laga berakhir 1-1 selama 120 menit. Marumo pun jadi andalan sebelum melakukan tindakan bodoh.
Posisi Botswana saat itu sedang tertekan karena tertinggal. Marumo berusaha melancarkan perang psikologis menghadapi eksekutor ketiga dan membuang-buang waktu. Namun, wasit tidak menolelir aksi itu dan mengganjarnya kartu kuning.
Aksi Marumo nyatanya sia-sia karena Philip Nyasulu tidak terpengaruh dan tetap memasukkan bola. Marumo tambah kesal karena Nyasulu justru coba menghibur dengan menepuk pundaknya.
Kiper yang menghabiskan mayoritas karier bersama Botswana Defence Force itu gagal menjaga emosi dan melepas bogem mentah ke wajah lawan. Marumo akhirnya mendapat kartu merah dan Botswana takluk 1-4.
"Reaksi saya berlebihan," aku Marumo menyikapi insiden itu, dilansir Guardian. "Perilaku itu tidak hanya membuat saya malu, tapi juga klub. Semoga permintaan maaf saya diterima dan saya terus berkomitmen membela negara."
Marumo membayar kesalahan dengan memperkuat timnas hingga 2015. Dia sempat pensiun pada Februari 2012 sebelum menjawab kembali panggilan tugas di bulan Juli tahun yang sama. Marumo total mengantongi 85 caps bersama Botswana.
Â
Advertisement
Sukses Blok 3 Tendangan Lawan
Marumo jadi pelaku blunder terbesar di pentas internasional. Namun, ada kiper lain yang melakukan hal serupa.
Jonny Tuffey menganggap dirinya sudah menjadi pahlawan Crusaders pada adu penalti melawan Larne di semifinal Piala Irlandia Utara 2020/2021. Pasalnya, dia sukses memblok tiga tendangan eksekutor lawan.
Masalahnya, Tuffey dianggap tidak berdiri di garis ketika menggagalkan algojo Larne. Wasit pun mengusirnya karena melakukan pelanggaran berkali-kali.
Pelatih Crusaders Stephen Baxter kesal benar dengan keputusan wasit dan meminta anak asuhnya meninggalkan lapangan. Namun, pemain memutuskan tetap bertanding. Bek Billy Joe Burns mengambil alih tugas menjadi kiper di dua tendangan penutup.
Crusaders akhirnya takluk 5-6 setelah usaha Gary Thompson mengenai mistar.
Ada yang Timnya Menang
James Corcoran saat membela Timnas Republik Irlandia pada perempat final Piala Eropa U-17 2018 melawan Belanda mengalami nasib serupa seperti Marumo dan Tuffey. Timnya pun takluk 4-5.
Begitu pula penjaga gawang Orlando City Pedro Gallese di play-off MLS 2019 kontra New York FC. Namun, tidak seperti tiga koleganya, Galesse mengalami nasib lebih beruntung.
Ulahnya diusir wasit di adu penalti tidak berbuah kekalahan. Orlando City coba memasukkan kiper pengganti Brian Rowe tapi dilarang wasit karena ilegal.
Bek Rodrigo Schlegel akhirnya menjadi kiper dadakan. Hebatnya, dia sukses menggagalkan tendangan Gudmundur Thorarinsson dan membawa Orlando City menang 6-5.
Advertisement