Liputan6.com, Jakarta Timnas Indonesia kerap dicap bermain kasar di Piala AFF 2020. Statistik pelanggaran tertinggi yang dikantongi Witan Sulaeman dan kawan-kawna sepanjang turnamen berlangsung bahkan menempatkan Skuat Garuda sebagai tim semifinalis terburuk oleh media asal Vietnam, Soha.Â
Kesan permainan kasar Timnas Indonesia juga kembali ditanyakan pada sesi jumpa pers usai pertandingan melawan Singapura di leg pertama semifinal, Rabu (22/12/2021). Namun anggapan tersebut kembali dengan tegas dibantah oleh pelatih timnas Indonesia, Shin Tae-yong.Â
Baca Juga
"Para pemain kami sebenarnya tidak senang main body (beradu badan), tapi untuk perkembangan sepak bola hal itu perlu dilakukan. Dalam sepak bola harus ada yang seperti itu, tapi saya tidak senang bila pemain sampai membuat pemain lawan cedera," ujar Shin Tae-yong dalam jumpa pers virtual itu.Â
Advertisement
Data yang dirilis oleh AFF memang menempatkan Indonesia sebagai tim yang paling banyak melakukan pelanggaran, yakni sebanyak 76 kali hingga babak semifinal. Jumlah ini jauh di atas timnas Singapura yang berada di urutan kedua dengan 67 pelanggaran. Jumlah tekel Timnas Indonesia juga yang terbanyak di Piala AFF, yaitu 82 kali. Lebih tinggi 14 dari Singapura yang ada di bawahnya.
Tak hanya itu, Timnas Indonesia juga paling sering mengoleksi kartu kuning yaitu 10 kartu. Lebih banyak dua kartu kuning daripada Filipina yang mengantongi delapan. Namun benarkan timnas Indonesia lebih condong ke permainan kasar dalam gelaran Piala AFF 2020 di Singapura?
Â
Â
Â
Â
Â
Kata Abdul Rahman Gurning
"Ah, kalau dari pengamatan saya, peremainan Indonesia biasa-biasa saja. Tidak kasar," kata mantan pemain Abdul Rahman Gurning saat dihubungi Liputan6.com, Kamis (23/12/2021). "Kalau body charge (beradu badan), kenapa rupanya? itu kan hal yang biasa di dalam sepak bola," beber Gurning.Â
Di kancah sepak bola Indonesia, permainan keras dan ngotot selama ini selalu melekat pada PSMS Medan. Pada era perserikatan, gaya permainan khas tim berjuluk Ayam Kinantan tersebut dikenal dengan istilah rap-rap. Menurut Gurning, pola permainan seperti ini membutuhkan fisik yang kuat.Â
"Jadi kan, dulu PSMS itu selalu kalau soal teknis selalu kalah dari tim-tim asal Pulau Jawa. Jadi untuk mengimbanginya, caranya dengan bermain rap-rap. Fisik harus kuat Kalau fisik nanggung, ya jadinya main kasar. Zaman itu, ada istilah 'bola boleh lewat orang jangan'," ujar Gurning menjelaskan.
Â
Advertisement
Ciri Khas Ayam Kinantan
Gurning pun sempat merasakan gemblengan ala rap-rap di PSMS sejak 1985-1988. Menurut Gurning, di eranya, permainan rap-rap juga menular ke tim PON Sumaetara Utara (Sumut) yang dihuni banyak pemain PSMS. Gaya khas ini mengantari Sumut merebut emas dari sepak bola di PON 1985 dan 1989.
"Latihann untuk bermain gaya rap-rap sangat capek. Apalagi waktu masih ditangani Nobon (mendiang Nobon Kayamuddin), pemain-pemain menjerit karena beratnya latihan kala itu," kata Gurning. Â
Berkat permainan ngotot dan keras ini, PSMS menjadi tim yang sangat diperhitungkan di sepak bola nasional. PSMS tercatat mampu memenangkan 6 trofi juara kompetisi era Perserikatan, 2 trofi Marahalim Cup, hingga 1 trofi internasional, yakni Aga Khan Gold Cup pada tahun 1967.Â
Â
Jadwal Indonesia Vs Singapura
Sementara itu perjalanan Timnas Indonesia di ajang Piala AFF 2020 masih terus berlanjut. Setelah imbang 1-1 di leg pertama, Skuat Garuda kembali akan bertemu Singapura pada Sabtu (25/12/2021). Dalam duel ini, Timnas Indonesia harus tampil mati-matian untuk merebut tiket ke babak final.Â
Â
Advertisement