Sukses

MU Dipermalukan Wolves, Kemampuan Ralf Rangnick Dipertanyakan

Mantan pemain sayap Inggris Perry Groves mempertanyakan apakah Ralf Rangnick memiliki keahlian untuk sukses di MU.

Liputan6.com, Manchester - Ralf Rangnick mengalami kekalahan pertamanya sebagai manajer sementara Manchester United. Ini setelah Setan Merah kalah 0-1 dari Wolves pada matchday ke-21 Liga Inggris di Old Trafford, Selasa (4/1/2021) dini hari WIB.

Pada lima laga sebelumnya, Rangnick membawa MU memenangi tiga laga di semua kompetisi. Sementara dua lainnya berakhir imbang.

Kekalahan Man Utd dari Wolves membuat kemampuan Rangnick sebagai juru taktik dipertanyakan. Pria asal Jerman ini dipekerjakan sebagai manajer sementara hingga akhir musim ini dan kemudian masuk ke peran konsultan.

Mantan pemain sayap Inggris Perry Groves mengatakan Ralf Rangnick bukan manajer elite. Alasannya, dia tak memenangi trofi utama selama periode sebelumnya dengan klub lain.

 

2 dari 3 halaman

Komentar Perry Groves

"Saya melihatnya berpikir dia bukan manajer elite. Ralf Rangnick bukan manajer elite. CV-nya dari Hannover, Schalke, Hoffenheim, dan Leipzig, mereka entitas yang sama sekali berbeda dengan Manchester United," kata Groves seperti dikutip Sportskeeda.

"Apa yang dia menangkan, piala di Schalke dan Liga Pokal bersama Stuttgart. Dia akan lebih banyak diadili dengan para pemain. Kita tahu ketika Antonio Conte pergi ke Spurs, semua pemain Spurs diadili dan mereka berjuang untuk masa depan mereka karena dia elite dan terbukti sebagai pemenang."

"Ini sebaliknya di Manchester United, kami tahu siapa Anda, kami pernah mendengar nama Anda, tetapi Anda belum memenangkan apa pun, Anda bukan manajer elite," ucap Groves menambahkan.

"Setiap interim yang datang, Jika Anda berpikir bahwa bos tidak mendapatkannya, Anda tidak akan bekerja keras untuk bos itu. Tidak bekerja seperti itu."

 

3 dari 3 halaman

Trofi bukan fokus utama

Meski kurang dalam memenangkan trofi, Groves mungkin terlalu berlebihan dalam menilai Rangnick. Sebab, juru taktik asal jerman itu dipekerjakan MU bukan untuk memenangkan trofi setelah paruh pertama musim yang buruk.

MU tengah timpang untuk saat ini. Setan Merah diharapkan menjadi tim proaktif di lapangan dan belakang layar dan tidak hanya pada bursa transfer.

Filosofi Rangnick, di sisi lain, membutuhkan waktu untuk diterapkan di lapangan. Sistemnya akan bekerja lebih baik seiring waktu.