Liputan6.com, Jakarta - Tragedi Heysel pada Mei 1985 membuat Inggris menderita. Mereka dilarang berpartisipasi di kompetisi Eropa dan juga dunia.
Sanksi yang berlaku mulai 1985/1986 ini merupakan pukulan telak bagi pelaku sepak bola. Klub kehilangan pendapatan dari pemasukan kompetisi kontinental. Pemain juga tidak punya peluang menguji kemampuan di level internasional. Kans menambah gelar juga berkurang.
Football Association pun turun tangan. Mereka menciptakan kompetisi baru bernama Piala Super Inggris. Ajang ini diharapkan memberi kompensasi terhadap kerugian yang muncul.
Advertisement
Ajang tersebut diproyeksikan berlangsung selama klub dilarang berpartisipasi di kompetisi Eropa. Pasalnya, kala itu hukuman berlaku hingga jangka waktu yang tidak ditentukan, sebelum akhirnya dicabut pada 1990.
Kenyataannya, Piala Super Inggris hanya berlangsung sekali. Ini adalah cerita tentang turnamen yang terlupakan.
Sebanyak enam klub diundang berpartisipasi, sesuai jatah tiket Inggris di kompetisi Eropa.
Liverpool Juara
Mereka adalah Everton (juara Inggris, tiket ke Piala Champions, Manchester City (juara Piala FA, tiket ke Piala Winners), Norwich City (juara Piala Liga Inggris, tiket ke Piala UEFA), serta trio Liverpool, Tottenham Hotspur, dan Southampton (tiket ke Piala UEFA berdasar posisi liga).
Untuk menambah jumlah pertandingan, peserta melakoni laga kandang dan tandang sejak fase grup. Ada dua grup yang berisi tiga tim. Penghuni dua posisi teratas kemudian melaju ke semifinal. Liverpool menyisihkan Norwich City dengan Everton menaklukkan Tottenham Hotspur di fase tersebut.
Derby Merseyside pun tercipta di laga puncak, yang masih menggunakan format dua leg, dengan Liverpool keluar sebagai juara berkat keunggulan agregat 7-2.
Â
Advertisement
Kurang Diminati
Format dua leg ternyata berdampak negatif terhadap kompetisi. Fans kehilangan minat karena Piala Super Inggris tidak memberikan kesempatan pergi ke Wembley untuk memperebutkan gelar. Suporter sepak bola Inggris terbiasa melawat ke stadion legendaris itu untuk final Piala FA, Piala Liga, hingga promosi.
Selain format dua leg yang tidak populer, minat suporter sangat rendah. Klub peserta juga kerap menurunkan tim cadangan karena tidak menganggap Piala Super Inggris sebagai ajang berarti dan hanya membuat jadwal lebih padat.
Piala Super Inggris cuma hidup semusim. Kompetisi ini dianggap hanya sebagai obat pahit penawar luka ajang Eropa yang jauh lebih prestisius.
Â
Kompetisi Ciptaan Lain
Selain Piala Super Inggris, operator kompetisi juga menciptakan sejumlah ajang lain menyikapi sanksi internasional. Namun, ada yang lebih sukses. Full Members' Cup, hadir pada 1985, bertahan hingga 1992. Kehadiran sponsor serta tiket final ke Wembley ditenggarai jadi salah satu alasan di balik keberhasilan tersebut.
Ada juga Mercantile Credit Centenary Trophy, kompetisi yang dibuat untuk merayakan 100 tahun usia operator Liga Sepak Bola Inggris pada 1988/1989. Ajang ini diikuti delapan tim, berlangsung pada awal musim, dan menggunakan format gugur langsung. Arsenal keluar sebagai juara.
Setelah sanksi internasional dicabut, Inggris menggelar Charity Shield (kini Community Shield). Ajang ini mengambil inspirasi dari format Piala Super yang berlaku di negara-negara lain, yakni mempertemukan juara liga dan pemenang piala domestik utama (Piala FA).
Advertisement