Liputan6.com, Jakarta Piala Afrika 2021 yang berlangsung di Kamerun diwarnai drama yang jarang terjadi di kompetisi elite. Wasit melakukan blunder dengan meniup peluit panjang sebanyak dua kali dalam satu pertandingan.
Adalah Janny Sikazwe yang menjadi aktor utamanya. Pengadil lapangan asal Zambia itu menjadi sorotan setelah melakukan blunder pada pertandingan timnas Tunisia melawan Mali, Kamis (12/1/2022). Dalam duel itu, Sikazwe secara mengejutkan meniup peluit panjang saat pertandingan bahkan belum 90 menit.
Baca Juga
Peluit panjang pertama ditiup Sikazwe pada menit ke-85. Sementara yang kedua pada menit ke-89.
Advertisement
(Simak kronologi kejadiannya pada tautan ini).
Sikazwe berusaha meminta kedua tim agar kembali ke lapangan saat menyadari blunder yang dilakukannya. Namun Tunisia enggan memenuhinya dan menolak bertanding setelah menit 89. Saat itu, timnas Mali tengah unggul 1-0 lewat gol penalti yang dicetak Ibrahime Kone pada menit ke-48.
Aksi penolakan timnas Tunisia berpotensi membuat mereka dinyatakan kalah 0-3 dalam laga tersebut. Bahkan, bukan tidak mungkin timnas Tunisia bisa saja dikeluarkan dari turnamen Piala Afrika 2021.
Timnas Tunisia terang-terangan menolak hasil laga melawan timnas Mali. Mereka belakangan meminta agar pertandingan perdana di grup F tersebut diulang dari menit pertama.
Dibawa ke Rumah Sakit
Keputusan Sikazwe meniup peluit panjang sebelum laga memasuki menit ke-90 memang sulit diterima akal. Apalagi dalam laga itu, banyak sekali terjadi pelanggaran dan pergantian pemain yang menyita waktu. Dalam situasi ini, wasit biasanya justru akan menambah panjang masa injury time. Karena itu, wajar bila pihak penyelenggara kemudian melakukan penyelidikan terhadap keputusan Sikazwe.
Essam Abdel-Fatah, ketua tim wasit di Piala Afrika, kepada media Mesir menyampaikan, kalau Sikazwe segera dilarikan ke rumah sakit di Limbe, Kamerun, usai pertandingan. Dia ternyata mengalami dehidrasi akibat panasnya cuaca saat memimpin pertandingan Tunisia melawan Mali.
"Wasit mengalami serangan panas dan dia dehidrasi, yang membuatnya hilang fokus dan telah dibawa ke rumah sakit," kata Abdel-Fatah kepada MBC Egypt’s Al-Laib seperti dilansir dari Metro.
“Itu menyebabkan dia kehilangan waktu di menit ke-80, dan dia mengakhiri pertandingan di menit ke-85. Ia kembali setelah mendapat arahan dari staf asisten dan kemudian kembali menyelesaikan pertandingan pada menit ke-89," ujar Abdel-Fatah menambahkan.
Abdel-Fatah menjelaskan, dalam situasi seperti ini, wasit keempat seharusnya menggantikan posisi Sikazwe untuk menyelesaikan pertandingan. Namun ternyata satu dari kedua tim menolak.
Advertisement
Tidak Masuk Akal
Pelatih Tunisia, Mondher Kebaier sangat marah kepada Sikazwe dan menyebut keputusannya untuk mengakhiri pertandingan lebih awal 'tidak masuk akal'.
“Sangat sulit untuk mengatur urusan non-olahraga,” kata Kebaier.
“Pada menit ke-85 dia meniup peluit akhir. Lagi-lagi pada menit ke-89. Seharusnya ada tujuh sampai delapan menit waktu tambahan. Keputusannya tidak bisa dijelaskan," bebernya.
Diganggu COVID-19
Piala Afrika 2022 berlangsung di Kamerun. Turnamen ini berlangsung 9 Januari hingga 6 Februari 2022.
Sebanyak 24 negara ikut ambil bagian. Pertandingan berlangsung di lima kota.
Piala Afrika tahun ini berlangsung di tengah kekhawatiran akan pandemi COVID-19 yang melanda dunia. Sejumlah tim bahkan terkena imbasnya. Senegal bahkan sampai kehilangan banyak pemainnya.
Pada pertandingan pertama, Senegal hanya diperkuat 17 pemain saat bertemu Zimbabwe di Bafoussam, Kamerun, Senin (10/1/2022). Badai Covid-19 telah memaksa nama-nama seperti kiper Edouard Mendy, penyerang Famara Diedhiou, dan kapten Kalidou Koulibaly absen dalam laga ini.
Sebelumnya Senegal juga sudah lebih dulu kehilangan, Saliou Ciss, Bamba Dieng, Mame Baba Thiam, Pape Matar Sarr, Nampalys Mendy, dan Alfred Gomis. Mereka juga harus bertahan di Dakar karena memiliki virus. Celakanya, Ismaila Sarr, yang akhirnya dipulangkan dari Watford, masih dibekap cedera, begitu pula Abdoulaye Seck sehingga pelatih Aliou Cisse hanya punya 17 pemain .
Advertisement
Dukun Santet
Yang tak kalah menarik dari perhelatan Piala Afrika juga adalah drama-drama yang terjadi di luar lapangan. Sudah bukan rahasia lagi, turnamen ini kerap diwarnai kegiatan berbau klenik para suporter.
Yang terbaru menimpa penyerang Liverpool yang bermain untuk Senegal pada turnamen ini. Seorang dukun dari Benin mengancam akan menyantet pemain berusia 29 tahun itu. Sang dukun mengaku akan mengirim tulah agar Mane tewas oleh serangan jantung di lapangan bila nekat bermain.
Mengetahui ancaman tersebut, Mane tidak gentar sama sekali.
"Saya tumbuh dan percaya bila mati hanya di tangan Allah dan saya percaya bahwa hidup mati manusia tidak maju atau mundur," kata Sadio Mane.
"Saya akan berpartisipasi dalam pertandingan secara normal."