Liputan6.com, Jakarta - Sepak bola setiap negara memiliki periode keemasan tertentu. Italia merasakannya setelah menggelar Piala Dunia 1990.
Pemain-pemain terbaik dari berbagai penjuru dunia datang ke Negeri Piza untuk berkompetisi. Serie A pun jadi kiblat sepak bola dunia.
Baca Juga
Prediksi Timnas Indonesia vs Arab Saudi 19 November 2024 di Kualifikasi Piala Dunia 2026
Pesan UAH ke Pecinta Sepak Bola: Tahajud Malam Ini belum Tentu Bisa Dilakukan Besok
Sederet Pemain Andalan Timnas Indonesia Tampil Buruk saat Laga Melawan Jepang, Gol Bunuh Diri hingga Blunder yang Berujung Gol bagi Lawan
Inggris dan Spanyol juga pernah merasakannya dalam berbagai kurun waktu. Lain lagi dengan Kolombia yang merasakannya selepas Perang Dunia II.
Advertisement
Negara Amerika Selatan itu memaksimalkan situasi yang sebenarnya kurang baik yakni saat tim nasional klub dilarang FIFA mengikuti kompetisi internasional.
Jika negara lain terpukul dan bermuram durja menghadapi kondisi itu, Kolombia justru menggunakannya demi meningkatkan kualitas sepak boal domestik. Ini adalah kisahnya.
Â
Tidak Perlu Bayar Transfer
Sepak bola Kolombia berubah prosesional pada 1948. Independiente Santa Fe keluar sebagai juara perdana.
Namun, ada masalah internal sehingga operator kompetisi (DIMAYOR) meninggalkan Asosiasi Sepak Bola Kolombia (FCF). Sengketa tersebut memaksa FIFA turun tangan. Mereka memberhentikan kompetisi dan melarang timnas mengikuti kompetisi internasional.
Di negeri sebelah, Asosiasi Sepak Bola Argentina juga pusing menghadapi aksi mogok pemain yang menuntut perbaikan gaji. Demi mendapat upah lebih tinggi, bintang lokal berniat meninggalkan Negeri Tango.
Klub Kolombia memaksimalkan kondisi itu. Hukuman FIFA pun jadi berkah bagi mereka. Dengan tidak terafisiliasi, klub Kolombia tidak perlu membayar uang transfer untuk mendapatkan para bintang tersebut. Mereka bisa mengalokasikan anggaran demi menggoda pemain dengan gaji berlimpah.
Direktur Utama Millonarios FC Alfonso Senior bertindak pertama. Mereka merekrut pilar River Plate Adolfo Pedernera.
Kesepakatan ini diumumkan pada 8 Juni 1949. Begitu Pedernera mendarat di Bandara Techo, Bogota, sekitar lima ribu suporter menyambutnya. Dampak kehadirannya juga signifikan dalam hal finansial. Millonarios FC mendapat uang lima kali lebih banyak dari upacara presentasi Pedernera dibanding saat berkompetisi.
Â
Advertisement
Yang Lain Mengikuti
Klub-klub Kolombia lain tidak mau ketinggalan dan mengikuti jejak Millonarios FC. Tidak hanya pemain Amerika Selatan, mereka juga memboyong pesepak bola dari Eropa.
Atletico Junior merekrut Tim dan Heleno de Freitas dari Brasil serta Laszlo Szoke, Imre Danko, Bela Sarosi, Ferenc Nyers, dan Mihail Uram asal Hungaria.
Boca Juniors de Cali memboyong pemain Paraguay Atilio Lopez. Sementara Cucuta Deportivo membentuk tim berbasis Uruguay. Mereka menggaet Julio Terra, Alcides Manay, Juan Jose Tulic, Dardo Acuna, Lauro Rodriguez, Washington Barrios, Luis Alberto Miloc, Carlos Zunino, Abraham Gonzalez, Ramon Villaverde, Julio Ulises Terra, Juan Deluca, Juan Carlos Toja, Schubert Gambetta, Eusebio Tejera, Antonio Sacco, dan Bibiano Zapirain. Beberapa nama itu membela tim yang menjuarai Piala Dunia 1950.
Deportes Caldas, Deportivo Cali, Deportivo Pereira, dan Independiente Medellin juga mendatangkan pemain impor.
Â
Manuver Millonarios FC Berikutnya
Deportivo Samarios mengambil langkah ekstrim. Mereka membentuk tim yang berisi 10 pemain Kolombia, delapan asal Hungaria, dua dari Yugoslavia, serta masing-masing satu warga negara Austria, Argentina, Italia, dan Rumania.
Independiente Santa Fe merekrut Hector Rial dari Argentina, yang kemudian jadi bintang Real Madrid. Turut datang Rene Pontoni serta trio Inggris Neil Franklin, George Mountford, dan Charlie Mitten.
Millonarios FC sendiri tidak berhenti Pedernera. Mereka kembali ke Argentina untuk merekrut Alfredo Di Stefano, Julio Cozzi, dan Nestor Rossi. Selain itu, Millonarios FC juga menggaet Billy Higgins dari Everton serta Bobby Flavell asal Heart of Midlothian.
Advertisement
Berakhir 1950
Kehadiran nama-nama tersebut membuat kualitas sepak bola di Kolombia meningkat. Sayang hanya masyarakat lokal yang bisa menikmati.
Periode emas ini pun berlangsung relatif singkat. FIFA mengangkat sanksi pada 1950 usai menandatangani kesepakatan dengan DIMAYOR.