Liputan6.com, Jakarta- Persoalan karantina bagi pelaku olahraga yang datang dari luar negeri masih jadi perdebatan hangat di Indonesia pekan ini. Banyak yang mengharapkan adanya diskresi kepada pelaku olahraga karena banyaknya agenda olahraga internasional di Indonesia pada awal 2022 ini.
Agenda olahraga terakbar di Indonesia pada awal 2022 ini adalah MotoGP di Mandalika. Ada tes pramusim dan kemudian balapan pada Maret nanti. Selain itu tiga pekan lagi cabang olahraga menembak juga akan menjadi tuan rumah ISSF Grand Prix Rifle/Pistol di Lapangan Tembak Senayan, Jakarta.
Baca Juga
Masalah karantina atlet dari luar negeri pun diharapkan bisa diselesaikan agar agenda internasional dapat berjalan lancar.
Advertisement
Para pelaku olahraga telah duduk bersama membahas masalah ini. Ketua Umum Komite Olimpiade Indonesia (NOC Indonesia) Raja Sapta Oktohari sudah mengusulkan kepada pemerintah agar dapat memberikan diskresi terkait karantina atlet dari luar negeri.
Diplomasi dari Okto diharapkan bisa membuahkan hasil manis. Pengurus Besar Persatuan Menembak Sasaran dan Berburu Seluruh Indonesia (PB Perbakin) menilai kemampuan diplomasi Okto sangat diperlukan untuk kebaikan olahraga Indonesia.
Perjuangan
Sekjen PB Perbakin Hendry Oka mengapresiasi apa yang sudah dilakukan Okto untuk dunia olahraga Indonesia. Menurutnya kemampuan diplomasi Okto telah teruji hingga sukses membantu Lembaga Anti-Doping Indonesia (LADI) terbebas sanksi Badan Anti-Doping Dunia (WADA) sehinggga Merah Putih dapat berkibar lagi.
“Perjuangan NOC Indonesia di bawah pimpinan Pak Okto sangat besar. Effort mereka memajukan olahraga sangat maksimal, mulai dari menyelesaikan sanksi WADA terhadap LADI. Dunia olahraga butuh diplomasi tingkat tinggi seperti yang dilakukan Pak Okto, terutama terkait kebutuhan diskresi karantina bagi pelaku olahraga dapat terealisasi. Kami percaya beliau dapat menyuarakan aspirasi ini,” kata Oka, Jumat (21/01).
Perbakin sangat menantikan diskresi karantina ini. Mereka berharap agar seluruh atlet, pelatih, official, dan delegasi dari luar negeri yang datang bisa mendapat diskresi karantina.
“Bagi Perbakin, diskresi karantina sangat diperlukan. Apalagi kami berencana menggelar Grand Prix yang menjadi tolak ukur ISSF (federasi Menembak internasional) agar Indonesia menjadi tuan rumah Piala Dunia. Sebab, event ini menjadi acuan mereka untuk melihat kesiapan Indonesia untuk menjadi tuan rumah World Cup,” tambah Oka.
Advertisement
Menanti Kabar Bahagia
“Izinkan kami mendapat kabar bahagia yang sempurna. Jika diskresi karantina untuk pelaku olahraga bisa direaliasikan segera, terutama di Grand Prix, kegembiraan kami tersa lengkap. Sebab, kita juga akan mendapat kabar gembira kalau bendera Merah Putih bisa dikibarkan lagi pada bulan depan.”
Dalam paparan di depan Menpora, Okto menyampaikan kebijakan karantina panjang bagi pelaku olahraga sangat memengaruhi kebugaran atlet. Terlebih, atlet pemusatan latihan nasional (pelatnas) yang berlatih dengan Biaya APBN.
Usulan Okto
Pada kesempatan itu, Okto mengusulkan diberlakukan sistem bubble agar para pelaku olahraga yang datang dari luar negeri, baik WNI yang baru pulang menjalani tryout dari luar negeri atau atlet, official dan delegasi WNA bisa memakai sistem tersebut.
“Sebenarnya sistem bubble tidak terlalu sulit. Sudah terbukti di Olimpiade Tokyo berhasil diterapkan. Untuk Grand Prix, kami rencananya akan tinggal di hotel yang berada di samping lapangan tembak. Kami akan beri jalur akses jalan dan memastikan area itu steril sehingga sistem bubble ini bisa berjalan baik.
Advertisement