Liputan6.com, Jakarta - Nestapa Indonesia di Piala AFF sudah jadi rahasia umum. Skuat Garuda mengemban status juara tanpa mahkota karena begitu sering takluk di final.
Timnas Indonesia sudah lima kali menyerah di laga puncak, tepatnya pada edisi 2000, 2002, 2004, 2010, dan 2016.
Di balik catatan itu hadir fakta menarik lain. Indonesia jadi negara yang paling sering menderita kekalahan pada final tanpa sekalipun merebut titel, baik di level internasional ataupun klub.
Advertisement
Kegagalan maksimal tim pada laga puncak adalah tiga. Di Piala Dunia ada Belanda yang tumbang pada 1974, 1978, dan 2010. Pada kancah regional, Yordania (2002, 2008, 2014) menyerah di final Piala Asia Barat.
Di level klub, Atletico Nacional takluk di Copa Sudamericana (2002, 2014, 2016). Begitu pula Atletico Madrid (1974, 2014, 2016) di Liga Champions serta SL Benfica (1983, 2013, 2014) dan Olympique Marseille (1999, 2004, 2018) pada Liga Europa yang dulu bernama Piala UEFA.
Nasib buruk tim yang paling mendekati Indonesia adalah America de Cali. Klub Kolombia itu kalah pada empat final Copa Libertadores. Seperti Tim Merah Putih, America juga merasakan duka tiga kali secara beruntun yakni 1985, 1986, dan 1987. Sementara penderitaan lain terjadi di 1996.
Thailand Terlalu Kuat
Indonesia pertama kali mencapai final Piala AFF pada 2000 atau edisi ketiga turnamen. Di dua ajang sebelumnya Skuat Garuda terhenti di semifinal.
Timnas kembali bertemu tuan rumah Thailand setelah sempat bersaing di fase grup. Pada laga itu mereka menyerah 1-4.
Niat membalas dendam kandas karena Negeri Gajah Putih terlalu superior. Indonesia kembali takluk dengan skor serupa setelah Worrawoot Srimaka mencetak hattrick.
Dua tahun berselang, Indonesia kembali meladeni Thailand di laga puncak. Berduel di Stadion Utama Gelora Bung Karno (SUBGK) dan didukung puluhan ribu orang, Tim Merah Putih bisa memaksa adu penalti setelah tertinggal 0-2 di babak pertama. Namun, keberuntungan masih belum memihak dengan Indonesia menyerah 2-4.
Â
Advertisement
Kesempatan Terbaik
Indonesia membukukan hattrick setelah masuk final 2004. Sayang nasib tidak berubah meski format kompetisi berubah.
Menggunakan sistem home and away untuk final, timnas dalam kondisi buruk karena takluk 1-3 pada leg pertama di SUGBK. Skuat Garuda akhirnya kembali menyerah 1-2 di duel kedua sehingga kalah agregat 2-5.
Usai gagal bicara banyak di dua edisi berikutnya, Indonesia kembali menembus final pada 2010. Tahun ini bisa dibilang sebagai momen terbaik timnas memupus dahaga gelar.
Buktinya, Bambang Pamungkas dan kawan-kawan tampil ganas di grup. Mereka menghajar Malaysia 5-1 serta Thailand 2-1.
Setelah menyisihkan Filipina di semifinal lewat agregat 2-0, timnas kembali bersua Malaysia. Sayang Indonesia bermain antiklimaks.
Gagal Kuasai Asia Tenggara
Kekalahan 0-3 di Negeri Jiran pada leg pertama membuat timnas dalam posisi sulit. Harapan mengejar defisit semakin berat karena Indonesia sempat tertinggal 0-1 pada leg kedua. Walau bisa membalikkan keadaan, Skuat Garuda akhirnya kembali gagal berkuasa di pentas Asia Tenggara.
Tidak mampu melewati fase grup 2012 dan 2014, Indonesia akhirnya kembali ke final pada 2016. Susah payah lolos dari grup dan menyingkirkan Vietnam melalui perpanjangan waktu di semifinal, Skuat Garuda lagi-lagi bersua Thailand.
Meski kurang diunggulkan, timnas bisa unggul 2-1 pada leg pertama di Stadion Pakansari. Sayang Thailand memetik hasil minimal yang dibutuhkan untuk membalikkan kedudukan dan unggul agregat pada leg kedua dengan berjaya 2-0.
Advertisement